Oleh Pahri, Principal SMK Muhammadiyah 7 (Mutu) Gondanglegi
PWMU. CO – Baru ini, saya diminta Konjen Australia di Surabaya untuk berbicara di hadapan pengawas dan kepala sekolah se-Jawa Timur. Kegiatan bertajuk Ambassador’s Principal Lecture Series Budaya Positif Sekolah itu berlangsung di Hotel Santika Gubeng, Surabaya (10/10).
Bagi saya ini pengalaman menarik, selama ini yang tampil menyampaikan Best Practice, biasanya sekolah negeri bukan swasta. Apalagi peserta yang hadir para kepala sekolah hebat dan berkelas yang tergabung dalam program BRIDGE Australia Indonesia School Partnership. Tentu ini suatu kehormatan bagi saya dan sekolah Muhammadiyah.
BACA: Ternyata Area Publik SMK Mutu Gondanglegi Tak Kalah Bagus dengan di Busan Korea
Di antara 60 sekolah pilihan tersebut: SMAN 5 Surabaya, SMA Al-Hikmah Surabaya, SMA St Louis Surabaya, SMAMDA Pucang Surabaya, SMAN 1 Sidoarjo, SD Cor Jesu Malang, SMA Dempo Malang dan MAN 3 Malang. Ditambah Pengawas Sekolah dari Dinas Pendidikan dan Pengawas Pendidikan Kemenag Jawa Timur.
Out line materi yang disodorkan pada saya satu pecan sebelumnya, berkaitan dengan Budaya Positif Sekolah: Kebijakan, Implementasi, dan Hasil. Titik tekan pada proses. Untuk memastikan kehadiran dan kesiapan saya, Konjen Australia mengirim staf khusus, seorang Senior Program Offecers BRIDGE Asia Education Foundation, Mrs Mayus Harefa, untuk menemui saya di Gondanglegi.
BACA JUGA: Semakin Mendunia, SMK Mutu Gondanglegi Tandatangani MoU dengan Dongseo University Korea
Di hadapan Konjen Australia di Surabaya, Mr Chris Barnes dan Kepala Dinas Pendidikan Propensi Jawa Timur Dr Syaiful Rachman M Pd MM, dan Provincial Departement of Educational Volunteer Coordinator, Vicki Richardson—yang juga tampil sebagai nara sumber—saya menyampaikan kondisi sekolah apa adanya, kondisi awal dan masa-masa sulit dalam memulai menerapkan budaya positif.
Perlu diketahui SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi berada di desa. Area sekolah dikelilingi kebun tebu. Masuk gang kecil. Sulit dilalui kendaraan roda empat. Input, sisa dari siswa yang tidak lagi diterima di sekolah negeri. Demikian pula keuangan wali murid serba pas-pasan. Sebagian besar menengah ke bawah yang seringkali menunggak membayar kewajibannya.
Berkat tekad kuat guru dan karyawan, tahun 2009 sekolah ini bergerak cepat untuk maju. Diawali dengan mengubah budaya negatif ke budaya positif. Datang lebih awal dan pulang lebih akhir. Dalam bekerja menerapkan budaya 5R: ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin. Menciptakan suasana sekolah yang bersih, rapi, aman, dan menggembirakan.
Tidak ada kekerasan pada anak dan warga sekolah. Demikian pula ditumbuhkan rasa bangga pada diri dan bangga pada sekolah. Mengedepankan prestasi dan reputasi.
BACA JUGA: 60 Siswa SMK Mutu Gondanglegi Dikontrak PT Kemilau Cahaya Inspirasi sebelum Lulus
Dengan kerja keras, sekolah ini bangkit dari keterpurukan, tidak lebih dari lima tahun telah menyejajarkan diri dengan sekolah hebat di Tanah Air. Sekarang, mendidik 2.300 siswa dengan 13 kompetensi keahlian. Membangun The Titanium Building 7 Lantai dengan biaya Rp 26 milyar. Menjadi pelopor SMK Rujukan Nasional (2014). Meraih penghargaan Energi Alternatif dari Presiden RI Joko Widodo (2015). Bahkan tiga bulan lalu orang nomor satu negeri ini berkunjung ke SMK Out Standing dengan penuh inspirasi.
Konjen Australia, Mr Chris Bernes yang baru 3 bulan bertugas di Surabaya berjanji akan berkunjung ke SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi. “Ini akan menjadi kunjungan pertama saya ke sekolah di Jawa Timur,” kata Chris mengapresiasi semangat warga SMK Mutu dalam implementasi budaya positif di sekolah.
Terimakasih atas apresiasi Mr Chris Barnes, saya tunggu kehadirannya di Gondanglegi Malang. (*)
Brunai Darussalam, 13 Oktober 2017.