Ahmad Rusdi (Foto: PWMU.CO)
Ahmad Rusdi – Pegiat media sosial dan pendidik di MAM 9 Lamongan. Opini ini merupakan tulisan yang diikutkan sayembara APIMU
PWMU.CO – Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang paling mulia akhlaknya, paling baik ibadahnya, paling bagus muamalahnya. Segala keutamaan yang ada pada diri Rasulullah itu dapatlah diselidik lewat buku-buku sejarah yang mengisahkan riwayat hidupnya. Rasulullah SAW adalah manusia yang paling layak dijadikan panutan dalam segala hal, apalagi pribadi beliau yang agung itu diabadikan dalam Al-Qur’an
“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah teladan yang baik bagimu” (Al-Ahzab : 21)
Ibunda Aisyah Ra sendiri seketika ditanya akhlak Rasulullah, beliau mengatakan “Khuluquhu Al-Qur’an” (Akhlak beliau adalah Al-Qur’an). Betapa tidak, bukankah segala perintah dan larangan di dalam Al-Qur’an selalu beliau amalkan. Dengan kata lain, semua inti ajaran Al-Qur’an teraktualisasikan dengan epik dalam kehidupan sang panutan.
Pribadi utama Rasulullah dapat kita temui pada seluruh aspek kehidupan, di antaranya sebagai berikut:
- Kehidupan rumah tangganya
Rasulullah SAW adalah figur suami yang bertanggung jawab, beliau penyayang, penyabar dan lemah-lembut kepada istri-istrinya, gambaran pribadi beliau dalam berumah tangga dapat kita temukan dalam haditsnya :
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik bagi keluargaku.” (HR. Tirmidzi)
Kebiasaan Rasulullah di waktu pagi ialah mengunjungi istri-sitrinya untuk memberikan petuah dan menanamkan ajaran agama. Ibunda Aisyah ra berkata ”Beliau tidak pernah memukul siapapun baik istri-sitrinya maupun pembantunya.” Hadits riwayat Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik yang menjadi pelayan Rasulullah selama 10 tahun, ia berkata ”Aku tidak pernah melihat seorang pria yang lebih sayang kepada anggota keluarganya selain Nabi Muhammad SAW.”
Testimoni dan kesaksian dari orang-orang terdekat dan yang paling mengerti kebiasan Rasulullah saat beliau berada di rumah, cukuplah menjadi bukti bahwa Rasulullah merupakan figur suami dan ayah yang sempurna.
2. Dalam lapangan politik
Rasulullah SAW dikenal sebagai figur pemimpin yang mempunyai sifat siddiq (jujur), amanah (Terpercaya), fatonah (cerdas) dan tabligh (penyampai kebenaran). Lain dari semua itu, yang lebih mencengangkan ialah saat Rasullullah mendapat gelar Al-Amin (Dapat dipercaya), di mana gelaran itu diberikan oleh orang yang memusuhinya atau yang menjadi pembela dakwahnya, hal ini menjadi bukti bahwa beliau adalah pemimpin yang disegani oleh kawan atau lawan.
3. Dalam lapangan sosial
Rasulullah SAW adalah manusia yang paling dermawan, sebagaimana bunyi haditsnya, “Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dan semakin dermawan saat masuk bulan Ramadhan.” (HR. Bukhori)
Sikap dermawan sudah sangat melekat pada diri Rasulullah. Bahkan pada saat-saat akhir hidupnya, Rasulullah berpesan kepada Sayyidah Aisyah, agar menyedekahkan hartanya yang tersisa. Rasulullah tidak ingin ketika wafat masih menyimpan harta.
Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih (M Quraish Shihab, 2018), ketika Rasulullah sakit menjelang wafatnya beliau menyuruh istrinya, Sayyidah Aisyah, untuk mengirimkan beberapa uang dinar kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib agar disedekahkan. Setelah menyampaikan pesan itu Rasulullah pingsan, Sayyidah Aisyah lantas dibuat sibuk akan hal itu.
Ketika Rasulullah sadar kembali, beliau menanyakan kepada Sayyidah Aisyah apakah uang dinarnya itu sudah diberikan kepada Sayyidina Ali untuk diinfaqkan. Rasulullah lantas tidak sadarkan diri lagi, Sayyidah Aisyah sibuk dibuatnya sehingga tidak sempat menunaikan amanat Rasulullah itu.
Untuk yang ketiga kalinya, Rasulullah mengingatkan agar uang dinarnya yang disimpan Sayyidah Aisyah diberikan kepada Sayyidina Ali agar disedekahkan. Lag-lagi Rasulullah pingsan lagi. Akan tetapi beberapa saat setelah kejadian itu, Sayyidah Aisyah menunaikan amanat Rasulullah itu. Beberapa uang dinar Rasulullah itu akhirnya diberikan kepada Sayyidina Ali dan disedekahkan kepada para sahabat yang membutuhkan.
Kisah kedermawanan Rasulullah tersebut membuat kita semakin terpesona dan jatuh cinta kepadanya, kisah ini sekaligus menjadi asupan gizi bagi kita untuk terus menumbuhkan jiwa sosial sebagaimana yamg beliau contohkan.
4. Dalam lapangan pendidikan
Rasulullah adalah guru terbaik sepanjang zaman, guru yang punya visi dan berpandangan jauh ke depan. Bagaimana tidak visioner, dikisahkan dalam tarikhnya, seketika beliau mengajak tokoh-tokoh dan tetua Quraisy Makkah, agar mereka mau masuk Islam. Ajakan Rasulullah tidak mendapatkan sambutan, justru beliau mendapat penolakan yang hebat. Atas penolakan itu dan tindakan aristokrat Quraisy yang sudah melampaui batas kemanusiaan membuat Malaikat Jibril iba kepada Rasulullah, kemudian Jibril berkata “Kalaulah engkau izinkan aku untuk menghancurkan umatmu yang bebal saat ini juga, pasti mereka akan musnah binasa.”
Apa jawab Rasulullah mendengar tawaran dan bantuan dari malaikat Jibril. Kata beliau “Tidak wahai Jibril, kalaulah para tetua Quraisy itu tidak mau menerima ajakanku, aku masih berpengharapan baik, satu hari nanti anak-anak mereka mau menyambut risalah kebenaran ini.”
Benarlah apa yang diharapkan Rasulullah, karena di kemudian hari, anak-anak dari tetua Quraisy itulah yang menyambut da’wah dan menjadi pembelanya. Inilah contoh guru yang visioner, di mana guru visioner itu tidak sekadar melihat apa yang terjadi sekarang, namun pikiran, harapan, dan tekadnya melampaui zamannya.
Sedangkan murid-murid beliau yang pertama adalah dari kalangan para sahabat, karena mereka (sahabat) mendapat sentuhan langsung dari sang maestro, tidaklah mengherankan kalau kemudian para sahabat tersebut menjadi generasi yang gilang-gemilang pada lapangannya masing-masing.
Hebatnya lagi para sahabat itu mendapat gelar sebagai generasi terbaik dari umat Islam. Sebagaimana sabda beliau “Sebaik-baik manusia adalah generasiku (Para sahabat) kemudian generasi setelahnya (Tabi’in), kemudian generasi setelahnya (Tabiut tabi’in). (HR. Bukhori dan Muslim).
5. Dalam lapangan ekonomi
Rasulullah adalah teladan utama dalam dunia bisnis. Seketika masih muda, beliau termasuk dalam jajaran pedagang sukses. Kesuksesan beliau dalam dunia bisnis bukan tanpa alasan, sebab kunci menjadi pembisnis sukses sudah beliau kantongi, yakni dengan modal kejujuran.
Dengan modal tersebut Sayyidah Khodijah, salah seorang saudagar kaya ketika itu mempercayakan perniagaannya kepada Rasulullah, setelah Rasulullah mengelola dan menjalankan bisnis tersebut, maka berlipat ganda penghasilan saudagar perempuan yang kelak menjadi istri Rasulullah.
Dalam kesemua itu, wajar kalau kemudian Rasulullah disebut sebagai tokoh paling berpengaruh di dunia, ajaran dan teladannya tidak lekang di panas tidak lapuk di hujan, pribadinya selalu membayang dihadapan umatnya. Beliau bagaikan magnet, siapa yang menyeksamai kehidupannya, tertariklah ingin meniru, mendekat dan bertemu dengannya. Allahumma sholi ‘ala Muhammad.
Editor Teguh Imami