Oleh: Hening Nugroho
PWMU.CO – Muhammadiyah telah memainkan peran penting dalam sejarah pendidikan di Indonesia selama lebih dari satu abad sejak berdiri pada 18 November 1912.
Sebagai gerakan Islam modernis, Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan visi menggabungkan ilmu pengetahuan modern dan nilai-nilai spiritual untuk mencetak generasi berakhlak mulia dan berpengetahuan luas.
Kini, pada usia ke-112, Muhammadiyah menghadapi tantangan baru: merancang pendidikan yang relevan dengan era digital sambil mempertahankan nilai-nilai spiritual.
Mengelola lebih dari 6.000 sekolah, 172 perguruan tinggi, dan ratusan rumah sakit serta lembaga sosial lainnya, Muhammadiyah memiliki pengaruh besar di sektor pendidikan dan sosial di tanah air.
Namun, perkembangan pesat teknologi informasi menuntut Muhammadiyah untuk memperbarui pendekatannya agar tetap relevan dan kompetitif di era global.
Pendidikan Berbasis Komunitas
Salah satu inovasi yang bisa dikembangkan adalah pendidikan berbasis komunitas. Sekolah-sekolah Muhammadiyah dapat menjadi pusat pengembangan ide lokal, di mana siswa tidak hanya belajar teori tetapi juga mempraktikkan ilmu melalui proyek nyata yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Di Yogyakarta, misalnya, sekolah Muhammadiyah bekerja sama dengan komunitas lokal dalam proyek pertanian organik yang hasilnya dijual ke pasar lokal dan digunakan untuk mendanai kegiatan sekolah.
Program-program seperti ini memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat dan mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan yang membangun keterampilan serta memberikan dampak positif bagi lingkungan mereka.
Selain itu, Muhammadiyah dapat memanfaatkan jaringan alumni sebagai agen perubahan sosial. Banyak alumni Muhammadiyah yang telah berhasil di berbagai bidang, dan melibatkan mereka sebagai mentor atau pembicara di sekolah-sekolah akan menciptakan ikatan kuat antara generasi terdahulu dan generasi muda.
Melalui program mentoring, siswa dapat belajar dari pengalaman praktis alumni untuk menghadapi tantangan di masa depan, sehingga mereka siap menjadi generasi penerus yang berkontribusi bagi bangsa.
Di era arus informasi yang cepat, literasi digital menjadi keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa Muhammadiyah. Pendidikan anti-hoaks dapat dimasukkan dalam kurikulum agar siswa mampu memilah informasi dan menyebarkan kebenaran.
Mengingat lebih dari 60% populasi Indonesia adalah pengguna internet, penting bagi siswa Muhammadiyah untuk menjadi penggerak kebenaran yang mampu berpikir kritis dan menyampaikan informasi dengan bijak.
Hal ini dapat membantu mereka mengidentifikasi berita palsu dan melawan disinformasi di media sosial, yang semakin penting di tengah maraknya penyebaran informasi yang salah.
Pendidikan ramah lingkungan juga harus menjadi prioritas dalam desain pendidikan Muhammadiyah. Sekolah Muhammadiyah dapat mengadopsi konsep green school untuk mengajarkan siswa menjaga kelestarian bumi.
Generasi muda Muhammadiyah yang diajarkan untuk peduli pada lingkungan akan tumbuh menjadi individu yang tidak hanya sadar lingkungan, tetapi juga berperan aktif dalam usaha pelestarian alam.
Menjaga bumi merupakan tanggung jawab spiritual, sejalan dengan semangat Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang dipegang Muhammadiyah.
Selain itu, pengembangan pendidikan kepanduan juga bisa dihidupkan kembali untuk menanamkan nilai-nilai kemandirian, kerja sama, dan kepemimpinan.
Kegiatan ini mendorong siswa keluar dari zona nyaman, memupuk rasa cinta terhadap alam, dan meningkatkan keterampilan bertahan hidup. Pendidikan kepanduan tidak hanya melatih fisik, tetapi juga mengajarkan siswa untuk menjadi individu yang tangguh, berani, dan memiliki jiwa kepemimpinan.
Aspek seni dan budaya juga perlu diintegrasikan dalam pendidikan Muhammadiyah. Memasukkan unsur budaya dalam pembelajaran akan membantu siswa mengapresiasi warisan bangsa dan mencintai tanah air.
Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beragam, dan memasukkan elemen ini dalam pendidikan akan memperkuat identitas nasional siswa.
Pendidikan seni dan budaya bisa menjadi penyeimbang dari dominasi mata pelajaran sains dan teknologi, sehingga siswa memahami bahwa kemajuan tidak berarti meninggalkan akar budaya.
Terakhir, Muhammadiyah dapat merancang program pendidikan kolaboratif dengan institusi global melalui pertukaran pelajar dan interaksi dengan lembaga internasional.
Ini membuka wawasan siswa terhadap isu-isu dunia dan mengajarkan mereka menjadi warga global yang toleran. Muhammadiyah dapat tampil sebagai Islam moderat yang relevan dan progresif, memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang menjunjung pluralisme.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Muhammadiyah diharapkan terus menjadi motor penggerak dalam mencetak generasi berkemajuan yang berpikir kritis, berjiwa kepemimpinan, dan siap membawa perubahan positif di masyarakat.
Pada usia 112 tahun, Muhammadiyah tidak hanya merayakan keberhasilan masa lalu, tetapi juga mempersiapkan diri menghadapi tantangan masa depan dengan semangat inovasi.
Pendidikan yang menyatu dengan nilai spiritual, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesadaran lingkungan akan menjadi kunci bagi generasi hijau dan berdaya yang mampu membawa Indonesia ke masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan