PWMU.CO – Tiga keistimewaan Nabi Ibrahim yang perlu menjadi tauladan dalam setiap moment Idul Adha, itulah yang disampaikan Prof Dr H Biyanto MAg ketika menjadi khatib shalat Idul Adha di Lapangan Suci Market Gresik, Senin (18/6/2024).
Prof Biyanto dalam khutbahnya menyampaikan, pada tahun 2024 ini ada perbedaan pelaksanaan Hari Raya Idul Adha di Indonesia dan di Arab Saudi.
Ia menghimbau untuk saling menghormati adanya perbedaan mengingat beberapa komunitas umat Islam lainnya yang telah dulu melaksanakan dihari sebelumnya.
“Mereka melaksanakan pada 17 Juni 2024 dan berbeda dengan kita saat ini, maka semua itu harus di hormati,” ajaknya.
Ia berharap semua lapisan masyarakat termasuk para elit umat Islam semakin dewasa memahami perbedaan itu dan kedepannya umat Islam dapat merumuskan Kalender Hijriyah Global (KHG).
Guru besar bidang filsafat Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya itu menegaskan ibadah haji adalah kewajiban bagi umat manusia.
Salah satu syaratnya adalah istitha’ah. Biyanto memaknai istitha’ah dengan tiga hal yaitu:
- Kemampuan keuangan
Keuangan dalam hal ini adalah orang yang melaksanakan ibadah haji harus dipastikan memiliki kecukupan dan terjamin akomodasi dan transportasinya. “Melaksanakan ibadah haji itu antriannya panjang dengan biaya yang cukup mahal menurut orang Indonesia. Maka, harus memiliki kecukupan dari aspek keuangan dan keluarga yang ditinggalkan juga harus dijamin ketentraman dan aman belanjanya,” tuturnya. - Kemampuan fisik
Ibadah haji mengandalkan perjalanan yang panjang tidak hanya dari aspek finansial tapi juga fisik. Maka, kesehatan jamaah haji harus dipersiapkan secara prima. - Jaminan keamanan.
Pelaksanaan ibadah haji di tanah suci harus dijamin keamanannya. Biyanto mengatakan negara harus memberikan jaminan keamanan.
Biyanto juga menerangkan dalam pelaksanaan haji syarat dan kewajiban yang sudah dijelaskan harus ditaati.
Semua itu dilakukan agar para jamaah haji dapat melaksanakan serangkaian ibadahnya dengan penuh kedamaian.
Biyanto yang juga sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, menyampaikan ibadah haji merupakan sebuah peristiwa yang sangat luar biasa dan penting.
Seluruh umat Islam di dunia menanti agar dapat melangsungkan ibadah itu.
Meskipun demikian, antrian haji di Indonesia sudah sangat panjang hingga hampir 33 tahun.
Orang yang sedang beribadah haji itu disebut tamu Allah.
Seperti dalam firman Allah dalam Surat Al Hajj ayat 27 yang artinya “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan Haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,”.
orang-orang yang menunaikan ibadah haji atau umroh adalah tamu Allah.
Apabila tamu Allah itu berdoa, maka Allah akan mengabulkannya dan jika memohon ampunan, maka Allah akan mengampuninya.
Dalam buku al Hajj karya Ali Syariati menjabarkan bila dilihat dari atas, ibadah haji itu seperti permainan yang luar biasa karena yang menjadi pemain di dalamnya lebih dari empat juta jamaah.
Lalu, yang menjadi sutradara dalam permainan itu adalah Allah SWT. Sementara, tempat-tempat permainanya itu adalah Arafah, Mina, dan Muzdalifah.
Maka, lanjut Biyanto banyak para jamaah melengkapi Ibadah haji yang dengan antrian panjang itu dengan ziarah-ziarah di makam Rasulullah dan tempat bersejarah lainnya.
Dalam buku Al Haji itu, Ali Syariati mengatakan pelaku dalam permainan tersebut adalah orang-orang yang diundang oleh Allah.
Sementara tokoh yg diperankan dan perlu dipahami sifatnya adalah Ibrahim, Ismail, Hajar dan setan.
“Ini harus dipahami, dan ada baiknya mempelajari karakter-karakternya,” tutur Biyanto.
Menurut Biyanto, sebelum menunaikan ibadah haji para jamaah disarankan untuk dapat mempelajari sejarah Makkah, Masjidil Haram, Ka’bah, Arafah, Muszalifah dan Mina.
Tiga Keistimewaan Nabi Ibrahim
Pada khutbah yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Aisyiyah Suci Manyar Gresik itu, Biyanto mengajak para jamaah untuk merenungkan tiga sifat atau keistimewaan Nabi Ibrahim, di antaranya:
- Ibrahim mengajarkan nilai Tauhid. Ketika Nabi Ibrahim melihat bintang, beliau mengatakan ini adalah Tuhanku, Haadza Rabbi. Lalu, Nabi Ibrahim melihat bulan dan ketika melihat matahari terbit dan terbenam. Saya tidak mungkin melihat hal yang pergi dan tenggelam,”terang Biyanto menerangkan kisah Nabi Ibrahim.
Dalam hati Nabi Ibrahim kemudian berkata tidak mungkin Allah itu berbilang dan pasti Esa dan berbeda dengan makhluknya. Semuanya itu merupakan pembelajaran tauhid yang luar biasa dari Nabi Ibrahim.
Ketika Ibrahim diminta menyembah patung. Lalu diminta penguasa sembahlah api mengapa ternyata api bisa dipadamkan, lalu kembali Ibrahim ditantang untuk menyembah awan, untuk apa menyembah awan dan udara. Bukannya udara dihirup oleh manusia. Dari peristiwa itu Biyanto mengambil kesimpulan manusia tidak mungkin menyembah hal yang diciptakan oleh Allah.
- Melalui Ibrahim kebiasaan mempersembahkan tumbal untuk sesuatu tidak ada lagi. Karena ketika diminta menyembelih Ismail, lalu Allah menggantinya dengan seekor kambing.
- Nabi dan rasul diberikan keistimewaan mampu menghidupkan orang yang sudah meninggal. Sesungguhnya Yaumul qiyamah pasti ada kehidupan di dunia berinvestasi untuk kehidupan diakherat kelak.
Pada pelaksanaan Idul Adha ini, panitia mengumumkan telah menerima hewan Qurban sebanyak 12 ekor sapi dan 15 ekor kambing. (*)
Kontributor Anis Shofatun Editor Zahra Putri Pratiwig