Oleh: Muhammad Al Hafidz – Mahasiswa Ilmu al-Quran dan Tafsir Universitas Muhammadiyah Surakarta.
PWMU.CO – Muhammadiyah, sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, aktif menangani isu keumatan dan kebangsaan. Selain pembinaan spiritual, Muhammadiyah juga berkontribusi dalam pembangunan sosial, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, berlandaskan ajaran Islam universal dan semangat Islam Berkemajuan.
Di bidang keumatan, Muhammadiyah kerap terlibat dalam berbagai isu terkait identitas Islam di tengah globalisasi dan modernitas.
Muhammadiyah berupaya menjaga kemurnian ajaran Islam dengan tetap mempertimbangkan konteks kekinian. Misalnya, dalam masalah hukum Islam, Muhammadiyah menggunakan pendekatan ijtihad kolektif yang berbasis pada al-Quran, Hadits, dan pemikiran rasional.
Bentuk contoh nyatanya adalah pandangan Muhammadiyah dalam penentuan awal Ramadan dan Idul Fitri yang kerap kali menggunakan metode hisab (perhitungan astronomis) sebagai langkah alternatif dari rukyat (pengamatan hilal), sebuah inovasi yang menjembatani ilmu pengetahuan modern dengan tradisi keagamaan.
Selain itu, Muhammadiyah juga terlibat dalam isu-isu kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan yang secara langsung memengaruhi kehidupan umat Islam.
Melalui ribuan sekolah, universitas, rumah sakit, dan panti asuhan yang dimilikinya, Muhammadiyah telah memberikan kontribusi signifikan bagi peningkatan kualitas hidup umat Islam di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu wujud nyata kepedulian Muhammadiyah terhadap pembangunan manusia seutuhnya.
Isu Kebangsaan: Membangun Indonesia Berkemajuan
Di sisi lain, Muhammadiyah juga tidak pernah absen dalam menyuarakan isu kebangsaan. Sebagai bagian dari ormas Islam yang turut mendukung berdirinya Republik Indonesia, Muhammadiyah memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai Pancasila dan persatuan nasional.
Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nashir sering menyatakan bahwa Pancasila adalah titik temu yang menyatukan seluruh elemen bangsa, termasuk umat Islam tanpa mengesampingkan identitas keagamaan.
Muhammadiyah juga kerap menjadi penengah dalam berbagai konflik kebangsaan, termasuk isu-isu politik yang berpotensi memecah belah bangsa. Salah satu contohnya adalah sikap Muhammadiyah yang tegas menolak politisasi agama dalam kontestasi politik.
Muhammadiyah memandang bahwa agama seharusnya menjadi sumber moral dan etika, bukan alat untuk mencapai kepentingan politik sesaat.
Dalam menghadapi tantangan global, seperti radikalisme, intoleransi, dan disrupsi teknologi, Muhammadiyah juga berperan sebagai garda terdepan dalam menyuarakan Islam yang moderat, terbuka, dan adaptif.
Hal ini tercermin dalam kampanye Wasathiyah Islam (Islam moderat) yang terus digalakkan. Harapannya bisa menumbuhkan sikap toleransi dan memperkuat integrasi sosial di tengah masyarakat yang semakin plural.
Maka kesimpulannya, Muhammadiyah berada di posisi unik, menjadi jembatan antara isu keumatan dan kebangsaan. Dengan pendekatan yang seimbang antara pemurnian ajaran Islam dan keterlibatan aktif dalam pembangunan nasional, Muhammadiyah berkontribusi besar dalam menjaga stabilitas sosial, memperkuat persatuan bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan umat.
Tantangan ke depan menuntut Muhammadiyah untuk terus beradaptasi dan merespons isu-isu baru tanpa mengorbankan prinsip-prinsip keagamaan dan nasionalisme yang telah lama menjadi fondasi pergerakannya.
Editor: Ni’matul Faizah