PWMU.CO – SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita) memperingati Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda dengan berbagai kompetisi yang melibatkan siswa, guru, dan karyawan yang mengenakan baju adat nusantara, Senin (28/10/2024). Tahun ini, tema peringatan Bulan Bahasa di Smamita adalah “Bahasa sebagai Jembatan Pemersatu dalam Keberagaman.”
Setiap kelas mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia, di antaranya dari Bali, Bangka Belitung, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Papua, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Aceh, Gorontalo, Jawa Barat, Madura, Bengkulu, Kepulauan Riau, Lampung, Kalimantan Timur, Maluku, NTT, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Yogyakarta.
Menurut Wakil Kepala Bidang Humas Smamita, Mokhamad Ikhuwan SPd, mengenakan baju adat merupakan wujud representasi budaya daerah di Nusantara.
“Smamita ingin menanamkan rasa nasionalisme, patriotisme, dan kebanggaan pada bangsa kepada siswa, guru, dan karyawan dengan mengenakan baju adat nusantara,” ujarnya.
Sekolah juga memberikan penghargaan kepada guru, karyawan, dan siswa yang tampil maksimal dengan pakaian adat. “Ini adalah bentuk dukungan sekolah terhadap kegiatan yang mengangkat budaya nasional,” tambah Ikhuwan.
Ikhuwan berharap melalui kegiatan ini, generasi muda Indonesia dapat lebih memahami keragaman budaya di setiap daerah dan suku bangsa di Indonesia. “Memahami budaya tiap suku bangsa itu sangat penting, karena hal tersebut dapat menumbuhkan rasa bangga dalam diri generasi muda terhadap bangsa Indonesia,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan rasa bangganya atas partisipasi seluruh siswa, guru, dan karyawan dalam merepresentasikan budaya daerah masing-masing, baik melalui pakaian, lagu daerah, dan kegiatan lainnya. “Kegiatan Bulan Bahasa tahun ini sangat luar biasa. Semoga tahun depan bisa lebih meriah dan semakin menanamkan rasa kebangsaan di hati seluruh keluarga besar Smamita,” tambah Ikhuwan.
Dewan juri pakaian adat nusantara, Yosefin Niken Eko Savitri SPd mengungkapkan bahwa acara selama dua hari ini sangat meriah dan berkesan. “Selain beberapa kompetisi, kami sebagai juri juga kagum dengan totalitas para peserta dalam menggunakan baju adat nusantara,” ujar Niken, yang juga guru Seni dan Budaya di Smamita.
Sebagai juri, Niken menilai dari beberapa aspek: kesesuaian kostum dengan adat yang diwakili, konsistensi mengenakan kostum lengkap dengan aksesoris dari awal hingga akhir acara, dan kenyamanan serta kebanggaan dalam mengenakannya.
“Semoga tahun depan Bulan Bahasa bisa lebih meriah lagi, sehingga rasa bangga terhadap bangsa Indonesia akan selalu melekat di hati kita,” pungkasnya. (*)
Penulis Rasya/Nashiiruddin Editor Wildan Nanda Rahmatullah