AMM Menganti mengadakan Bincang Santai dalam rangka Milad NA, Sabtu (23/6/2024) (Dian Andriani/PWMU.CO)
PWMU.CO – Dalam rangka turut menyemarakkan Milad Nasyiatul Aisyiyah atau NA, Dua AMM Menganti menggelar Bincang Santai pada Sabtu, (23/6/2024).
Terlaksana Ba’da ashar di Menganti, kegiatan bincang santai ini berlangsung dengan konsep diskusi santai. Mengundang Ustad Muhammad Taufik sebagai pembicara, diskusi dengan peserta kader Nasyiatul Aisyiyah bersama Ikatan Pelajar Muhammadiyah ini ingin lebih mengenal persyarikatan Muhammadiyah di Menganti.
Pentingnya Marketing Management
Moderator dalam diskusi ini adalah Ipmawan Firman, bincang santai sore itu berawal dengan prolog oleh ustad Taufik. Beliau menyampaikan pentingnya marketing management atau manajemen pemasaran “Managemen marketing berguna dalam berdakwah. Menyampaikan islam dengan marketable. Banyak program dalam islam yang bagus namun belum dapat tersampaikan secara baik dan benar” ujarnya.
Bincang santai kemudian berlanjut dengan diskusi dua arah. Berawal dengan pertanyaan dari yunda Dian Andriani “Ustad bagaimana cara membangun rasa bangga sebagai kader Muhammadiyah secara sederhana?” ucapnya dengan rasa ingin tahu.
“Monggo dapat dijawab langsung ustad” ucap ipmawan Firman sebagai moderator.
“Sekarang PP Muhammadiyah sedang giat-giatnya menanam rasa bangga dalam diri kader. Bahkan kita mulai percaya diri mengakui eksistensi sebagai kader Muhammadiyah sejak ustadz Adi Hidayat mengakui diri sebagai kader Muhammadiyah” tegas Wakil Ketua PCM Menganti tersebut.
“Ada tim di belakang ustadz Adi Hidayat, pun ada tim di belakang ustadz Hanan Attaki. Dalam poros tokoh-tokoh tersebut tidak ada kalangan dari kita” ujar ustad Taufik.
“Sebenarnya antara Muhammadiyah dan NU pengikut tulennya hanya sedikit. Nah yang banyak itu ialah yang bukan dari Muhammadiyah dan NU. Poros tengah ini menjadi peluang dakwah bagi kita” tambahnya.
Perluas Jejaring
Beliau melanjutkan agar kader muda Muhammadiyah dapat memperluas jejaringnya. “Jangan hanya terpatri dalam kalangan Muhammadiyah setempat. Namun kita harus sesekali keluar dari lingkungan tersebut. Misalnya dengan mengikuti forum Muktamar” pesan ustad Taufik.
“Kita akan bertemu sesama kalangan Muhammadiyah dari seluruh negeri. Ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah ini besar. Dari sini rasa bangga kita dapat terpupuk untuk terus ikut aktif dalam persyarikatan” sambungnya.
Pertanyaan kembali dibuka oleh ipmawan Firman. Kali ini pertanyaan datang dari ayunda Eka Purwasih.
“Saat ini fenomena yang berkembang adalah masyarakat belum mengenal apa itu Aisyiyah, apa lagi Nasyiah. Banyak dari kalangan kita yang sudah aktif di Muhammadiyah ini berhenti dan tidak mau berperan aktif di masyarakat. Bagaimana pendapat ustad terkait eksklusifitas yang dibangun kalangan Muhammadiyah menganti?” tanya Eka.
“Benar, memang ada atau banyak di antara kita yang ekslusif. Bisa juga setelah aktif di Muhammadiyah, karena tahu bendera yang kita bawa orang menjadi enggan” ujar ustad Taufik. Pasalnya, lanjut ustad Taufik, bisa jadi ada kekawatiran Kader Muhammadiyah dapat mempengaruhi ideologi, cara pandang orang lain.
“Sebab itu kita sering dieliminasi dari berbagai seleksi. Kemudian ada juga perasaan puas, sudah cukup dengan Muhammadiyah saja. Padahal seharusnya dengan bekal keorganisasian yang kita punya, kita ada nilai plus. Maka branding organisasi baik Nasyiah ataupun IPM, yang dibangun adalah karakter sehingga dapat memposisikan diri dalam lingkungan masyarakat” tegas ustad Taufik.
Pada akhir sesi, Moderator kemudian mempersilakan ustad Taufik untuk sedikit memberikan closing statement sebagai motivasi bagi pengurus PCNA dan PCIPM Menganti yang hadir.
Penulis Dian Andriani, Editor Danar Trivasya Fikri