PWMU.CO – Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Banyuwangi Dr Chaironi Hidayat SAg MM menyampaikan akar masalah bangsa ini salah satunya adalah tidak adanya moderasi, Senin (18/8/2024).
Hal itu disampaikan saat diwawancarai oleh Kontributor PWMU.CO Banyuwangi di Gasibu Moderasi Kemenag Banyuwangi. Usai dia menyerahkan trofi dan piagam penghargaan kepada para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pengawas PAI berprestasi. Salah satu guru itu Taufiqur Rohman MPdI, guru PAI SMK Muhammadiyah 2 Genteng yang meraih prestasi dalam lomba bidang PAI Best Practice Tingkat Provinsi Jawa Timur.
Pernyataan Chaironi Hidayat itu merupakan jawaban atas pertanyaan, apa program unggulan Kemenag Banyuwangi.
“Ada 7 program unggulan Kemenag, tapi ada satu program yang sangat kita seriusi untuk menggalakkannya, yaitu moderasi beragama,” ujarnya.
Menurutnya nilai-nilai moderasi ini sering ditanamkan dan desiminasikan ke seluruh entitas di lingkungan Kemenag Banyuwangi. Mulai dari madrasah, guru PAI di sekolah, dan Kantor Urusan Agama (KUA). Terutama juga di pesantren.
Karena sebagaimana kita ketahui banyak sekali masalah bangsa ini yang akarnya itu tidak adanya moderasi.
“Jadi banyak hal yang kita lakukan mulai dari sosialisasi, pembinaan ke pesantren-pesantren, dan kita melakukan penugasan langsung,” ulasnya.
Kemudian kita juga menyerap informasi dari berbagai kalangan yang saat ini sedang kami jalankan. Tentunya juga banyak program-program lain yang sesuai dengan bidang masing-masing.
Seperti di KUA, ada program revitalisasi KUA. Di Pendidikan Madrasah (Penma) yang berkaitan dengan madrasah itu ada juga 7 program yang sebenarnya bisa kita gerakkan secara bersama-sama.
Saat ditanya, bagaimana kalau ada ketidaksinkronan data guru PAI di dapodik dan siaga, Chaironi menyampaikan, itu nanti ada beberapa hal yang akan kita lakukan.
Upaya yang Dilakukan
Pertama, menganalisis titik penyebab ketidaksinkronan itu di mana. Karena kedua-duanya sama-sama sistem.
Kedua, setelah kita tahu titik mana yang tidak sinkron itu, karena ini sama sama aplikasi, maka kita coba nanti melibatkan ahli IT. Karena di dua sistem ini pasti ada database. Sistem apapun yang berkaitan dengan data pasti ada databasenya.
Data base ini nanti kita coba sinkronkan dengan melibatkan ahli IT itu. Setelah itu melibatkan operator-operator.
“Permohonan saya, guru-guru proaktif dalam hal ini. Karena seringkali, saat saya di Pais dulu, yang tidak proaktif bukan operatornya. Tapi ketika guru dimintai data,” pintanya.
Guru tidak hadir saat diminta informasi, kadang-kadang ada keterlambatan. Sehingga proses yang sudah berjalan lancar, sesuai yang kita rencanakan dengan matang, akhirnya terlambat juga. Karena entri data yang tidak segera tertangani itu.
“Jadi itu permohonan saya kepada guru-guru. Mohon dengan hormat nanti kalau ada sinkronisasi antara dapodik dan siaga mohon keaktifannya untuk memberikan data atau informasi masing-masing guru. Nanti kita juga akan melibatkan pengawas dalam hal ini. Karena pengawas juga berperan penting,” tandasnya.
Selain itu Chaironi Hidayat menjelaskan bagaimana cara menumbuhkan karakter mulia pada peserta didik.
Harapan saya sederhana kepada guru PAI, agar memposisikan diri sebagai guru, lahir dan batin. Batiniyah secara keimanan dan ketakwaan baik. Dalam hal spiritual guru PAI harus bisa selesai dengan dirinya.
Sedangkan secara lahiriyah guru itu digugu dan ditiru. Artinya mampu memberikan pendidikan dan teladan di semua sisi.
Di akhir wawancara, Chaironi Hidayat mengucapkan terima kasih dan selamat kepada guru PAI atas prestasinya di tingkat Provinsi Jawa Timur. Semoga menjadi pelecut bagi guru lain untuk lebih meningkatkan kapabilitasnya. (*)
Penulis Taufiqur Rohman Editor Amanat Solikah