PWMU.CO – Pengajian Ahad pagi Al-Hikmah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tegaldlimo membahas pentingnya keteladanan dalam kehidupan. Hal itu disampaikan oleh Farid Wajdy SAg MPdI pada Ahad (3/11/2024).
Kegiatan ini berlangsung di Pusat Dakwah Muhammadiyah SMK Muhammadiyah 3 Tegaldlimo, Banyuwangi. Sebanyak 100 orang jamaah yang terdiri atas warga dan simpatisan Muhammadiyah Cabang Tegaldlimo turut hadir dan memeriahkan kegiatan ini.
Tepat pukul 04.45 WIB, acara berlangsung dan pembawa acara membuka dengan membaca basmallah.
Mengawali ceramahnya, Farid Wajdy, yang juga Koordinator Cabang Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen dan PNF) PDM Banyuwangi, membuka dengan salam dan memuji Allah Swt serta mendoakan kesehatan bagi yang sedang sakit.
“Semoga segera diberikan kesembuhan, dan bagi yang tidak bisa hadir karena suatu urusan, semoga dimudahkan oleh Allah urusannya,” doanya.
Selanjutnya, ia menyampaikan arti penting keteladanan dalam kehidupan sehari-hari dengan menjadikan figur Rasulullah Muhammad Saw sebagai panutan.
Ia juga membacakan ayat al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 yang menjelaskan bahwa Rasulullah adalah uswatun hasanah (teladan yang baik).
Nabi Muhammad Sang Uswatun Hasanah
Terutama dalam hal ibadah mahdah (khusus) seperti shalat, umat Islam harus meneladani Nabi. Bahkan Nabi Muhammad bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, agar kita shalat sebagaimana melihat Nabi shalat.
Menurutnya, Nabi Muhammad adalah pribadi yang kompleks. Setiap perkataan, sikap, dan perbuatannya menjadi sunnah. Rasulullah selalu selaras antara ucapan dan tindakannya.
“Maka, integritas kepribadian Rasulullah ini menjadi teladan utama yang paripurna bagi seluruh umat manusia,” tandasnya.
Selanjutnya, ustaz yang juga Pengawas Guru Pendidikan Agama Islam Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Banyuwangi ini mengajak jamaah untuk menjaga keberadaan akal pikiran dan akal sehat.
Hal ini sebagai anugerah luar biasa dari Allah Swt., agar manusia mampu menyelaraskan antara lisan dan perilaku serta tetap berada dalam hidayah-Nya.
Mengakhiri tausiyahnya, Ustaz Farid menyampaikan pertanyaan retoris kepada jamaah: “Sudahkah kita layak menjadi teladan dalam hidup ini?”
Pengajian yang berlangsung selama satu jam itu ditutup dengan doa yang diamini secara khidmat oleh jamaah yang hadir, kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah sambil menyantap jajanan khas Banyuwangi, seperti pisang kukus, ketan, nogosari, serta jajanan basah lainnya, ditemani teh hangat.
Penulis Taufiqur Rohman Editor Zahra Putri Pratiwig