Oleh: Nurbani Yusuf (Komunitas Padhang Makhsyar)
PWMU.CO – Tidak semua kader dapat diakomodasi dalam struktur kepemimpinan, sehingga sebagian harus berdiaspora ke tempat lain dengan niat baik, meskipun berbeda jalan.
Berlapang Dada dalam Bermuhammadiyah
Allah berfirman dalam Surah Al-Mujadilah ayat 11: “Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.”
Nasihat dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir MSi sangat relevan di sini: Jangan merasa mampu sendirian, seolah tidak butuh pada orang lain. Jangan pula menjadikan agama sebagai sangkar besi yang kaku dan dogmatis, hingga menolak perubahan.
Semua tergantung niatnya. Ada yang berhijrah karena Allah, ada pula karena alasan lain. Masing-masing akan mendapat sesuai niatnya. Begitu pula dalam niat bermuhammadiyah, segala sesuatu bermula dari ketulusan niat.
Refleksi tentang Karma
Saya percaya pada konsep karma, sebab telah merasakannya. Apa pun yang kita lakukan pasti dibalas, entah kebaikan atau kezaliman yang kita tanam. Bahkan, Nabi Muhammad Saw mengajarkan doa agar terhindar dari akibat buruk perbuatan kita:
“Aku berlindung kepada-Mu dari akibat buruk perbuatan yang telah aku lakukan dan dari akibat buruk perbuatan yang belum aku lakukan.”
Menghargai Keberagaman dalam Muhammadiyah
Di Muhammadiyah, kita berkumpul dengan beragam karakter, niat, dan tujuan. Tak jarang muncul konflik kecil akibat perbedaan pendapat, pemikiran, bahkan tujuan.
Ada kalanya gesekan-gesekan ini berujung pada tindakan seperti pemecatan atau pemberhentian.
Kita seharusnya meninggalkan pola pikir kaku dan menghargai perbedaan sebagai bagian dari kekayaan organisasi ini.
Muhammadiyah adalah organisasi sukarela. Setiap anggota yang berkontribusi dengan pikiran, tenaga, waktu, bahkan harta adalah saudara yang saling mendukung, tanpa memandang peran dan besar kecilnya pengorbanan.
Menghargai Perbedaan
Bersyukurlah bahwa dari tujuh pengurus Takmir Masjid Gedhe Padhang Makhsyar, ada yang dipercaya sebagai imam, ada yang berkiprah di partai, dan ada yang menjadi ustaz di TPQ terdekat.
Keberagaman peran ini bukanlah masalah. Justru, inilah kekuatan kita dalam ber-Muhammadiyah, menghormati dan menghargai pilihan masing-masing.
Kebebasan berekspresi dan berkumpul dijamin oleh undang-undang, selama tidak melanggar prinsip dasar organisasi.
Pesan untuk Kader Muhammadiyah
Larangan rangkap jabatan hanya berlaku untuk pimpinan. Sedangkan anggota biasa bebas berkiprah tanpa halangan.
Jika suatu saat Anda diberhentikan atau dijauhi teman seiring, tetaplah ikhlas dan ridha. Jangan patah semangat; teruslah jalin persaudaraan. Bikinlah Muhammadiyah baru, ranting baru, atau amal usaha baru.
Di Padhang Makhsyar kelak, kita akan bernyanyi Mars Sang Surya bersama, sepuluh kali penuh semangat, sebagai bukti kecintaan kita pada Muhammadiyah.
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan