PWMU.CO – SD Muhammadiyah 1 (SD Muhasa) Ngawi mengadakan acara SMART Parenting yang membahas strategi mendidik pra-remaja dengan tema “Struggle with Gen Alpha tanpa Drama”.
Kegiatan ini diadakan di Aula AR Fachrudin dan dihadiri oleh wali murid kelas 5 dan 6, Sabtu (7/9/2024).
Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara sekolah dan Paguyuban Wali Murid (PWM) kelas 5 dan 6.
Dalam sambutannya, Kepala SD Muhasa, Joko Santoso, SPd, mengapresiasi peran aktif PWM dalam menyukseskan acara ini. “Terima kasih kepada bapak/ibu yang telah berkolaborasi penuh dari diskusi hingga pelaksanaan hari ini,” ungkapnya.
Acara ini menghadirkan dr. Tjatur Prijambodo MKes, Kepala Unit Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya, sebagai narasumber.
Dr. Tjatur menjelaskan bahwa anak-anak yang lahir setelah tahun 2010 termasuk dalam kategori Gen Alpha, yang juga dikenal sebagai generasi strawberry.
“Mereka memiliki tampilan luar yang menarik, namun seringkali kurang tahan banting dan berjuang,” ujar dr. Tjatur.
Menurut dr. Tjatur, Gen Alpha menunjukkan ketergantungan yang tinggi terhadap teknologi, yang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental, seperti gangguan mata.
“Kecanduan gadget dapat memengaruhi keterampilan sosial dan kesehatan. Terapi dan obat-obatan sering diperlukan untuk menangani masalah ini,” tambahnya.
Ia juga menyoroti dampak pandemi COVID-19 yang membuat anak-anak lebih banyak belajar dari rumah, sehingga mengurangi kesempatan mereka untuk berinteraksi sosial secara langsung.
“Tekanan akademis, tantangan identitas, dan tuntutan adaptasi cepat merupakan tantangan yang dihadapi oleh anak-anak saat ini,” kata dr. Tjatur.
Dr. Tjatur membagikan tips mendidik Gen Alpha dengan membagi pendidikan ke dalam tiga fase:
- Usia 0 hingga 7 Tahun (La’ibuhum): Pada fase ini, anak-anak harus diajak bermain dan diperlakukan sebagai ‘Raja’. Lingkungan pendidikan harus islami dan orang tua harus memfasilitasi secara tulus.
- Usia 7 hingga 14 Tahun (Adibuhum): Anak-anak diperkenalkan pada adab, regulasi, dan konsep pahala serta dosa. Orang tua berperan sebagai contoh dan panutan.
- Usia 14 hingga 21 Tahun (Roqibuhum): Pada fase ini, orang tua berfungsi sebagai teman yang memberikan masukan. Penting untuk menghindari sikap menggurui dan melarang, dan lebih fokus pada tanggung jawab serta pengambilan keputusan.
Dr. Tjatur juga menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi secara bijak sebagai alat pendamping belajar, serta menanamkan nilai sosial dan empati.
“Kita tidak bisa melawan lingkungan, namun kita dapat memperkuat anak untuk menghadapi tantangan tersebut,” pungkasnya.
Menanggapi pertanyaan tentang gen Y yang bekerja, dr. Tjatur menyarankan agar jika salah satu orang tua tidak bisa berada di rumah, maka quality time dengan anak harus diperhatikan.
“Kualitas waktu lebih penting daripada kuantitas. Fokuslah pada penguatan anak untuk menghadapi dunia luar,” tutupnya.
Penulis Siyam Supiah Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan