Nashrul Mu’minin (Foto: PWMU.CO)
Nashrul Mu’minin – Mahasiswa Universitas Cokroaminoto Yogyakarta. Opini ini merupakan tulisan yang diikutkan sayembara APIMU
PWMU.CO – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dirayakan setiap tahun di seluruh dunia menjadi momentum penting untuk merenungi keteladanan dan ajaran-ajaran Nabi. Bagi Muhammadiyah, perayaan ini lebih dari sekadar seremonial; ini adalah momen untuk memperkuat pemahaman akan risalah Islam yang murni, yang menjadi dasar gerakan Muhammadiyah sejak pendiriannya oleh KH. Ahmad Dahlan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran:
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Ayat ini menegaskan bahwa Rasulullah SAW adalah teladan sempurna bagi umat Islam, tidak hanya dalam aspek ibadah tetapi juga dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Peringatan Maulid Nabi adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi sejauh mana kita telah meneladani langkah-langkah Nabi dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammadiyah dan Perspektif Maulid Nabi
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan yang mengedepankan purifikasi ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Quran dan Sunnah tanpa penambahan ritual atau tradisi yang tidak memiliki dasar. Dalam konteks Maulid Nabi, Muhammadiyah berfokus pada esensi penghayatan terhadap misi kenabian dan penerapan akhlak Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari, bukan sekadar perayaan fisik. KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, menekankan pentingnya memahami esensi dakwah Nabi—yaitu perjuangan dan keteladanan—dan mendorong umat untuk lebih fokus pada pengamalan ajaran Nabi. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Ini menunjukkan bahwa kehadiran Nabi Muhammad SAW adalah rahmat bagi seluruh alam semesta, dan perayaan Maulid Nabi harus diartikan sebagai penghayatan terhadap misi kenabian yang mencakup berbagai dimensi kehidupan, serta penekanan pada amal nyata sebagai bentuk pengamalan ajaran Nabi.
Menyatu dengan Risalah Muhammadiyah
Dalam rangka peringatan Maulid Nabi, menyatu dengan risalah Muhammadiyah berarti memahami pentingnya meneladani Nabi Muhammad SAW dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagai gerakan tajdid, Muhammadiyah tidak hanya memfokuskan diri pada aspek ibadah, tetapi juga mengedepankan amal sosial. Muhammadiyah meyakini bahwa teladan Nabi harus diwujudkan dalam bentuk kontribusi nyata terhadap masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi.
Sebagaimana Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai pribadi yang sangat peduli terhadap kesejahteraan umat, Muhammadiyah meneruskan misi tersebut dengan mendirikan berbagai lembaga pendidikan, rumah sakit, dan program-program sosial lainnya. Penghormatan terhadap Nabi tidak cukup hanya dengan perayaan, tetapi dengan pengabdian yang tulus kepada umat manusia.
Firman Allah SWT:
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat bersamamu.” (QS. Hud: 112)*
Ayat ini mengingatkan kita untuk tetap istiqamah dalam menjalankan ajaran Nabi. Muhammadiyah mengajarkan kepada anggotanya untuk terus berpegang pada prinsip kebenaran dan berbuat baik kepada sesama.
Pencerahan dan Wawasan Baru
Peringatan Maulid Nabi bagi Muhammadiyah bukanlah ajang untuk melakukan tradisi yang berlebihan, melainkan sarana pencerahan bagi umat Islam untuk menghayati kembali makna kenabian dengan menegakkan keadilan, memperjuangkan kebenaran, dan mengabdikan diri untuk kemaslahatan umat. Dalam era modern yang penuh tantangan, umat Islam diharapkan menjadikan inspirasi dari kehidupan Nabi Muhammad SAW sebagai landasan menghadapi perubahan zaman, dengan terus memperjuangkan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian sosial. Muhammadiyah juga menekankan bahwa meneladani Nabi tidak hanya sebatas aspek ritual, tetapi juga aspek intelektual dan sosial, di mana pendidikan dan penguasaan ilmu menjadi bagian penting dari dakwah Islam, sebagaimana firman Allah SWT yang mendorong umat untuk senantiasa mencari ilmu.
“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)
Muhammadiyah telah berperan aktif dalam membangun lembaga pendidikan berkualitas sebagai wujud pengabdian kepada umat, mencerminkan pentingnya ilmu dalam Islam. Dalam konteks peringatan Maulid Nabi, Muhammadiyah mengajarkan bahwa perayaan ini bukan sekadar seremonial, tetapi harus menjadi momen refleksi untuk menghidupkan kembali semangat dakwah dan meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari. Melalui gerakan tajdid, Muhammadiyah menekankan pentingnya memahami esensi ajaran Nabi sebagai perjuangan untuk mewujudkan kebaikan bagi seluruh umat, yang perlu kita lanjutkan di zaman modern ini.
Editor Teguh Imami