Wildan Nanda
Wildan Nanda Rahmatullah – Sejarawan Muhammadiyah/Alumnus Ilmu Sejarah Unair/ Penulis Buku Jejak Kiai Dahlan di Jatim
PWMU.CO – Renovasi kawasan kota tua Surabaya digencarkan oleh Walikota Surabaya, Eri Cahyadi. Wajah baru kota lama Surabaya yang terbagi menjadi tiga zona yakni zona Arab, Pecinan, dan zona Eropa kini tampak lebih ramai dan rapi.
Rencana awalnya, kota tua baru ini diresmikan pada 31 Mei lalu, namun karena masih ada beberapa bagian yang belum selesai, maka peresmiannya diundur hari Kamis ini (27/6/2024).
Di salah satu zona kawasan kota tua Surabaya, terdapat makam tokoh Muhammadiyah yang sangat terkenal, yakni KH Mas Mansur. Lokasinya terletak di Jl. Ampel Wirai II, Ampel, Kec. Semampir, Surabaya.
KH. Mas Mansyur memegang peran penting dalam perkembangan Muhammadiyah di Surabaya, bahkan Jawa Timur. Hal ini bahkan dibuktikan dengan omongan Kiai Dahlan sendiri.
“Kini kita sudah dapat sapu kawatnya Jawa Timur,” ujar beliau.
Hubungan Mas Mansyur dengan Kiai Dahlan bermula di tahun 1915 ketika beliau pulang dari Mesir. Sebelum pergi ke Surabaya, Mas Mansyur singgah terlebih dahulu di Yogyakarta untuk bertemu dengan Kiai Dahlan. Di sana, mereka berdua berdiskusi dan menemukan kecocokan pemikiran.
Kecocokan pemikiran ini yang membuat Mas Mansyur kembali ke Yogyakarta setahun kemudian. Dengan menemui Kiai Dahlan di waktu luang, Mas Mansyur sudah menganggap beliau sebagai gurunya sendiri.
Pertemuan Mas Mansyur dengan Kiai Dahlan memberikan pencerahan dalam diri Mas Mansyur. Dia mengerti bagaimana memberikan dakwah pada umat Islam, mereka harus memahami al-Qur’an dengan hati dan pikiran.
Dengan semangat dakwah setelah pertemuannya dengan Kiai Dahlan ini, pada tahun 1920 saat Kiai Dahlan datang ke Surabaya, Mas Mansyur meminta Kiai Dahlan mengisi kajian di langgar daerah Ampel.
Pengajian Kiai Dahlan di langgar milik Mas Mansyur tersebut penuh sesak oleh jamaah. Masyarakat Surabaya memang senang sekali dengan kabar datangnya Kiai Dahlan di kota mereka.
Mas Mansyur juga menawarkan Kiai Dahlan untuk menginap di rumahnya, karena tidak ingin Kiai Dahlan tidur di tempat yang tidak jelas. Selain itu, Mas Mansyur sendiri ingin berdiskusi dengan Kiai Dahlan lebih dalam.
Lewat pertemuannya lagi dengan Kiai Dahlan ini, Mas Mansyur akhirnya menerima tawaran dari Kiai Dahlan untuk masuk ke Muhammadiyah. Setahun kemudian, berdirilah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Surabaya dengan KH Mas Mansyur sebagai ketuanya.
Kiai Dahlan sendiri yang meresmikan berdirinya Muhammadiyah Surabaya berdasarkan surat dari Hoofdbestuur Muhammadiyah.
Hubungan antara KH Ahmad Dahlan dengan KH Mas Mansyur memperkuat eksistensi Muhammadiyah di Jawa Timur. Kedepannya, Muhammadiyah Surabaya akan meluas pengaruhnya ke daerah lain di Jawa Timur.
Kota Tua Surabaya kini bukan hanya mengandungi jejak perbedaan etnis dari Eropa, Arab, Cina, maupun bumiputera. Tapi juga menyimpan jejak-jejak Kiai Dahlan dalam mendakwahkan Muhammadiyah di Jawa Timur.
Editor Teguh Imami