PWMU.CO – SD Muhammadiyah 1 dan 2 Taman (SD Mumtaz) menggelar pelatihan teknik mengajar dan intervensi al-Quran untuk siswa berkebutuhan khusus, Sabtu (14/9/2024).
Para peserta yang terdiri dari Guru Baca Tulis al-Quran (BTQ) dan Guru Inklusi diberikan pengetahuan mendalam mengenai cara efektif berinteraksi dan mendukung anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).
Fokus utama dari pelatihan ini adalah penerapan afirmasi positif dalam proses belajar mengajar.
Afirmasi seperti ‘saya sehat’ berperan penting, karena kata-kata yang diucapkan dapat memberikan dampak positif pada kesejahteraan anak.
Para peserta pelatihan diajak untuk menghilangkan rasa khawatir berlebihan karena kekhawatiran yang terlalu besar justru akan berdampak negatif bagi perkembangan anak. Sebaliknya, afirmasi yang positif dapat membantu anak merasa lebih baik sehingga bisa berkembang secara optimal.
Salah satu pemateri dalam kegiatan ini, Lukmanul Hakim SQ menjelaskan bahwa setiap penyakit yang diturunkan Allah pasti ada obatnya. Jika usaha telah dilakukan, namun kesembuhan belum tercapai, mungkin saja itu adalah cara Allah untuk membersihkan dosa-dosa kita.
Pelatihan ini juga mencakup teknik terapi yang berfokus pada refleksi kerangka tubuh anak, terutama memperhatikan ada tidaknya penyimpangan di tulang ekor yang sering terjadi pada anak ABK. Beberapa faktor penyebabnya adalah kondisi selama kehamilan, proses persalinan, tahap perkembangan, dan pola asuh.
Dalam konteks ini, surat Al-Mu’minun ayat 14 memberikan pemahaman mendalam mengenai proses penciptaan manusia.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia melalui tahapan-tahapan yang sangat kompleks, dimulai dari air mani, kemudian menjadi segumpal daging, lalu tulang belulang, dan akhirnya dibungkus dengan daging menjadi makhluk yang sempurna. Hal ini menegaskan kebesaran Allah sebagai Pencipta yang paling baik dan sempurna.
Pada sesi praktik terapi olah tubuh untuk perwakilan siswa yang diberi intervensi probandus ini dilakukan oleh 3 siswa inklusi SD Mumtaz dengan beragam hambatan. Seluruh peserta tampak serius dan tegang.
Siswa yang memiliki tulang panggul terbuka atau tertutup diberi intervensi gerakan olah tubuh dasar yang berusaha mengembalikan postur tubuh ke bentuk fitrahnya. Beberapa probandus ada yang teriak dan menangis, namun Lukman meyakinkan para peserta pelatihan bahwa intervensi ini tidak berbahaya, tetapi harus dilakukan sesuai dengan kondisi tubuh serta panduan dari tim ahli metode PAZ.
Setelah ada arahan awal dari tim ahli metode PAZ, para GPI (Guru Pendidikan Inklusi) dan orang tua siswa inklusi dapat melanjutkan sendiri baik di sekolah maupun di rumah terapi olah tubuhnya.
Salah satu wali murid probandus, Yanuar merasa bersyukur. Ia optimis ikhtiar mulia yang dilakukan SD Mumtaz untuk putrinya dan siswa inklusi lainnya akan memberikan perkembangan kompetensi dan sikap positif yang terus membaik. (*)
Penulis Laela Fauziah Editor Ni’matul Faizah