Fathan Faris Saputro (Foto:PWMU)
Fathan Faris Saputro – MPID PDM Lamongan
PWMU.CO – Refleksi diri adalah proses mendalam di mana seseorang mengevaluasi tindakan, pikiran, dan niatnya sehari-hari. Dalam Islam, refleksi diri dikenal sebagai muhasabah, yang merupakan cara untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Proses ini penting karena membantu kita menyadari kekurangan dan kesalahan serta berusaha memperbaikinya.
Surat Al-Taubah ayat 126 memberikan kita gambaran yang jelas tentang pentingnya muhasabah. Ayat tersebut berbunyi: “Dan tidak kah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak [juga] bertaubat dan tidak [pula] mengambil pelajaran?”. Ayat ini mengingatkan bahwa ujian adalah kesempatan untuk belajar dan bertaubat. Namun, kita sering mengabaikan kesempatan ini dan tidak mengambil pelajaran dari kesalahan. Ini adalah panggilan untuk lebih introspektif dan sadar akan tindakan kita.
Muhasabah dilakukan tidak hanya dalam konteks pribadi tetapi juga dalam beragama. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyarankan umat Islam melakukan muhasabah dalam beragama. Menurutnya, beragama saat ini sering hanya pada kulit luar, melaksanakan rukun syariat tanpa memahami esensi ibadah. Haedar Nashir mengkritik salat yang sering menjadi rutinitas mengejar setoran dan menggugurkan kewajiban tanpa pantulan kebaikan. Dia menekankan pentingnya salat yang khusyuk dan tahtinah, bukan hanya salat syariat semata.
Ayat 18 surat Al-Hasyr mengajarkan agar setiap orang bermuhasabah untuk menyongsong hari esok, yaitu Hari Kiamat menurut tafsir Al-Thabari. Muhasabah dilakukan untuk mempersiapkan diri menuju kehidupan akhirat. Ini mengingatkan kita bahwa setiap tindakan di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Oleh karena itu, kita perlu terus bermuhasabah untuk meningkatkan kebaikan dan mempersiapkan diri dengan baik untuk kehidupan akhirat.
Ayat 19 surat Al-Insyiqaq menekankan pentingnya proyeksi capaian kebaikan. Ini menunjukkan bahwa refleksi diri dan muhasabah bukanlah hal kecil atau mudah. Dibutuhkan kesungguhan dan kesadaran tinggi untuk memahami dan memperbaiki diri. Dalam Islam, muhasabah sangat penting karena mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperkuat keimanan.
Ajaran tauhid dalam Islam menekankan pentingnya muhasabah. Tauhid mengajarkan tentang keesaan Allah dan menjaga hubungan yang baik dengan-Nya. Melalui muhasabah, kita mengevaluasi sejauh mana kita menjalankan tauhid dalam kehidupan sehari-hari: apakah kita benar-benar mengesakan Allah dalam semua aspek kehidupan, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya? Ini adalah pertanyaan yang perlu direnungkan dalam proses muhasabah.
Muhasabah adalah proses yang tidak berhenti sekali, tetapi berkelanjutan. Sebagai manusia, kita memiliki potensi untuk berbuat kesalahan dan mengalami kekurangan. Setiap hari, kita dihadapkan pada situasi dan tantangan baru yang bisa menyebabkan kesalahan. Oleh karena itu, muhasabah harus menjadi bagian rutin dalam kehidupan kita, memungkinkan kita terus menilai dan memperbaiki diri.
Dengan kesadaran hasil dari muhasabah, kita dapat sungguh-sungguh memperbaiki diri. Proses ini melibatkan tekad kuat dan tindakan nyata untuk mengatasi kekurangan dan kesalahan kita. Meskipun tidak mudah, dengan ketekunan dan komitmen, kita bisa melihat perubahan positif dalam diri kita. Perbaikan ini tidak hanya memengaruhi kehidupan kita sendiri, tetapi juga hubungan kita dengan orang lain.
Muhasabah memiliki implikasi yang signifikan tidak hanya untuk kehidupan di dunia ini tetapi juga untuk kehidupan di akhirat nanti. Dalam perspektif spiritual, muhasabah membantu kita untuk lebih dekat dengan Tuhan dan menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama. Dengan demikian, muhasabah tidak hanya membawa perbaikan di dunia ini, tetapi juga memberikan bekal untuk kehidupan yang abadi di akhirat nanti.
Editor Teguh Imami