PWMU.CO – “Ingat masa pandemi kemarin, yang namanya oksigen aja, orang beli itu mahal banget, mereka berebut. Saya kalau ingat merinding, badan bergetar karena setiap kali telepon itu pasti gini.”
Hal itu dikatakan Koordinator Green Faith PP Aisyiyah dalam sesi konferensi pers, usai acara Uji Kompetensi Wartawan (UKW) angkatan 10 yang dilaksanakan di ruang Auditorium Gedung KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Bandung, Sabtu (13/7/2023).
Mbak Hening Parlan demikian orang akrab menyapanya, selebihnya mengatakan, ketika musim pandemi banyak orang bertanya, “mbak ada oksigen, mbak ada oksigen?”
“Waktu itu terjadi tahun 2019-2021, tahun itu saya ada di Jogja dan menjadi anggota Muhammadiyah Disarter Management Center (MDMC). Jadi orang yang nyari oksigen banyak, sedang kan saat ini kita tidak melestarikan oksigen, maka dapat dibayangkan,” kenangnya.
Jebolan S-3 UMJ dan Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah itu, menyatakan bahwa kepedulian lingkungan di Asia masih rendah, sehingga Muhammadiyah terus melestarikan lingkungan.
“ Kenapa kita ngobrolin tentang lingkungan hidup?” Tanya Hening Parlan, tapi dijawab sendiri, “karena lingkungan itu adalah tempat kita hidup. Ya kita enggak bisa hidup kalau kita tidak ada dalam sebuah peluang yang bersahabat terutama terhadap lingkungan.”
“Kita diciptakan oleh Allah itu sebagai khalifah,” tuturnya, “agar benar-benar menjaga lingkungan hidup. Kenapa kadang orang mengajak berdebat dalam hal melestarikan lingkungan hidup, artinya mengelola segala sesuatu itu, bukan mengelola saja, tetapi juga merawat. Kemudian kalau konteksnya untuk lingkungan bahkan makin besar sudut pandang kita, maka yang memuliakan lingkungan adalah manusia. Selanjutnya, dari tahun ke tahun yang namanya degradasi lingkungan hidup, tidak dirasakan drastis tidak kayak bencana banjir, dan tidak seperti gempa bumi,” terang Mbak Hening.
Merespons pertanyaan PWMU.CO tentang kesejahteraan para guru Muhammadiyah/Aisyiyah, dia berucap, walaupun tidak dalam kapasitas sebagai guru, dia yakin guru sebagai sosok panutan bisa mengajarkan anak didiknya agar bukan cuma text book.
Namun juga mengajarkan bagaimana anak-anak didik supaya mencintai lingkungannya. Dia berucap motivasi guru untuk mengajar tentang lingkungan hidup itu dengan ending doa, semoga sebagai amal jariyah mereka dibalas Allah sebagai jariyah ilmu yang bermanfaat.
“Selanjutnya membangun generasi itu adalah membangun masa depan sebenarnya. Jadi kalau para ibu guru bisa melakukan hal ini, karir terhadap lingkungan akan luar biasa nilainya. Bahkan jika mau menekuni bisa merambah pada program green Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bisa jadi ini sebuah inovasi baru,” tutupnya. (*)
Penulis Dahlansae Editor Wildan Nanda Rahmatullah