Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Banyuwangi, Syaerofi MEd berceramah di hadapan jamaah pengajian masjid At-Taqwa Pandan Genteng. (Taufiqur Rohman/PWMU.CO).
PWMU.CO – 17 titik pisah fikih antara Salafi dengan Muhammadiyah menjadi bahasan dalam kajian masjid At-Taqwa Pandan, Rabu (23/10/2024).
Hal tersebut tersampaikan oleh Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi, Syaerofi MEd. Lebih lanjut, ia memberikan materi di depan jamaah pengajian yang terdiri warga Muhammadiyah Ranting Kembiritan di masjid At-Taqwa Pandan Genteng Banyuwangi.
Pengajian berlangsung setelah pelaksanaan shalat Maghrib berjamaah. Mengawali ceramahnya, Syaerofi mengajak jamaah untuk bersyukur kepada Allah SWT.
“Alhamdulillah, masih diberikan nikmat dan kesempatan, sehingga dapat hadir di kajian ini” ujarnya.
17 Perbedaan Muhammadiyah dan Salafi
Selanjutnya Syaerofi menunjukkan buku panduan yang akan dia jadikan rujukan untuk mengisi pengajian tersebut. Ia membacakan judul bukunya, yaitu Titik Pisah Fikih Salafi-Muhammadiyah karya Dr H Ali Trigiyatno SAg MAg.
Ada 17 titik pisah fikih yang menjadi perbedaan antara Salafi dengan Muhammadiyah, antara lain:
- Salafi mempunyai semangat dan militansi yang tinggi untuk mengaji, mengamalkan, dan membela pahamnya
- Suka membahas dan mengungkit khilafiyah furuiyah.
- Hanya mau mengaji dengan ustad dari kelompok sendiri, sementara ustadz yang lain dikatakan ustadz subhat.
- Sering memposisikan diri sebagai polisi kebenaran bagi jamaah lain.
- Sering menganggap kebenaran fikih itu tunggal, yang benar hanya satu, yang lain salah.
- Sikap kaku dan hitam putih dalam menilai suatu perbuatan.
- Mudah memvonis dan melabeli kelompok lain sebagai ahli bidah.
- Cenderung harfiah dan letterlijk dalam memahami nash.
- Gampang mentahdir dan suka mendiamkan tokoh lain dianggap pembuat bidah.
- Kebiasaan mentahdir bisa sesama salafi yang berbeda.
- Suka menyoal dan mengungkit perkara khilafiyah.
- Mudah menentang dan menolak budaya dengan dalih tidak ada di zaman nabi.
- Gampang mengharamkan atau membidahkan
- Kurang tepo sliro dan adab dalam menyampaikan dakwah.
- Dalam mempraktikkan muamalah terkesan arab sentris.
- Sering menolak produk budaya dan peradaban modern, seperti pemilu, demokrasi, dan bank.
- Suka menggunakan kunyah dengan menambahkan kata Abu di depan namanya, sementara untuk nama masjid, lembaga, dan pondok menggunakan nama sahabat.
Syaerofi berharap Ke 17 titik pisah fikih tersebut dapat dipahami oleh jamaah, sehingga dapat memberikan pemahaman yang mencerahkan khususnya bagi warga Muhammadiyah bahwa paham Islam dalam Muhammadiyah tidak seperti itu.
Bahkan Muhammadiyah sangat menghargai perbedaan dan tidak mengklaim kebenaran fikih tunggal.
Pengajian yang berdurasi selama 40 menit itu berlangsung dengan khidmat dan ditutup dengan membaca hamdalah bersama.
Penulis Taufiqur Rohman, Editor Danar Trivasya Fikri