Oleh: Muhammad Roissudin – Majelis Tabligh PWM Jawa Timur.
PWMU.CO – Dalam rangkaian laku Spiritual di ‘Tanah Haromain’ bersama rombongan, sampailah ke tahap Miqat di Bir Ali Madinah pada Selasa (29/10/2024).
Proses berikutnya menuju Makkah untuk melanjutkan rangkaian Thawaf dan Sa’i melalui perjalanan Kereta Cepat.
Begitu naik kereta cepat ‘High railway Haromain’ mirip-mirip kereta cepat Bandung-Jakarta, bedanya ini produksi Perancis.
Setelah masuk di kelas bisnis, saya dimanjakan dengan snack sekelas VIP Garuda Indonesia, paket menunya ada nasi kebuli daging, welcome drink mirip jamu khas Arab. Selain itu, tempat duduknya ada layar LCD dengan kualitas kursi luxury seat.
Rasa penasaran ini makin meronta, saya coba searching berapa lama perjalanan yang di butuhkan untuk menempuh jarak tidak kurang dari 320 kilometer.
Meski lisan terus mengucap talbiyah, tahlil dan tahmid, tapi pikiran ini plesir pada fase awal dakwah Kanjeng Nabi Muhammad Saw yang penuh onak dan duri.
Jarak itu ditempuh dari Makkah hingga 8 hari. Jari ini rasanya gatal untuk bisa memuntahkan uneg-uneg dalam pikiran yang terus menggoda.
Coretan ringan KA cepat menuju Kota Makkah membawa jari-jari ini terus menari merangkai kalimat yang ynag saya beri judul:
Kereta Cepat dan Spirit Dakwah Rasul: Refleksi Perjalanan Spiritual
Dalam era modern ini, teknologi telah membawa kita ke kemudahan dan kecepatan yang tak terbayangkan sebelumnya. Salah satu inovasi terkini adalah kereta cepat Madinah-Makkah, yang mampu menempuh jarak sekitar 320 km hanya dalam waktu dua jam dengan kecepatan mencapai 150-160 km/jam.
Perbandingan ini menarik, terutama jika dikaitkan dengan sejarah perjalanan Rasulullah Muhammad Saw, yang menempuh jarak yang sama menggunakan unta dalam waktu jauh lebih lama, yaitu sekitar enam hingga delapan hari. Melalui refleksi ini, kita dapat mengupas makna dan pelajaran dari perjalanan tersebut, baik dari segi sejarah maupun spiritual.