Oleh: Bening Satria Prawita Diharja – SMP Muhammadiyah 1 Gresik (Opini ini merupakan tulisan yang diikutkan sayembara APIMU).
PWMU.CO – Muhammadiyah merupakan gerakan Islam berkemajuan yang dalam melaksanakan dakwah di masyarakat selalu berpatokan pada al-Quran dan as-Sunah, serta mengedepankan nilai-nilai keteladanan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Salah satu konsep hidup yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah hidup sederhana. Namun, menurut data dari BPS, jumlah warga miskin di Indonesia naik dari 20,6% menjadi 24,2% pada awal tahun 2024.
Ini berarti sekitar 12,2 juta jiwa penduduk mengalami kemiskinan. Salah satu penyebabnya adalah gaya hidup masyarakat Indonesia yang cenderung konsumtif dan bermewah-mewahan.
Masyarakat bahkan rela mengajukan pinjaman melalui aplikasi pinjaman online (pinjol), yang berisiko tinggi karena bunga yang besar. Ini menyebabkan banyak orang terjebak dalam hutang, yang akhirnya memperburuk kemiskinan.
Gaya hidup ini sangat bertolak belakang dengan ajaran Nabi Muhammad SAW tentang hidup sederhana, yang berdampak positif pada lingkungan dan kehidupan sosial.
Ajaran Hidup Zuhud dari Nabi Muhammad SAW
Menurut al-Quran, konsep hidup sederhana yang dijalani oleh Rasulullah SAW disebut zuhud.
Dalam hadis riwayat At-Tirmidzi, disebutkan bahwa Rasulullah adalah sosok yang zuhud, yang tidak pernah merasa kenyang karena makan roti atau daging, kecuali saat menjamu tamu.
Dari Malik bin Dinar r.a. dia berkata:
مَا شَبِعَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مِنْ خُبْزٍ قَطُّ وَلاَ لَحْمٍ إِلاَّ عَلَى ضَفَفٍ
“Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tidak pernah merasakan kenyang karena makan roti atau kenyang karena makan daging, kecuali jika sedang menjamu tamu (maka beliau makan sampai kenyang),” (HR. Tirmidzi).
Bahkan, dalam doanya, Rasulullah meminta kepada Allah Swt agar memberikan rezeki yang secukupnya bagi keluarganya.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah saw berdoa yang bunyinya sebagai berikut:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ قُوتًا
“Ya Allah, jadikan rezeki keluarga Muhammad berupa makanan yang secukupnya,” (HR. Muslim).
Dua hadis tersebut memperkuat gambaran kesederhanaan yang dijalani oleh Rasulullah Saw. Allah Swt juga memerintahkan hamba-Nya untuk hidup sederhana.
Sebagai suri teladan, Rasulullah selalu mencontohkan cara hidup sederhana yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari memenuhi kebutuhan harian hingga berpakaian.
Rasulullah memilih hidup sederhana meskipun beliau adalah seorang pedagang yang sukses. Harta yang dimilikinya lebih banyak didonasikan untuk orang-orang yang membutuhkannya.
Meskipun begitu, Nabi Muhammad Saw tetap kaya dan mampu memberikan mahar besar saat menikah dengan Siti Khadijah.
Saat mengkhitbah Siti Khadijah, Nabi Muhammad menyerahkan mahar sebanyak 20 unta bakrah dengan kualitas terbaik.
Apabila dirupiahkan sesuai zaman sekarang, total nilai mahar untuk Siti Khadijah itu antara Rp 600 juta sampai Rp 1 miliar.
Sedangkan, mahar Rasulullah untuk para istrinya, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Aisyah RA, yakni sebanyak 12 uqiyah dan satu nasy, setara 500 dirham atau 200 gram emas.
Apabila dirupiahkan berkisar Rp 195.400.000 dengan asumsi harga emas per gramnya Rp 977 ribu.
Namun, setelah diangkat menjadi Nabi, beliau memilih hidup dalam kesederhanaan.
Frugal Living di Era Modern
Di era modern ini, terutama di kalangan generasi milenial dan generasi Z, sedang tren gaya hidup frugal living. Frugal living adalah konsep gaya hidup hemat yang bertujuan untuk menghemat pengeluaran dan membuat keputusan keuangan yang bijak.
Dengan menjalani frugal living, seseorang dapat meningkatkan pengelolaan keuangan, mengurangi utang, dan merencanakan masa depan secara lebih baik.
Kehadiran media sosial membantu menyebarkan konsep ini dengan cepat. Banyak orang membagikan tips dan trik untuk menjalani gaya hidup hemat.
Bahkan, krisis ekonomi global dan pandemi Covid-19 mendorong banyak orang untuk mempertimbangkan kembali pola konsumsi mereka, mengurangi pengeluaran, dan memprioritaskan kebutuhan utama.
Frugal living sering kali disalahartikan sebagai pelit, padahal keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
Frugal living adalah tentang bijak dalam mengelola keuangan, sedangkan pelit adalah sikap ekstrem di mana seseorang menolak untuk mengeluarkan uang, bahkan untuk hal-hal penting.
Dalam frugal living, pengeluaran diatur untuk kebutuhan yang penting, sementara dalam pelit, pengeluaran cenderung diabaikan.
Kesimpulannya, keteladanan Rasulullah Saw mengajarkan bahwa zuhud bukan berarti meninggalkan hal duniawi sepenuhnya.
Zuhud mengajarkan kita untuk hidup sederhana, banyak bersedekah, serta rendah hati dalam menghadapi nikmat dan ujian dari Allah Swt.
Ketika seseorang mempraktikan prinsip zuhud, ia memprioritaskan kepuasan batin dan hubungan dengan Allah dibandingkan kesenangan materi duniawi yang fana.
Dengan demikian, zuhud bukanlah tentang menghindari dunia, tetapi tentang cara kita memandang dan memperlakukan dunia ini untuk mencapai kehidupan akhir kita nanti kelak di akherat.
Editor Zahra Putri Pratiwig