(Warga Muhammadiyah di Surabaya)
PWMU.CO – Di abad ini, perubahan dinamika (ekonomi, teknologi, dan industri) adalah sangat cepat, semua manusia (secara individu, institusi, atau organisasi) memerlukan reposisi diri. Yang bergerak akan menjadi pemain, dan yang diam akan menjadi penonton. Muhammadiyah juga tidak lepas dari tuntutan itu dalam rangka ikut membangun dan membesarkan bangsa ini. Ada pepatah dakwah Jawa, “omah gendheng disaponi, abot entheng ayo bareng dilakoni”. Dengan umur 112 tahun, Muhammadiyah telah mengalami jatuh bangun dan kaya pengalaman empirik dalam menyelesaikan berbagai macam tantangan. Ini adalah modal yang tidak dapat diperoleh dengan mudah dari organisasi besar Muhammadiyah.
Lulusan pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi Muhammadiyah sudah menyebar ke seluruh dunia dan mereka telah berdiri tegak dalam berdakwah dan mewarnai lingkungannya masing-masing. Mereka adalah bukan hanya aset Muhammadiyah, tetapi sudah menjadi milik bangsa dan umat manusia secara luas. Ini adalah modal berharga agar Muhammadiyah untuk terus mengembangkan sayapnya dalam memajukan bangsa di banyak sektor di bumi pertiwi.
Akhir-akhir ini semua ormas keagamaan cukup sibuk karena ada tawaran untuk mengelola tambang. Masyarakat luas juga tidak ketinggalan dalam hal ini, sehingga tanggapan masyarakat yang sangat beragam dan memenuhi berbagai media.
Ada yang sangat setuju, ada yang menolak, dan ada yang netral-netral saja, dan hal seperti ini adalah sensitif jika ada sesuatu yang tidak biasa. Itu adalah hal yang biasa.
Nahdlatul Ulama (NU) dengan sangat cepat menerima tawaran itu, dan Muhammadiyah menyusul. Ini adalah masalah waktu saja, walaupun ada guyonan banyak orang bahwa Muhammadiyah dan NU hanya berbeda di rakaat sholat tarawih dan sama dalam hal tambang.
Saya sebagai seorang enjinir (perekayasa), melihat bahwa ini adalah kesempatan yang baik ormas keagamaan untuk mengambil tawaran ini tentu dengan perhitungan berbagai macam variabel kepentingan yang terukur dengan acuan data yang sahih (valid).
Kesiapan Muhammadiyah
Muhammadiyah secara definitif telah memutuskan untuk mengambil kesempatan itu, yaitu masuk dalam ladang bisnis yang memang tidak sederhana. Artinya bahwa Muhammadiyah telah menyiapkan diri secara serius. Memang ini adalah masalah yang tidak sederhana, karena kita belum terbiasa saja. Kita sering menyampaikan bahwa Muhammadiyah dilahirkan sebelum negeri ini merdeka.
Sumbangsih Muhammadiyah untuk negeri ini adalah sudah tidak dapat dihitung, sejak mulai berdiri. Semua berjalan dengan merangkak dengan learning by doing di segala aktivitas apapun dan telah berhasil di banyak sisi. Setiap siswa Muhammadiyah diajari tentang ilmu amaliyah, yaitu yang sudah kita pelajari, kita amalkan. Kalau orang Jawa bersemboyan, ilmu tinemune kanthi laku, yaitu ilmu harus diamalkan agar ada manfaatnya. Begitu juga dalam hal masalah tambang, kita harus melakukan hal yang sama. Ayat-ayat tentang lapisan bumi dan angkasa sudah banyak kita hafalkan, sekarang kita masuk tahapan aplikasi.
Tentu untuk pengelelolaan tambang harus dilakukan secara bertahap yang terjangkau untuk ukuran volume yang harus dikerjakan dengan target yang telah dihitung secara presisi. Dengan kata kunci ‘berkemajuan’, tawaran pemerintah untuk mengelola tambang adalah sebuah keniscayaan untuk Muhammadiyah. Di sini secara lambat atau cepat, Muhammadiyah akan masuk ke bidang-bidang rekayasa dan industri, termasuk pengelolaan tambang yang multidisiplin, dan tentu untuk masa-masa yang akan datang akan lebih luas dari itu.
Penambangan adalah melakukan proses ekstraksi bahan geologi dan mineral berharga dari permukaan bumi. Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material yang lain.
Penambangan diperlukan untuk memperoleh bahan-bahan yang tidak dapat diperoleh melalui proses penanaman, pertanian, atau tidak dapat dibuat secara buatan (artifisial). Bijih yang diperoleh dari penambangan meliputi logam-logam (seng, tembaga, besi, baja, nikel, alumunium, emas, perak, uranium, dan yang lain), batu bara, minyak, batu permata, batu kapur, kapur, batu dimensi, garam batu, kalium, kerikil, tanah liat, atau yang lain. Bijih tersebut berupa batuan atau mineral yang mengandung unsur berharga, dapat ditambang dan dijual untuk memperoleh keuntungan dari banyak aspek.
Secara singkat, penembangan adalah mengambil isi bumi yang tidak dapat dibarukan, non renewable. Proses penambangan modern melibatkan pencarian biji alam, analisis potensi keuntungan secara ekonomi dari tambang yang akan dikerjakan, mengekstraksi bahan yang diinginkan, dan reklamasi akhir atau pengembalian (restorasi) lahan setelah tambang ditutup. Ini adalah hulu, dan kita tidak hanya berhenti di sini, sedangkan hilir dari semua ini adalah kebutuhan sebuah bangsa.
Ini adalah tidak sederhana, tetapi apapun alasannya, elemen bangsa ini secara mandiri harus percaya diri dan secara profesional untuk berani mengelola tambang dengan bertanggung jawab dan berkeadilan untuk kemakmuran bangsa. Sistem Kelistrikan Jawa Bali membutuhkan batu bara, gedung-gedung dan perumahan membutuhkan besi dan baja, mobil, sepeda motor, kompor di dapur, dan lain sebagainya membutuhkan ini-itu dari hasil tambang.
Menyiapkan Lembaga Pengelola Tambang
Pilihannya adalah profesional, dan banyak orang mengatakan bahwa Muhammadiyah dapat melakukan itu. Ini tentu dalam bentuk amal usaha atau unit bisnis. Muhammadiyah sudah mempunyai holding company, atau bergandeng tangan dengan perusahaan di luar Muhammadiyah, dan tentu hal ini adalah tidak sulit.
Sumber daya dapat diambil dari warga Muhammadiyah, dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah, dan juga dapat dari luar Muhammadiyah (Industri atau dari Perguruan Tinggi Negeri). Ini semua adalah sangat mungkin, dan masyarakat luas akan sangat menunggu kiprah Muhammadiyah dalam beramar ma’ruf nahi mungkar dalam bidang tambang.
Masyarakat sudah mempercayai Muhammadiyah dalam mengelola pendidikan dan rumah sakit, tentu harapan baru dari masyarakat dalam kemaslahatan untuk Indonesia melalui pengelolaan tambang. Kyai Dahlan di zamannya telah dapat menghilangkan TBC (Takhayyul, Bid’ah, dan Churafat) masyarakat, maka Muhammadiyah hari ini dapat menaklukkan teknologi.
Editor Azrohal Hasan