Bupati Gresik H Fandi Akhmad Yani SE MMB (kanan) berbincang dengan Rektor UM Gresik Nadhirotul Laily SPsi MPsi PhD, Psikolog (kiri) pada acara gala dinner (30/7/2024) di Aula Pemkab Gresik. (Istimewa/PWMU.CO).
PWMU.CO – Gresik mempunyai peran penting dalam perdagangan lewat laut atau sebagai pelabuhan laut sejak Prabu Airlangga berkuasa antara 1019 M hingga 1043 M. Pelabuhan ini memiliki arti penting dibandingkan dengan pelabuhan sejenis di Tuban atau Ujungpaluh yang saat ini bernama Surabaya.
Bahkan, Gresik sudah menjadi kota makmur dan pelabuhan kapal-kapal besar. Perdagangan antara Gresik dengan Maluku di kawasan timur berjalan lancar karena pedagang Arab saat itu telah menguasai perdagangan antar pulau.
Sejarah Panjang sejak Wali Songo
Bupati Gresik H. Fandi Akhmad Yani SE MMB menegaskan ulang hal tersebut pada acara gala dinner Selasa, (30/7/2024) dengan para rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah seluruh Indonesia.
Menurutnya, Gresik merupakan kota kecil yang mempunyai peradaban cukup panjang dan sejarah yang luar biasa dan tidak bisa terlupakan. Akulturasi budaya dan toleransi antar umat beragama terjadi di Gresik dengan bukti peninggalan bangunan yang berada sekitar alun-alun.
“Ada kampung Pecinan, kampung Belanda, kampung Peranakan dan kampung Arab menjadi bukti empat etnik yang berdampingan dan tidak ada masalah yang timbul. Bahkan buktinya masih terjaga hingga saat ini yakni adanya bangunan Masjid, Gereja dan Klenteng yang berada dalam satu kawasan alun-alun Gresik,’ papar alumni Universitas Airlangga ini.
Gus Yani, begitu sapaan akrabnya, menyatakan pengelolaan pelabuhan Gresik terlaksana oleh orang Islam sejak lama. Bahkan wali pertama sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa Sunan Maulana Malik Ibrahim adalah seorang cendekiawan yang mampu mengelola pelabuhan Gresik yang oleh Belanda mendapat nama Bandar Grisse.
Bukan hanya itu, Sunan Maulana Malik Ibrahim yang masyhur dengan nama Maulana Maghribi juga piawai dalam ketahanan pangan. Pada awal mendarat di Leran, Gresik, pada 1371 Masehi dari Kashan, Persia (sekarang Iran), Sunan langsung membenahi sistem perairan para petani sehingga dapat menghasilkan panen lebih optimal.
Pengelolaan pelabuhan Gresik berlanjut di bawah Prabu Brawijaya sebagai penguasa Majapahit saat itu. Dan kemudian berlanjut kepada Ibu angkat Sunan Giri yakni Nyai Ageng Pinatih.
Bahkan, pelabuhan Gerwarisi (asal mula nama Gresik, red) terkenal dalam percaturan perdagangan dunia, hingga pada zaman kekuasaan Dinasti Giri Kedaton yang berlangsung selama 200 tahun sejak abad ke-15 hingga abad ke-17. ‘
Namun, tambah Gus Yani, pada era kolonialisme Belanda sekitar akhir tahun 1915, perdagangan laut yang semula di Grisse, sebagaimana orang Belanda menyebut Gresik demikian, tergeser ke Surabaya yang saat ini adalah Tanjung Perak.
Sejarah Terulang dengan JIIPE
Catatan sejarah Gresik sebagai kota pelabuhan internasional berpotensi akan terulang. Pemerintah pusat telah memutuskan pelabuhan dengan nama Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) dan berlokasi di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.
Alasan pemerintah, kata Gus Yani, menetapkan JIIPE sebagai Kawasan Ekonomi Khusus melalui kajian beberapa aspek. Baik aspek geografis maupun aspek kelayakan sebagai pelabuhan internasional.
Gresik memiliki garis pantai terpanjang di wilayah utara Jawa daripada daerah lainnya seperti Lamongan dan Tuban. ‘’Allah memberikan keberkahan Gresik dengan lokasi yang berhadapan dengan Pulau Madura sebagai benteng alami sehingga wilayah lautnya menjadi tenang tanpa gempuran ombak yang kencang” ujarnya.
“Selain itu, dengan total panjang dermaga 6.200 meter dan kedalaman air laut -16 m LWS maka JIIPE mampu melayani kapal besar hingga 150.000 DWT,’’ ungkapnya.
Menanggapi pemaparan Bupati, Ketua Asososiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (AFEB) Prof Dr Rizal Yahya SE MSc Ak CA CRP berantusias untuk melakukan kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Gresik terutama dalam bidang riset guna pengembangan Gresik di masa yang akan datang.’
“Kajian tentang kawasan ekonomi khusus (KEK) dan pengembangan industri di kawasan terebut menjadi agenda utama dalam kolaborasi ini,’’ paparnya. Kesan mendalam tentang Gresik ini pun Prof. Yahya sampaikan pada akhir sambutannya dengan sebuah pantun.
Buah persik siap dipetik
Disantap dengan buah kweni
Kota Gresik merupakan kota yang cantik
Ingin rasanya kita kembali lagi ke sini. (*)
Penulis Aries Kurniawan, Editor Danar Trivasya Fikri