Prahara Digital; Serangan Ransomware Mengguncang PDN, Ketangguhan IT di Uji: Oleh Agus Maksum, Penulis Fiksi Ilmiah Populer. Cerita ini adalah karya fiksi. Kemiripan nama dan peristiwa hanyalah kebetulan dan bukan kejadian nyata.
PWMU.CO – Drama Prahara PDN: Ransomware as a Service by Order Broker. (Seri 1)
Bab 1: Kejadian yang Mengejutkan
Pagi itu, langit Jakarta tampak cerah, tetapi suasana di dalam gedung Pusat Data Nasional (PDN) tidak secerah itu. Jam baru menunjukkan pukul 09.00 WIB ketika serangkaian notifikasi darurat memenuhi layar komputer di ruang kendali.
Mata-mata para operator keamanan melotot tak percaya. Server PDN, yang menyimpan data sensitif jutaan warga negara, telah diretas.
Panik melanda. Suara alarm berbunyi nyaring, menambah kekacauan. Tim Security Operation Center (SOC) segera beraksi, memeriksa setiap log dan mencoba menutup celah yang dieksploitasi.
Namun, serangan ini berbeda. Terlalu terstruktur, terlalu cepat. Seperti ada tangan gaib yang membimbing peretas masuk ke jantung pertahanan.
Bab 2: Sistem Keamanan yang Tangguh
Beberapa hari sebelumnya, Ammax, seorang praktisi IT terkenal, menganalisis sistem keamanan PDN dan menemukan ketidaksesuaian dengan standar desain keamanan data.
Dalam analisisnya, ia menekankan pentingnya memiliki sistem keamanan IT yang tangguh. SOC yang beroperasi 24 jam, menggunakan perangkat SIEM canggih untuk memantau dan menangkal jutaan upaya serangan setiap hari. Namun, apa yang terjadi ketika semua sistem pertahanan berhasil diterobos?
Pada titik kritis ini, satu-satunya opsi adalah mematikan sistem dan memutus semua koneksi. Tapi terlambat sebelum langkah itu bisa diambil, data telah berhasil diunduh oleh para peretas. Seolah-olah mereka sudah tahu setiap langkah yang akan diambil oleh tim SOC ( Cyber Army). Ini bukan sekadar serangan dari luar, tapi kolaborasi yang melibatkan orang dalam.
Bab 3: Social Engineering (Kelemahan Utama)
Cara kerja peretas kali ini adalah melalui social engineering. Mereka tidak hanya mengandalkan keahlian teknis, tetapi juga kemampuan manipulasi psikologis.
Orang yang memegang root password, orang yang bertanggung jawab atas keamanan sistem, menjadi target utama mereka. Dengan berbagai pendekatan, dari sogokan hingga jebakan asmara, mereka berhasil mendapatkan akses.
Modus operandi mereka melibatkan RaaS (Ransomware as a Service). Serangan ini dilakukan oleh peretas asing yang disewa oleh kelompok dalam negeri. Mereka tidak hanya mendapatkan peta sistem, tetapi juga data yang diincar dengan presisi tinggi.
Bab 4: Kawat Intelijen
Di balik layar, di dunia maya, beredar informasi intelijen yang menghebohkan:
- Mulai Jumat pekan lalu, server PDN diretas.
- Sistem imigrasi pusat terkena dampaknya, menyebabkan antrian panjang di bandara internasional Soekarno-Hatta.
- Hacker nasionalis mendeteksi bahwa serangan berasal dari Rusia dan Korea Selatan.
- Para hacker meminta tebusan sebesar 1 juta USD untuk menghentikan serangan.
- Pejabat siber sekuriti nasional melaporkan permintaan tebusan sebesar 8 juta USD kepada DPR dan presiden.
- Hacker nasionalis menemukan jejak bahwa hacker asing diundang oleh kelompok hacker dalam negeri, JSM.
- Data KPK, Bais TNI, BIN, dan Inafis dijebol oleh hacker asing.
- Ribuan data warga RI disebar di darkweb.
Bab 5: Pertarungan Hacker
Di balik layar, ada perang yang tak terlihat. Hacker nasionalis berjuang melawan kekuatan hacker asing, meski tanpa dukungan penuh dari pemerintah.
Mereka menemukan data Inafis, yang berisi foto dan sidik jari warga RI, tersebar di darkweb. Ancaman ini bukan sekadar pencurian data, tetapi berpotensi mengganggu stabilitas nasional.
Editor: Alfain Jalaluddin Ramadlan