PWMU.CO – Perayaan memperingati hari kelahiran Rasulullah Saw atau yang lebih kita kenal dengan Maulid Nabi merupakan tradisi Islam yang sudah berjalan turun-temurun. Peringatan Maulid Nabi yang kita rayakan tiap 12 Rabi’ul Awwal menyimpan sejarah yang panjang.
Perayaan ini diperingati pertama oleh Raja Al-Muzhaffar Abu Said yang berasal dari Irbil yang hidup di tahun ketiga Hijriah. Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi menyebutkan dalam kitabnya yang berjudul Al-Hawi lil Fatawi, yakni:
وَأَوَّلُ مَنْ أَحْدَثَ فِعْلَ ذَلِكَ صَاحِبُ اِرْبِل الَملِكُ الْمُظَفَّر أَبُوْ سَعِيْد كُوْكْبَرِي بِنْ زَيِنِ الدِّيْنِ عَلِي اِبْنِ بَكْتَكينْ أَحَدُ لْمُلُوْكِ الْأَمْجَادِ وَالكُبَرَاءِ الْأَجْوَادِ وَكَانَ لَهُ آثَارٌ حَسَنَةٌ، وَهُوَ الَّذِي عَمَّرَ الجَامِعَ الْمُظَفَّرِي بِسَفْحِ قَاسِيُوْنَ
“Orang yang pertama kali mengadakan seremonial itu (maulid nabi) adalah penguasa Irbil, yaitu Raja Muzhaffar Abu Said Kuukuburi bin Zainuddin Ali ibn Buktitin, salah seorang raja yang mulia, agung, dan dermawan. Dia juga memiliki rekam jejak yang bagus. Dan, dia lah yang meneruskan pembangunan Masjid al-Muzhaffari di kaki gunung Qasiyun.”
Tujuan awal peringatan Maulid Nabi adalah untuk menggugah semangat hidup beragama dan meneladani kehidupan Nabi Muhammad Saw.
Sejak saat itulah peringatan Maulid Nabi menjadi tradisi yang kemudian berkembang di kalangan umat Islam di seluruh dunia, kemudian beradaptasi dengan budaya setempat. contohnya adalah tradisi Sekaten di Yogyakarta.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa yang peringatan Maulid Nabi pertama dirayakan oleh Dinasti Fathimiyah di Mesir. Dinasti Fathimiyah sendiri merupakan kerajaan yang beraliran Syiah Ismailiyah yang berdiri pada 297-567 Hijriah.
Namun, berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, diketahui bahwa Maulid Nabi pertama dirayakan oleh Raja Al-Muzhaffar Abu Said dari Irbil.
Muhammadiyah menyebutkan bahwa merayakan Maulid Nabi itu boleh, namun dengan syarat isinya tidak ada penyimpangan atau hal lain yang berbau kemaksiatan. (*)
Penulis Wildan Nanda Rahmatullah Editor Syahroni Nur Wachid