Oleh: Muhsin MK
PWMU.CO – Nabiullah Khidr alaihisallam memang tidak termasuk dalam daftar Nabi dan Rasulullah yang dihafal kaum muslimin. Namun namanya cukup populer hingga zaman digital saat ini. Namanya termaktub dalam al-Qur’an mulia. (al Kahfi:60-82).
Bahkan ada yang mengatakan beliau masih hidup hingga sekarang. Padahal Allah menegaskan dia sudah mati sebelum kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. (al Ambiya:34, Ali Imran:81).
Musa Berguru pada Khidir
Pada zaman Nabi Musa alaihisallam, Nabi Khidr alaihisallam masih hidup. Beliau dianugerahi oleh Allah, memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi. Hal ini yang mendorong Nabi Musa ingin belajar kepadanya. (al Kahfi:65-66).
Nabi Musa alaihisallam benar benar berguru pada Nabi Khidr alaihisallam. Dari proses pembelajaran keduanya ada hal yang fundamental. Yakni sebagai landasan betapa pentingnya pendidikan (ta’dib) dan pengajaran (tarbiyah) bagi manusia. (al Alaq:1-5, an Nahl:125, Al Jum’at:2).
Dari pendidikan dan pengajaran dalam sejarah kedua Nabi ini, khususnya dari Nabi Khidr alaihisallam, ada hal hal yang bernilai dan berharga. Terutama masalah pendidikan dalam berbagai aspek, yang meliputi antara lain berikut ini.
Pendidikan Adab dan Karakter
Pendidikan adab ini adalah pendidikan karakter yang sesungguhnya. Pendidikan adab dan karakter ini lebih diutamakan dari pada pengajaran ilmu pengetahuan. Sebab adab itu lebih utama dari ilmu. (al Hajj:30,32).
Adab adalah akhlak mulia atau terpuji (Akhlakul Karimah atau Akhlakul Hasanah). Sesuai sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”. (HR. Baihaqi di shahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no 45).
Para ulama dan cendekiawan muslim lebih dahulu mempelajari adab sebelum memperdalam ilmu, sesuai kitabullah dan Al Hikmah (Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. (al Jum’ah:2).
Saat Nabi Musa alaihisallam ingin belajar dengan Nabi Khidr alaihisallam, maka pendidikan dan pengajaran adabnya lebih dahulu diberikan. Baru kemudian ilmu yang disampaikan kepadanya. Sekurangnya ada lima pendidikan dan pengajaran adab yang disampaikan Nabi Khidr alaihisallam berikut ini.
Pertama, meminta dengan baik dan sopan tentang kesediaan pendidik atau pengajar (guru, assatidz, kyai dan ulama) yang didatangi atau dikunjunginya. (al Kahfi:66).
Jika dihubungkan dengan sekolah atau universitas, madrasah dan pesantren, maka maknanya peserta didik mendaftar lebih dahulu. Setelah mereka mendaftar, barulah bisa diterima. Bahkan mereka pun harus dites dahulu.
Kedua, menerima persyaratan atau tes yang diberikan pendidik atau pengajar. Jika memenuhi syarat bahkan siap berjanji atau membuat perjanjian dengan menanda tangani surat MOU (memorandum of understanding). (al Kahfi:67-70).
Ketiga, bersikap sabar saat belajar atau menuntut ilmu. Hal ini yang disampaikan Nabi Khidr alaihisallam kepada Nabi Musa alaihisallam secara langsung dan berterus terang. (al Kahfi:68-69).
Sabar salah satu artinya menurut ulama adalah menahan atau meneguhkan diri dalam menjalankan aktifitas dan ketaatan pada Allah, mengendalikan diri dari perbuatan dosa.
Selain itu menjaga diri dari emosi dan marah dalam menghadapi takdir Allah yang diberikan kepadanya. (Syeikh Al Utsaimin dalam Muslim.or.id).
Sabar menurut Hamka (ulama dari Muhammadiyah) menjelaskan, sabar adalah suatu sikap yang besar dan terlatih, yang akan diperoleh dengan jalan mengendalikan diri, tabah dalam menghadapi segala ujian, dengan disertai bersyukur kepada Allah dan memegang teguh ketaqwaan. (Sofyan Hadi, jurnalmadani.org).
Ketiga, memenuhi janji untuk bersabar selama menjalani pendidikan dan pengajaran. Apa yang diharapkan pendidik dan pengajar benar benar akan dilaksanakannya dengan sebaik baiknya dan tidak diingkarinya. (al Kahfi:69,76).
Memenuhi dan tidak ingkar janji ini merupakan adab yang patut ditanamkan pada siswa, mahasiswa, murid dan santri dalam proses pendidikan dan pengajaran yang diikutinya. Memenuhi dan tidak mengingkari janji merupakan karakter orang beriman dan bertaqwa. (al Mukminun: 9, al Baqarah:177).
Keempat, mengucapkan innsyaAllah jika berjanji pada seseorang apalagi yang aktifitasnya akan dilakukan dan dipenuhi kemudian atau esok hari. Hal ini perlu diucapkan karena tidak ada manusia mengetahui apa yang akan terjadi. (al Kahfi: 69).
InnsyaAllah bermakna “jika Allah menghendaki”. Hal ini perlu diucapkan karena tidak ada manusia yang mengetahui apa yang terjadi. Sebab apa yang akan terjadi tidak terlepas dari kehendak, kekuasaan, ketetapan dan ijin Allah Azza wa Jalla. (al Kahfi:23-24).
Kelima, tidak bertanya terlebih dahulu sebelum proses pelajaran selesai diberikan dijelaskan oleh pendidik dan pengajarnya. Barulah bertanya setelah pelajaran selesai atau sudah dijelaskan dan diterangkan kepadanya. (al Kahfi:70).
Bila dikaji lebih dalam tentang pendidikan adab dan karakter dari kisah Nabi Khidr dan Musa alaihisallam ini tentu masih banyak lagi. Namun lima pendidikan adab tadi sudah cukup untuk menjadi pegangan bagi para pendidik dan pengajar disemua jenjang pendidikan.
Pendidikan Solidaritas Sosial
Pendidikan dan pengajaran Nabi Khidr alaihisallam kepada Nabi Musa alaihisallam juga terkandung aspek pendidikan solidaritas sosial
Makna solidaritas sosial ialah kesetiaan kawanan, kepedulian, kebersamaan dan saling tolong menolong antara individu terhadap individu lainnya dalam kelompok masyarakat. Hubungan diantara mereka bagaikan satu bangunan yang saling kuat menguatkan. (as Saff:4).
Pendidikan solidaritas sosial yang diajarkan Nabi Khidr alaihisallam kepada Nabi Musa alaihisallam ada beberapa macam. Sekurang kurangnya lima macam. Sebagaimana di bawah ini.
Pertama, pendidikan solidaritas sosial Nabi Khidr alaihisallam yang dilakukannya dalam bentuk membantu dan menolong nelayan miskin agar perahu miliknya tidak sampai dirampas oleh Raja zalim di daerahnya. (al Kahfi:79).
Pendidikan solidaritas sosial ini dilakukannya antara lain dengan cara beliau menaiki atau naik ke atas perahu nelayan, lalu melobanginya atau membuat perahu itu bocor, sehingga dengan cara itu tidak jadi direbut raja yang zhalim. (al Kahfi:71).
Keadaan ini juga berarti Nabi Khidr alaihisallam memberikan contoh konkrit tentang betapa pentingnya pendidikan solidaritas sosial diberikan kepada anak didik, siswa, mahasiswa, murid dan santri di setiap lembaga pendidikan.
Terlebih lagi lembaga pendidikan yang beridentitas Islam dan Muhammadiyah yang didirikan dalam masyarakat.
Kedua, pendidikan solidaritas sosial yang diberikan dalam bentuk memperkenalkan langsung keadaan sosial nelayan miskin dengan mengajaknya langsung ke tempat mereka berada. (al Kahfi:71).
Ketiga, pendidikan solidaritas sosial yang diberikan dalam bentuk tindakan nyata dalam membantu dan menolong orang mukmin yang beriman agar tidak dibuat susah, celaka dan menderita akibat kekafiran dan kejahatan anaknya. (al Kahfi80).
Keempat, pendidikan solidaritas sosial yang diberikan dalam bentuk memperkenalkan keadaan masyarakat dan masalah yang dihadapi serta bagaimana membantu, menolong dan memecahkan masalah dan problematika yang dihadapi.(al Kahfi’77).
Kelima, pendidikan solidaritas sosial yang diberikan dalam bentuk membantu, menolong dan membangunkan rumah anak yatim yang hampir roboh.
Apalagi di bawah rumah itu ada barang warisan orang tuanya yang dapat digunakan untuk kebutuhan dan masa depan hidup anak anak yatim yang tinggal di rumah tersebut. (al Kahfi:77,82).
(MK.9.7.24).
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan