PWMU.CO – Dalam rangka mengawal keberlangsungan masyarakat pesisir, Yayasan Pengabdian Indonesia Muda (Abdinesia) wujudkan dokumenter “Merebut Pesisir”.
Dokumenter ini diputar dalam program “Manunggal Cita”, serangkaian tur kebudayaan sekaligus diskusi yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan.
Tur ini merupakan bentuk kolaborasi dengan berbagai organisasi atau komunitas yang dilangsungkan pada beberapa titik lokasi di Surabaya.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Airlangga (Unair) menjadi kolaborator perdana pada pemutaran dokumenter ini. Diselenggarakan di Balai Surya Airlangga (BSA), sekretariat IMM Unair pada Sabtu (28/9/2024).
Pemutaran dokumenter ini disertai diskusi yang dipimpin oleh Immawati Rizky Putri, salah satu kader IMM Unair sebagai moderator, bersama dengan 3 panelis lainnya.
Di awal sesi, moderator membuka acara dengan menuturkan, “kita akan menonton bersama sebuah dokumenter milik Abdinesia yang berkisah tentang isu lingkungan hari ini, yaitu Surabaya Waterfront Land.”
Setelah sesi menonton berakhir, satu-persatu panelis memantik diskusi. Diawali dengan M. Rusydan Mirwan Hadid, director sekaligus producer dokumenter.
Rusydan menyampaikan bahwa dokumenter ini hadir sebagai wujud pembelaan terhadap nelayan yang sedang berjuang dengan kehidupannya.
“Nelayan Surabaya memiliki peran sentral dalam menjaga kelestarian laut,” ujarnya.
Sebagai director sekaligus producer dokumenter ini, Rusydan berharap agar siapapun sadar akan urgensi memperjuangkan keadilan bagi nelayan Surabaya dalam dalam bayang-bayang ancaman proyek strategi nasional.
Proyek ini dirasa akan menimbulkan banyak dampak, tentang kelestarian lingkungan, ekonomi nelayan sekitar, hingga dampak jangka panjang lain yang akan datang.
“Jika ditinjau dari sosok Jida, seorang anak perempuan dari nelayan Surabaya, setidaknya ada hal-hal yang perlu dipahami berkaitan dengan ekofeminisme, yang erat dengan masyarakat pesisir,” ujarnya.
Muhammad Sadid An Naafi’, panelis kedua yang merupakan mahasiswa Teknik Lingkungan Unair ini memaparkan manfaat dan kerugian jika proyek besar ini terjadi.
“Proyek ini tentu ada manfaatnya. Tetapi dari manfaat yang ada itu kemudian tertutup lebar oleh kerusakan dan kerugian yang akan terjadi,” tutur salah satu kader PK IMM Al-Fatih Unair ini.
Direktur Abdinesia, Ramadhani Jaka Samudra sebagai panelis ketiga pun turut menjelaskan tentang bagaimana dampak dari proyek ini jika benar-benar diteruskan.
Rama memaparkan dari segi dampak proses pengurukan, ekosistem lingkungan, hingga solusi yang ditawarkan untuk meminimalisir terjadinya kerugian jangka panjang.
Dengan langkah awal menonton dokumenter ini, setidaknya ada banyak hal yang bisa menyadarkan bahwa keberlangsungan hidup nelayan sangat penting untuk diperjuangkan karena menyangkut banyak aspek dalam kehidupan.
Abdinesia masih membuka tur “Manunggal Cita” bagi siapapun yang ingin berkolaborasi dalam ruang diskusi. Informasi tentang program, dapat dikunjungi melalui official instagram @abdinesia.id.
Penulis ‘Aalimah Qurrata A’yun Editor Azrohal Hasan