PWMU.CO – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Lowokwaru Kota Malang menyelenggarakan kajian Ahad pagi di Masjid Imam Bukhari, kompleks perkantoran Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang. Kajian ini dihadiri oleh warga dan simpatisan Muhammadiyah se-Lowokwaru pada Ahad (21/7/2024).
Farid Hamidy, pengisi kajian kali ini, mengambil tema “Muharam momentum hijrah dan perubahan”. Ia menjelaskan bahwa Muharam dijadikan sebagai awal kalender Hijriah, sebuah kalender Islam yang belum ada sebelumnya.
“Dalam rapat terbatas untuk membuat kalender Islam, ada beberapa usulan. Usulan-usulan tersebut termasuk memulai kalender Islam dari lahirnya Rasulullah, dari wafatnya Rasulullah, atau dari hijrahnya Rasulullah, yang akhirnya disepakati berdasarkan usulan sahabat Umar bin Khattab,” ungkapnya.
Menurut penjelasan Farid Hamidy, Rasulullah melakukan tiga kali hijrah. Pertama, ke Habasyah. Kedua, ke Thaif. Ketiga, ke Madinah.
“Pada malam 1 Muharam, rumah Rasulullah dikepung ketat oleh para pemuda suku Quraisy. Mereka diperintahkan untuk tidak mengantuk atau tidur, tetapi Allah menyelamatkan Rasulullah dengan membuat para pemuda itu mengantuk sesaat, sehingga Rasulullah bersama Abu Bakar Ash Shiddiq dapat keluar dan melanjutkan perjalanan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Muhammad, jika kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian,” ujarnya.
Farid Hamidy menceritakan bahwa Ali bin Abi Thalib tidur menggantikan Rasullullah di kamar Rasulullah, sehingga para pemuda dari suku Quraisy tersebut tidak menyadarinya.
“Inilah taktik Rasulullah yang luar biasa. Rasulullah mempercayai Ali karena terkenal setia, loyal, pemberani, dan yang tidak dimiliki yang lain, yaitu wajahnya mirip dengan Rasulullah,” katanya.
Menurut Farid Hamidy, ketika kafir Quraisy mengetahui bahwa Rasulullah telah keluar dari rumah, mereka mengumumkan sayembara dengan imbalan satu ekor unta bagi yang bisa menangkap Rasulullah hidup atau mati. Nilai sayembara ini setara dengan tiga hingga lima miliar rupiah.
Salah satu pemuda yang tergiur adalah Suroqoh bin Malik, yang bertemu dan mengejar Rasulullah dengan menaiki kuda.
“Namun, Allah membantu Rasulullah dan membuat Suroqoh jatuh ke tanah tiga kali,” jelasnya.
Farid Hamidy kemudian menerangkan bahwa Rasulullah mendekati Suroqoh dan berkata, “Wahai Suroqoh, saya tahu kamu akan menangkap aku hidup atau mati karena tergiur sayembara itu. Kamu sekarang sudah tidak berdaya, dan aku bisa saja membunuhmu. Kendali ada di tanganku. Aku memaafkan kesalahanmu, dan kamu kembalilah ke Mekah.”
Suroqoh pun mengikuti perintah Rasulullah untuk kembali ke Mekah. Di kemudian hari, ia masuk Islam.
“Rasulullah lalu melanjutkan perjalanan. Setibanya di Madinah, Rasulullah disambut oleh para Ansar. Ansar ini termasuk ratusan orang yang diislamkan oleh sahabat Rasulullah, yaitu Musab bin Umair,” paparnya.
Farid Hamidy lalu menjelaskan bahwa hijrah Rasulullah ke Madinah merupakan cikal bakal penyebaran agama Islam ke penjuru dunia.
Farid Hamidy juga menambahkan, bahwa mengambil momentum Muharam untuk hijrah dan berubah lebih baik adalah salah satu hal yang harus terus diperjuangkan.
“Hijrah dan berubah harus secepat mungkin, dari yang tidak baik menjadi lebih baik. Masalah kematian ada di tangan Allah, bisa jadi yang muda duluan atau sebaliknya,” imbuhnya.
Selain itu, Farid Hamidy juga menyebutkan pentingnya hijrah sesuai dengan al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 100 yang berisi ajakan untuk hijrah.
“Hijrah adalah memperbaiki diri agar menjadi penyabar dengan memilih tempat yang baik seperti masjid atau majelis, beraktivitas baik seperti mengaji, memilah pertemanan, dan mengajak orang sebanyak-banyaknya untuk menjadi baik,” tutup Farid Hamidy. (*)
Penulis Fadhilah Nayla Salsabila Editor Wildan Nanda Rahmatullah