Muhsin MK
Muhsin MK – Pegiat Sosial
PWMU.CO – Masjidil Haram di Mekah Al Mukarramah merupakan tempat ibadah ummat Islam tertua. Lalu Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis Palestina. Kedua masjid ini berdiri tegak hingga saat ini. Sebagai peninggalan sejarah peradaban Islam.
Kedua masjid bersejarah ini benar benar Baitullah. Rumah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Di dalamnya hampir setiap waktu disebut nama Nya. Tak ada tempat ibadah yang nama Allah disebut berulang ulang setiap saat. Terutama dalam shalat lima waktu sehari semalam.
Masjid benar-benar Baitullah
Seluruh masjid di dunia benar benar Baitullah, rumah Allah. (Al Baqarah:114). Apalagi yang benar benar digunakan untuk melaksanakan ibadah kepada Nya.
Bahkan dalam shalat taraweh atau qiyamul lail yang dilaksanakan di bulan Ramadhan dan sholat sholat Sunnah lainnya. Ditambah lagi zikrullah sehabis shalat fardhu. Akan semakin banyak nama Allah disebut dan dibacakan ummat Islam.
Sebagai rumah Allah Azza Wa Jalla, maka masjid dibangun tidak hanya indah dan megah dengan berbagai ragam desain dan arsitektur tradisional dan modern. Hal Ini memang membuat masjid semakin memperkaya peradaban Islam yang bersifat fisik.
Namun yang utama masjid itu adalah, karena benar benar dipelihara kebersihan dan kesuciannya. Kebersihan dan kesucian masjid tak ada duanya jika dibandingkan tempat-tempat ibadah lainnya. (At Taubah:108).
Hakekat masjid bersih dan suci
Kebersihan dan kesuciannya masjid yang membedakan dengan tempat ibadah lainnya tentu bukan karena senantiasa dibersihkan, disapu dan dipel setiap hari. Sehingga masjid menjadi bersih dari berbagai kotoran, debu dan sampah yang ada di dalamnya.
Kalau hanya hal ini saja. keadaan di tempat tempat ibadah lainnya juga sama dan lebih baik. Setiap hari dibersihkan dan dirapikan. Bahkan dipandang keadaannya lebih bersih dari masjid, terutama soal WC dan toiletnya. Apalagi masalah manajemen pengelolaannya.
Manajemen dan pengelolaan masjid soal kebersihan WC dan toilet masih memprihatinkan. Ditambah lagi ulah jamaah masjid yang menggunakan WC dan toilet seenaknya.
Mereka membuang kotoran najis dan bau tanpa disiram air cukup, bahkan tidak disiram sama sekali. Merokok dan buang puntungnya sembarangan di WC dan toilet. Mereka benar benar tidak mau menjaga kebersihan dan kesucian masjidnya sendiri.
Adapun kebersihan dan kesucian masjid yang berbeda dari tempat ibadah lainnya yaitu, dalam hal ruang ibadahnya yang bersih dan suci dari najis. Baik najis yang berhubungan dengan badan, fisik dan jasmani manusia, maupun dengan jiwa, mental dan rohaninya.
Najis yang keluar dari badan manusia setiap hari ini harus dibersihkan dan disucikannya. Membersihkan dan mensucikan nya dengan cara thaharah, khususnya ber-istinja, yakni sehabis buang air kecil dan besar (BAK-BAB).
Kemudian badannya harus dibersihkan dan disucikan dengan cara mandi dan berwudhu. Boleh dengan cara tayamum, terutama bagi yang sakit dan dalam perjalanan. (Al Maidah 6).: Ini yang harus dilaksanakan seorang muslim jika hendak masuk dan beribadah di dalam masjid.
Karena itu bagi ummat Islam yang hendak masuk dan beribadah di dalam masjid tentu harus dalam keadaan bersih dan suci. Baik badannya dan atau pakaian yang dikenakannya.
Bahkan bagi mereka yang akan masuk ke dalam masjid pun diharuskan melepaskan alas kaki, sepatu atau sandal yang dipakainya. Kenyataan ini pula yang membedakan masjid dengan tempat tempat ibadah Ummat beragama lainnya.
Bersih dan suci dari syirik
Selain bersih dan suci dari najis badan, masuk dan beribadah di masjid juga harus bersih dan suci jiwanya. Jiwa jiwa muslim yang berada di dalam masjid harus bersih dan suci dari segala najis yang merusak jiwanya. Salah satu najis itu adalah syirk (mempersekutukan Allah).(At Taubah:28).
Karena itu masjid yang suci dan bersih itu berarti tidak ada unsur syirik di dalamnya. Jika unsur syirk itu ada di dalam masjid, maka rumah Allah itu juga tidak bersih dan suci dari najis. Ini juga yang membedakan masjid dengan tempat-tempat ibadah lainnya.
Selain itu setiap ummat Islam yang beribadah di dalam masjid, demikian pula keadaan fisik bangunan masjid pun harus lah bersih dan suci dari unsur unsur syirk. Mereka beribadah benar benar hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apapun. (Al Jin: 18, An Nisa: 36).
Bangunan fisik masjid di dalam dan di luar tidak ada berhala, atau patung patung dan gambar gambar manusia. Tidak ada simbol simbol yang berkaitan dengan sesembahan dan keyakinan agama lainnya. Termasuk adanya kuburan yang sengaja ditempatkan di dalamnya.
Jumlah nama Allah disebut
Sebagai rumah Allah masjid juga sebagai tempat yang senantiasa ramai didatangi jamaah yang menyembah Nya. Mereka yang melaksanakan ibadah sholat menghadap Nya. Nama Nya disebut saat shalat berjamaah. Sehari semalam berapa banyak kalimat Allah dibacakan hamba Nya
Dalam sholat ada takbir. Dimulai takbiratul ihram hingga takbir saat akan rukuk dan sujud. Dalam sholat lima waktu, dalam kalimat Allahu Akbar saja, nama Nya disebut sebanyak 90 kali.
Dalam satu masjid bila jamaahnya ada berjumlah 100 orang, berarti nama Allah disebut sebanyak 900 kali. Kalau ini dilaksanakan dalam satu bulan, maka jumlahnya sebanyak 30X900=27.000 (dua puluh tujuh ribu) kali.
Bagaimana kalau setahun dengan sejuta masjid? Bandingkan dengan tempat ibadah agama lain dalam menyebut nama Allah?
Maka itu masjid sebagai pusat peradaban Islam tidak perlu kita lihat dari bangunan fisiknya saja. Coba kita lihat perhatikan pula tentang fungsinya. Pada fungsinya akan tampak bahwa masjid itu benar benar sebuah peradaban yang tinggi, agung dan tiada duanya.
Karena itu dengan memakmurkan masjid berarti semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas peradaban Islam. (At Taubah:18). Maka cukuplah memakmurkannya dengan senantiasa melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Minimal setiap shalat lima waktu shalat fardhu.
Dengan semangat memakmurkan masjid berarti ummat Islam telah membangun peradaban yang tiada duanya. Sebuah peradaban yang bukan hanya menjadi kemaslahatan bagi umat Islam saja. Melainkan juga kemaslahatan bagi seluruh makhluk yang hidup di dunia. Wallahu ‘alam.
Editor Teguh Imami