PWMU.CO – Santri Madrasah Aliyah Al-Ishlah Sendangagung berkesempatan memandu pelajar Jepang saat belajar Batik Sendangagung di Watungkal Edupark Sendangagung (WES) Paciran Lamongan Jawa Timur, Selasa (13/8/2024).
Santri MA Al-Ishlah, Zubda Billauri Syahrani dan Khifdah Dwi yang memandu dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Dua santri lainnya, Rahma Madani dan Hassya Naila sebagai jurnalis yang meliput kegiatan tersebut juga dengan bahasa Inggris.
Lima pelajar asal Hiroshima Jepang dan sepuluh pelajar asal Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Lamongan belajar Batik Sendangagung langsung dari pengrajinnya di tempat teduh man asri di samping kolam renang di jantung Desa Sendangagung ini.
Lima pelajar tersebut berasal dari sekolah yang berbeda-beda. Kelima pelajar tersebut yakni, Minato Yokoi (14) dari Shisei Junior High School, Nanako Fujimoto (15) dari Yasuda Girls’ Senior High School, kemudian Miharu Suetsugu (15) dari Kannabenishi Junior High School, Yuzu Kotani (16) dari Kumano High School, dan Rena Ebara (17) dari Hatsukaichi High School. Serta 1 Pendamping dari Jepang Yuha Takahashi.
“Kegiatan membatik merupakan bagian dari field trip (Kunjungan lapangan) yang memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa dari Jepang.”
“Desa Sendangagung dipilih sebagai destinasi wisata edukasi karena desa ini merupakan desa sentra industri batik Kabupaten Lamongan,” ujar Fatchur Rohim, SAg SPd salah satu pendamping dari MAN 1 Lamongan dan juga guru Bahasa Inggris MA Al-Ishlah Sendangagung ini.
Sebelum kegiatan membatik dimulai, kegiatan diawali dengan pengenalan Watungkal Edupark Sendangagung (WES) oleh pemandu wisata desa. Kemudian dilanjut dengan sesi pembukaan di ruang pertemuan Balai Desa Sendangagung Paciran.
Kepala Desa Sendangagung, Panut Supodo merasa sangat tersanjung dengan dipilihnya Desa Sendangagung sebagai tujuan untuk untuk belajar batik bagi pelajar dari Jepang tersebut.
Kepala desa juga menyampaikan bahwa Desa Sendangagung memiliki beberapa sentra home industri, diantaranya, kerajinan batik, kerajinan emas dan perak dan juga memiliki kuliner yang khas yaitu “Sego Muduk” (Nasi khas Sendangagung).
Setelah sesi presentasi materi proses pembuatan batik, kegiatan dilanjutkan dengan praktek langsung di tempat praktek yang sudah disediakan oleh BUMDES Sendangagung.
Agnes Dian Paramita AMd Par, Manager Watungkal Edupark Sendangagung, memandu langsung jalannya praktik pembuatan batik tersebut. Kelima Pelajar dari Jepang dan Siswa MAN 1 Lamongan sangat bersemangat mengikuti praktik langsung pembuatan batik tersebut.
Saat diwawancarai oleh Rahma Madani dan Hassya Naila Jurnalis Pondok Pesantren Al-Ishlah) Yuha Takahashi, pendamping pelajar dari Jepang mengungkapkan rasa senangnya bisa belajar batik secara langsung di Desa Sentra Industri Batik Lamongan.
“Ini adalah pengalaman pertama bagi pelajar asal Jepang untuk belajar batik, sehingga mereka sangat tertarik dan bersemangat melakukannya, ” ujar Yuha Takahashi.
Kegiatan dilanjut dengan menikmati kuliner khas Sendangagung yaitu “Sego Muduk” (Nasi Kuning) sambil menunggu proses pengeringan hasil membatik.
Kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama sambil menunjukkan hasil karya batik masing-masing. (*)
Penulis Gondo Waloyo/Fatchur Rohim Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan