Oleh: Prof. Dr. Hidayatulloh MSi – Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan Wakil Ketua PWM Jawa Timur
PWMU.CO – Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dinilai paling efektif serta strategis untuk menyiapkan sumber daya insani bermutu dan menjadi generasi masa depan yang gemilang.
Hal ini disadari karena di dalam sekolah berlangsung tiga proses transfer sekaligus, yaitu transfer pengetahuan (transfer of knowledge), transfer keterampilan dan kemampuan (transfer of competence), dan transfer nilai-nilai (transfer of values).
Transfer pengetahuan akan menghasilkan pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, transfer keterampilan menghasilkan pribadi yang mempunyai kecakapan serta keahlian, transfer nilai menghasilkan pribadi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.
Ketiga proses transfer ini sama-sama penting, karena itu di dalam proses pendidikan ketiganya harus dikembangkan dan dikuatkan.
Di dalam konteks pendidikan, transfer of values menjadi sangat penting, bahkan yang paling penting, karena nilai-nilai keutamaan yang ditransfer dan ditanamkan kepada warga sekolah bisa menjadi dasar dan landasan yang kuat untuk terlaksananya transfer of knowledge dan transfer of competence secara baik dan bermakna.
Salah satu nilai yang sangat penting untuk dijaga dan diperjuangkan di dalam sekolah adalah kejujuran.
Kejujuran di dalam Bahasa Arab disebut ash-shidqu. Ash-shidqu berarti kebenaran atau kejujuran. Merujuk pada kesesuaian antara yang ada di hati (niat) dengan yang diucapkan dan dilakukan. Kejujuran adalah nilai yang sangat penting di dalam sekolah, maka dari itu perlu dijaga dan diperjuangkan oleh siapa saja yang ada di sekolah dengan sungguh-sungguh.
Menjaga kejujuran berarti meluruskan hati (niat) yang diorientasikan untuk mengharap ridha Allah SWT yang dibuktikan dengan berkata benar, tidak berbohong, tidak melakukan kecurangan, selalu menepati janji, menjalankan amanah atau kepercayaan dengan penuh tanggung jawab, serta mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku di sekolah.
Islam Menekankan Kejujuran
Di dalam ajaran Islam ada beberapa ayat di dalam al-Quran dan hadis Nabi yang menekankan pentingnya menjaga dan memperjuangkan kejujuran.
Islam memerintahkan untuk berkata yang benar atau jujur, sebagaimana ditegaskan dalam Firman Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar atau jujur” (QS. Al-Ahzab: 70).
Dalam ikhtiar untuk menjaga kejujuran maka Islam memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk senantiasa berada dalam lingkaran orang-orang yang jujur, sebagaimana ditegaskan dalam Firman Allah “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang benar atau jujur” (QS. At-Taubah: 119).
Di dalam praktik kehidupan sehari-hari, seseorang kadang tidak bisa menerapkan kejujuran dan akhirnya melakukan kebohongan atau kedustaan.
Ketika seseorang itu melakukan kebohongan atau kedustaan, maka orang itu sedang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, sebagaimana ditegaskan dalam Firman Allah “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah pembohong” (QS. An-Nahl: 105).
Di dalam hadis Nabi ditegaskan bahwa perkataan bohong atau berdusta menjadi ciri orang munafik, sebagaimana Sabda Nabi SAW, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga yaitu jika dia berbicara dia berdusta, jika dia berjanji maka dia mengingkarinya, dan jika dia dipercaya maka dia berkhianat” (HR. Bukhari).
Di samping memerintahkan untuk menjaga kejujuran, Islam juga mengajarkan untuk menghindarkan diri dari kebohongan atau kedustaan, sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW, “Kalian wajib berlaku jujur. Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebajikan dan sesungguhnya kebaikan (yang dibangun atas dasar kejujuran) akan mengantarkan kepada surga.
Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan selalu berusaha untuk jujur, maka akan dicatat oleh Allah sebagai shidiq (orang yang sangat jujur). Kalian harus menjauhi kedustaan. Sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan kepada perbuatan dosa dan sesungguhnya dosa itu akan mengantarkan kepada neraka.
“Jika seseorang senantiasa berdusta dan selalu berusaha untuk berdusta, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai kadzdzab (pendusta)” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menjaga dan Memperjuangkan Kejujuran di Sekolah
Di dalam sekolah berlangsung berbagai proses yang kompleks dan dinamis. Proses yang kompleks dan dinamis itu terdiri dari enam tahapan, yaitu:
1. Branding, kerja sama, publikasi dan pemasaran.
2. Penerimaan peserta didik baru dengan berbagai tawaran program dan jalur pendaftaran.
3. Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, pembimbingan, pelatihan, pelayanan di bidang akademik maupun non akademik, serta pengabdian masyarakat.
4. Pengembangan sarana dan prasarana serta keuangan.
5. Implementasi sistem informasi dan penjaminan mutu.
6. Keikutsertaan dalam berbagai olimpiade, kompetisi, dan pemeringkatan sekolah.
Semua proses di atas harus dijalankan dengan penuh kejujuran oleh siapa saja yang terlibat, mulai dari pimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, peserta didik, dan pihak lain yang terlibat dalam proses pendidikan. Jika semuanya bisa menjalankan dengan jujur dan menjaganya untuk terus jujur, maka akan lahir kepercayaan dari semua pihak, baik yang ada di dalam maupun di luar sekolah.
Dengan adanya kepercayaan dari semua pihak itu akhirnya menambah kekuatan yang besar bagi sekolah, sebaliknya jika ada pihak-pihak di dalam sekolah itu yang tidak jujur, maka akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pihak yang tidak jujur itu dan akhirnya juga bisa berimbas pada ketidakpercayaan terhadap sekolah. Oleh karena itu, kejujuran di sekolah perlu selalu dijaga dan diperjuangkan oleh setiap warga sekolah.
Bagaimana menjaga dan memperjuangkan kejujuran di sekolah? Agar kejujuran di sekolah bisa terwujud dengan tegak, maka ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, baik secara kelembagaan maupun secara personal.
Beberapa langkah secara kelembagaan yang perlu dilakukan untuk menjaga dan memperjuangkan kejujuran di sekolah diantaranya yaitu:
1. Merumuskan nilai-nilai utama (kejujuran) yang perlu dijalankan oleh pimpinan, guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik di sekolah.
2. Menyusun seperangkat aturan atau ketentuan yang mendukung terwujudnya kejujuran di sekolah.
3. Melakukan sosialisasi dan penguatan nilai-nilai kejujuran dan seperangkat aturan atau ketentuan yang mendukung terwujudnya kejujuran di sekolah melalui poster, flayer, penulisan di web sekolah, serta berbagai kegiatan yang dilakukan di sekolah, misalnya briefing pagi, rapat dinas, pengajian, dan baitul arqam.
4. Membangun sistem yang mengikat semua warga untuk menegakkan kejujuran di sekolah.
5. Melakukan pengukuran secara periodik tentang tingkat kejujuran di sekolah, baik secara kelembagaan sekolah maupun secara personal warga sekolah.
6. Memberikan penghargaan (reward) bagi warga sekolah yang berjuang menjaga kejujuran serta memberikan hukuman (punishment) bagi yang melakukan kebohongan atau kedustaan sesuai dengan tingkatannya.
Dalam ikhtiar untuk menjaga dan memperjuangkan kejujuran secara personal ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh masing-masing warga sekolah, antara lain:
1. Menguatkan niat di dalam hati untuk bersikap atau berlaku jujur dan menjaga kejujuran itu.
2. Memahami konsekuensi yang akan terjadi pada diri sendiri maupun lembaga, jika melakukan ketidakjujuran.
3. Saling mengingatkan dan menasehati mengenai pentingnya menjaga serta memperjuangkan kejujuran.
4. Menjalankan amanah dan kepercayaan yang diterima di sekolah dengan sepenuh hati.
5. Membiasakan diri untuk bersama-sama dengan orang yang jujur. (*)
Editor Ni’matul Faizah