PWMU.CO – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) melakukan pendampingan persiapan akreditasi pada Sekolah Tinggi Teknologi Muhammadiyah (STTM) Bojonegoro di kompleks perguruan Muhammadiyah Sumberejo, Bojonegoro, Sabtu (31/8/2024).
Menurut Wakil Rektor (WR) 1 Umsida Dr Hana Catur Wahyuni MSi, dua Program Studi (Prodi) yaitu Prodi Teknik Informatika dan Prodi Design Komunikasi Visual (DKV) di STTM Bojonegoro ini perlu diberikan pendampingan untuk menghadapi akreditasi
Tidak hanya itu, sambung dia, “STTM Bojonegoro juga akan menghadapi Akreditasi Perguruan Tinggi (APT),” ujarnya.
Sehari penuh WR 1 dan Kepala Badan Penjamin Mutu (BPM) Umsida Widyastuty MPsi Psikolog melakukan pendampingan pertama dengan menyampaikan apa saja yang perlu dilakukan dan dilengkapi saat proses akreditasi hingga saat visitasi
Ketua STTM Bojonegoro Tamam Choiruddin SAg MSi menegaskan pada seluruh sivitas akademika untuk memperkuat 5K seperti yang dikatakan Rektor Umsida.
Tamam menegaskan K terakhir yaitu Komitmen. “Komitmen ini janji, jadi kalo ndak punya janji sama kehidupan kampus ini maka tidak jadi apa-apa,” tuturnya.
“Kita ini bekerja dalam sistem, ada ketua dan wakil ketua, ada dosen, tendik kepala kalau semua tidak aktif itu akan mengganggu perjalanan kampus kita ini,” sambungnya.
Komitmen itu, menurut Tamam, juga diawali dengan disiplin waktu, “Undangan jam 08.30 dimulai jam 09.00, datang baru jam 10.00, narasumbernya sudah menjelaskan banyak, jadinya tidak semua memahami dari awal karena kurang komitmen,” tegasnya.
Sebagai Ketua, Tamam mengaku bahwa kondisi STTM sedang tidak baik-baik saja, “Karena itu, setiap apa yang saya alami selalu melibatkan PCM BPH keluarga pendiri, itu karena saya melihat sistem,” terangnya lagi menceritakan kondisi STTM Bojonegoro dihadapan pada dosen, tenaga kependidikan, dan tim task force akreditasi.
“Nah kita ini merangkak menjadi lebih baik, ada target capaian, ada mimpi-mimpi supaya kita ini tidak ngawang, penting cita-cita besar ini,” tukasnya.
Pada sesi penutupan, Rektor Umsida Dr Hidayatulloh memberikan untuk mematangkan seluruh kesiapan akreditasi hingga visitasi karena akreditasi ini adalah pengalaman pertama STTM Bojonegoro yang baru berdiri lima tahun ini.
“Kita harus lakukan beberapa kali simulasi untuk kesiapan itu karena bapak ibu belum mempunyai pengalaman untuk menghadapi asesor. Kita praktekkan proses yang sesungguhnya dan harus kita sukseskan,” terangnya.
“Saya lihat tim di sini masih muda-muda, sehingga setelah akreditasi ini berhasil, masih ada harapan untuk STTM ini kedepannya untuk tumbuh berkembang menjadi perguruan tinggi yang jauh lebih baik,” lanjutnya menyemangati tim STTM.
“Syaratnya tadi akreditasinya harus sukses. Karena itu kami menyampaikan terima kasih kepada mas mas dan mbak-mbak yang telah mencurahkan pikiran tenaga dan waktunya untuk kesuksesan akreditasi ini,” tegasnya.
Hidayatulloh menegaskan agar STTM Bojonegoro bisa menjadi perguruan tinggi yang diincar oleh banyak orang. “Karena itu tugas kita nanti setelah mencapai akreditasi baik, harus dilakukan perencanaan by design, dirancang dua tahun kemudian harus mencapai apa,” katanya.
Bapak tiga anak itu menekankan untuk tidak berhenti setelah menyelamatkan 2 prodi yang akan diakreditasi ini, tetapi harus ada pencapaian 2 atau 3 tahun lagi jumlah mahasiswanya naik sekian persen.
“Saya yakin 3 tahun lagi di sini dosennya tidak hanya 11 orang, tapi bisa jadi menjadi 11 x 3, karena mahasiswanya bertambah, prodinya beryambah, dosennya juga bertambah,” lanjutnya.
Dia lantas menggambarkan kondisi Umsida tahun 1984 yang masih mendompleng di SMA Muhammadiyah 2 (SMAMDA) Sidoarjo.
“Beberapa tahun Umsida kuliahnya sore sampai malam,tidak punya kampus, karena paginya dipakai sekolah. Tapi karena punya cita-cita, punya mimpi besar akhirnya menghasilkan sampai sekarang sudah punya 3 kampus, mahasiswa kami sekarang 10.500,” paparnya.
“Sungguh Allah itu sangat menyukai orang-orang yang berada di barisan yang rapi, paksakan diri ini untuk mengilkuti irama Umsida, jangan paksakan Umsida untuk mengikuti iramamu,” pungkasnya. (*)
Penulis Dian Rahma Santoso Editor Wildan Nanda Rahmatullah