Oleh Muhsin MK
PWMU.CO – Setiap pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah memiliki kualifikasi dan kualitas yang berbeda beda. Termasuk cara dan gaya kepemimpinannya.
Memang hadirnya seorang pemimpin itu sesuai zamannya. Demikian pula pemimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah lahir dan terpilih sesuai zamannya.
Walau masa kepemimpinannya itu dibatasi oleh periodesasi. Namun, saat dirinya memimpin tidak terlepas dari suasana zaman yang berbeda dengan pendahulunya.
Seperti pemimpin kharismatik Muhammadiyah dan Aisyiyah pertama, yang juga pendirinya, KH Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah Dahlan.
Dengan ketua umum PP Muhammadiyah, KH AR Fachruddin dan Prof Dra Baroroh Baried yang sama sama dari Yogyakarta, mereka hadir dan memimpin sesuai zamannya.
KH Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah Dahlan memimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah pada zaman kolonialisme sebelum kemerdekaan. Mereka selain memimpin persyarikatan, juga melakukan perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia.
Sedangkan, KH AR Fachruddin (1968-1990) dan Prof Dra. Baroroh Baried (1965-1985) memimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah pada zaman Orde Baru yang represif dan militeristik, setelah kemerdekaan. Mereka berdua dipandang tepat menghadapi zaman seperti itu.
AR Fachruddin dikenal humoris dan cukup lama memimpin Muhammadiyah, sehingga disegani oleh Presiden Soeharto. Sedangkan, Prof Dra Siti Baroroh Baried seorang profesor perempuan pertama di kalangan aktifis muslimah dan di lingkungan Aisyiyah. Dia juga aktif di dunia internasional dalam Unicef PBB.
Kepemimpinan Haedar Nashir dan Era Disrupsi
Begitu pula zaman Prof Dr Haedar Nashir menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Dr Apt Salmah Obayinah sebagai Ketua Umum PP Aisyiyah. Keduanya terpilih memimpin persyarikatan sesuai zamannya, yaitu era disrupsi.
Disrupsi adalah masa saat perubahan-perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya inovasi yang begitu hebat, sehingga mengubah sistem dan tatanan kehidupan masyarakat secara luas.
Entah pada periode pasca Haedar Nashir sebagai ketua umum PP Muhammadiyah akan menghadapi zaman apa.
Tentang siapa yang bakal menjadi penerusnya pun tidak bisa diprediksi karena kepemimpinan persyarikatan memiliki sistem pemilihan yang unik. Bisa saja bandul kepemimpinannya akan bergeser dari Barat ke Timur.
Kepemimpinan dalam Muhammadiyah dan Aisyiyah ditentukan melalui proses yang khas, sehingga tidak setiap orang bisa lolos menjadi ketua umumnya. Sebab pemilihan ketua umum dalam muktamar Muhammadiyah sudah baku sesuai sistem yang berlaku di persyarikatan.
Meskipun demikian, dalam muktamar ke muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah, pada setiap pemilihan ketua umumnya ada saja persaingan sehat, fastabiqul khairat. Tidak ada kampanye seperti partai politik. Namun para peserta muktamar dari wilayah dan daerah yang akan menyemarakkan dan meramaikan suasana pemilihannya.
Dari periode ke periode dan dari zaman ke zaman, tentu ada saja perubahan kepemimpinan dalam Muhammadiyah dan Aisyiyah. Hal ini terjadi apabila ketua umumnya telah habis masa jabatan atau karena meninggal dunia dan berpindah aktifitasnya ke bidang politik praktis.
KH. Azhar Bashir misalnya, beliau menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah menggantikan KH AR Fachruddin yang meninggal dunia. Adapun Prof Dr Achmad Syafii Maarif menggantikan Prof Dr HM Amin Rais ketika beliau terjun ke dunia politik praktis.
Regenerasi Kepemimpinan yang Berkesinambungan
Para pengganti ketua umum PP Muhammadiyah dan Aisyiyah rata rata berasal dari lingkungan PP sendiri, dan tidak pernah orang yang lompat dari pimpinan wilayah atau daerah.
Di Muhammadiyah dan Aisyiyah para pemimpinnya benar benar orang pilihan dan dipilih secara ketat dan demokratis tanpa ada money politik, seperti yang terjadi pada ormas lainnya.
Pergantian kepemimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah benar benar berkesinambungan dan saling melengkapi, lalu melanjutkan dalam kerja kerja nyata, dalam rangka untuk mencapai kemajuan organisasi dan amal usahanya.
Karena sistem dalam persyarikatan sudah berjalan baik dan ajek, maka penyusunan dan pelaksanaan program tidak tumpang tindih dan selalu berkelanjutan.
Oleh karena itu, kemajuan yang dicapai, baik dalam organisasi dan amal usaha Muhammadiyah benar benar terukur, transparan dan berkualitas.