PWMU.CO – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof Dr Abdul Mu’ti MEd menyebutkan bahwa Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak awal kemerdekaan Indonesia.
Hal itu ia sampaikan dalam Webinar Internasional seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya dalam Rangka Merayakan Hari Sumpah Pemuda yang digelar pada Jumat (25/10/2024).
“Sumpah Pemuda menjadi tonggak awal kedaulatan politik dan persatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari belasan ribu pulau,” ungkap Mu’ti.
Dia juga menyebutkan bahwa era digitalisasi ini memudahkan komunikasi tanpa melihat jarak. Namun, juga memunculkan polarisasi dan ketegangan-ketegangan, terutama di media sosial.
“Era digitalisasi ini terkadang menjadikan generasi muda, bahkan generasi lama mengalami kedangkalan berpikir,” tegasnya.
“Buktinya adalah adanya kecenderungan mengambil kesimpulan hanya dari sebuah judul,” lanjut Mu’ti.
Mu’ti juga menyebutkan bahwa masyarakat di masa digitalisasi ini masih belum siap menghadapi perbedaan pendapat.
“Ini terbukti dengan bagaimana masyarakat memiliki kecenderungan untuk memvonis orang lain yang berbeda dengan dia sebagai orang yang salah. Ini bahkan berujung bagaimana sosok berbeda itu menjadi korban perundungan,” jelas Sekretaris Umum PP Muhammadiyah tersebut.
“Era digitalisasi yang seharusnya mendekatkan masyarakat, malah jadi memunculkan elite society, masyarakat yang terpecah belah,” lanjutnya.
Mu’ti menerangkan bahwa momen Sumpah Pemuda menjadi ajang mengingat bagaimana perjuangan generasi muda bisa bersatu tanpa melihat batas suku dan agamanya.
“Menjadi seseorang yang melintas batas itu bukan berarti harus menanggalkan identitasnya. Buktinya adalah Pemuda Jawa menyebut diri mereka Jong Java, yang masih melekatkan identitas asalnya,” terang Mu’ti.
Mu’ti berpesan pada generasi muda baik generasi milenial atau generasi Y, bahkan generasi Z untuk sering berinteraksi demi memupuk persatuan. Harapannya agar persatuan dan kesatuan bangsa masih terjaga, dengan seringnya forum diskusi dan interaksi antar agama, suku, dan budaya masyarakat. (*)
Penulis Wildan Nanda Rahmatullah Editor Azrohal Hasan