PWMU.CO – Baru-baru ini dunia olahraga digemparkan dengan meninggalnya seorang atlet asal Tiongkok yang diduga mengalami henti jantung saat bertanding di Indonesia. Hal ini menarik perhatian dr Nur Kaputrin Dwigustiningrum selaku dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
“Atlet tersebut mengalami suatu kondisi yang dinamakan henti jantung. Sebagian besar kondisi ini disebabkan oleh gangguan irama jantung atau fibrilasi ventrikel disingkat v-fib, kondisi ini mengharuskan adanya penanganan cepat agar mendapatkan hasil yang baik. Semakin lama penanganan, maka semakin kecil pula peluang keberhasilan hidupnya,” tutur dokter yang akrab disapa Kaput tersebut.
Dilihat dari segi keilmuan, meninggal mendadak pada seseorang saat berolahraga bisa disebabkan oleh dua hal yaitu, henti jantung dan kondisi yang belum diketahui sebelumnya. Namun disisi lain kita juga harus memahami tanda-tanda kegawatan henti jantung secara dini, seperti adanya keluhan nyeri dada yaitu kondisi ketika dada terasa seperti tertusuk, perih atau tertekan sebelumnya.
Sesak napas atau dyspnea adalah kondisi ketika seseorang merasakan kesulitan saat bernapas. Sementara, ketidaksadaran diri adalah ketika seseorang tidak mampu merespons orang dan aktivitas. Kejang adalah kondisi yang ditandai dengan gerakan tubuh tidak terkendali akibat gangguan aktivitas listrik di otak.
“Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan jika ada seseorang tidak sadarkan diri. Pertama, pastikan anda dan lingkungan dalam kondisi yang aman. Kedua, segera mengecek respons seseorang tersebut secara cepat, yakni dengan melihat, mendengar dan merasakan nafas korban atau pasien dalam waktu 10 detik.
Selanjutnya, jika pasien sudah terindikasi tidak bernafas selama 10 detik, maka harus segera melakukan penanganan dengan CPR singkatan dari cardiopulmonary resuscitation atau RJP (resusitasi jantung paru),” imbuhnya
Adapun hal itu merupakan salah satu upaya pertolongan pertama gawat darurat secara medis yang dilakukan ketika ada seorang pasien henti jantung dengan cara pijat jantung atau kompresi dada.
Tujuan kompresi dada yaitu untuk mengalirkan darah serta oksigen ke otak dan miokardium, yakni otot jantung yang berperan memompa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Jika tersedia Automated External Defibrillator (AED), maka segera gunakan alat tersebut. Kompresi dilakukan secara terus-menerus hingga bantuan tim medis datang.
“Di akhir, Kaput menyampaikan bahwa hal tersebut dapat menjadi pengalaman dan pembelajaran bagi kita semua agar bisa belajar untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan. Selain itu juga terkait cara mengenali kondisi kegawatan dan melakukan penanganan,” tutupnya. (*)
Penulis Hassanal Wildan Editor Ni’matul Faizah