PWMU.CO- Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Mesir, Hidanul Achwan LC DipI menyampaikan refleksi dan harapan pada acara Musyawarah Cabang Istimewa (Musycabis) ke-10 PCIM dan ke-9 PCIA Mesir, di Grand Royal Palace (Qasr El-Maliki), Nasr City, Cairo, Selasa (9/7/2024).
Kegiatan yang turut dihadiri KBRI Kairo, Kedubes Palestina, Dr. Syahidah sebagai perwakilan markaz tatwir, dan Ustadzah Oky Setiana Dewi ini menjadi momen penting untuk menegaskan kembali jati diri PCIM sebagai ujung tombak kaderisasi ulama Muhammadiyah.
Diawal sambutan, Hidanul Achwan menyatakan bahwa kepengurusan telah berjalan selama 2 tahun 4 bulan sejak terpilih pada 4 Maret 2022.
“Selama periode ini, banyak dinamika dan pencapaian yang telah dicapai oleh PCIM dan PCIA Mesir. Sebagai salah satu Pimpinan Cabang Istimewa yang pertama dan tertua, PCIM Mesir telah menjadi pelopor dakwah kultural Muhammadiyah yang berkemajuan,” ujarnya.
Tema yang diusung dalam musyawarah kali ini adalah “Revitalisasi Jati Diri PCIM sebagai Ujung Tombak Kaderisasi Ulama’ Muhammadiyah”.
Menurutnya, tema ini mencerminkan keyakinan dan harapan bahwa para kader Muhammadiyah dan Aisyiyah yang belajar di Universitas Al-Azhar dapat membawa risalah dakwah Muhammadiyah dengan mengelaborasikan nilai-nilai wasatiyah ala Al-Azhar.
Ustadz Hidan, panggilan akrabnya, juga menggarisbawahi pentingnya para kader Muhammadiyah Mesir untuk kembali ke Indonesia sebagai suluh peneduh bagi warga persyarikatan Muhammadiyah.
“Banyak pondok pesantren dan pengurus pimpinan daerah Muhammadiyah yang berharap para kader dapat mengabdi di tempat mereka, menyediakan fasilitas yang memadai,” tuturnya.
Namun, di tengah harapan tersebut, Ketua PCIM Mesir mengakui adanya krisis ulama yang memahami agama Islam secara mendalam di kalangan Muhammadiyah. Meskipun banyak kader yang mumpuni dan memiliki akses ke ilmuwan klasik, banyak di antaranya memilih jalan sunyi keilmuan sehingga tidak banyak diketahui oleh publik.
Ustadz Hidan juga menyoroti isu yang belakangan ini mencuat di media sosial mengenai mahasiswa Indonesia di Mesir yang dianggap kurang mumpuni dalam keilmuan agama.
Ia mengajak para kader untuk merefleksikan diri dan berusaha mencapai popularitas yang bermanfaat bagi masyarakat awam, meskipun hal ini berpotensi mengganggu niat ikhlas.
Mengakhiri pidatonya, Ketua PCIM Mesir mengajak segenap kader Muhammadiyah dan Aisyiyah Mesir untuk belajar secara serius dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi persyarikatan.
Bertepatan dengan momentum awal tahun hijriah, ia menekankan pentingnya menumbuhkan optimisme dalam menatap masa depan Muhammadiyah di Indonesia. (*)
Penulis/Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan