Pengaruh Penggunaan AI terhadap Akhlak Remaja dalam Menggunakan Media Sosial
Penulis Syahroni Nur Wachid Sekretaris Redaksi PWMU.CO, Sekretaris PCM Bubutan Kota Surabaya
PWMU.CO – Di era digital saat ini, penggunaan kecerdasan buatan (AI) semakin merambah ke berbagai aspek kehidupan, termasuk media sosial.
Remaja, sebagai salah satu kelompok pengguna aktif media sosial, menjadi sangat terpengaruh oleh teknologi ini.
AI dengan algoritma yang canggih, berperan besar dalam mengkurasi konten yang mereka lihat setiap hari. Namun, seiring dengan manfaat yang diberikan, ada pertanyaan penting yang perlu diajukan.
Bagaimana penggunaan AI ini mempengaruhi akhlak remaja dalam menggunakan media sosial?
Algoritma dan Konten yang Dipersonalisasi
Salah satu cara AI beroperasi di media sosial adalah melalui algoritma yang bertujuan menyajikan konten yang relevan dan menarik bagi pengguna.
Setiap interaksi remaja di platform seperti Instagram, TikTok, atau YouTube, akan direkam dan dianalisis oleh AI.
Berdasarkan data tersebut, algoritma akan menampilkan konten yang diprediksi dapat meningkatkan keterlibatan, seperti video atau foto yang sesuai dengan minat mereka.
Hal ini sering kali membuat remaja terjebak dalam “filter bubble” di mana mereka hanya terpapar pada pandangan atau informasi yang mereka sukai.
Dampak dari paparan konten yang berulang dan sejenis ini dapat mempengaruhi pembentukan akhlak remaja, terutama jika konten tersebut tidak selaras dengan nilai-nilai moral yang baik.
Misalnya, konten yang mempromosikan perilaku negatif, gaya hidup hedonis, atau bahkan cyberbullying dapat dengan mudah muncul di beranda mereka.
Di sinilah pentingnya pendampingan orang tua dan pendidikan karakter untuk membantu remaja menyaring informasi yang mereka konsumsi.
AI dan FOMO (Fear of Missing Out)
AI yang digunakan dalam media sosial juga dapat meningkatkan fenomena FOMO, di mana remaja merasa cemas jika tidak mengikuti tren terbaru.
Algoritma AI secara terus-menerus menyoroti konten populer, membuat remaja merasa harus selalu up-to-date dengan apa yang terjadi di media sosial.
Tekanan ini dapat menyebabkan perubahan perilaku yang tidak sehat, seperti terlalu sering menggunakan media sosial hingga mengabaikan aktivitas positif lainnya.
Dari sudut pandang akhlak, FOMO dapat mendorong remaja untuk mengutamakan citra diri di dunia maya daripada pengembangan diri secara nyata.
Mereka mungkin terdorong untuk mencari validasi melalui jumlah “like” atau “followers“, yang pada akhirnya mengikis kejujuran dan kesederhanaan dalam bersosialisasi.
Di sinilah AI memiliki peran ganda: ia dapat menjadi alat yang membantu meningkatkan pengalaman online, tetapi juga bisa menciptakan ketidakpuasan dan ketidakamanan jika digunakan tanpa kontrol.