PWMU.CO – Di lingkungan warga Muhammadiyah Nganjuk, sebutan “Kiai” dan “Nyai” semakin akrab terdengar. Dalam kajian Ahad Pagi kali ini (10/11/2024), Dr dr Sukadiono MM, yang juga Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Kiai Haji Juwari SPd (Ketua PDM Nganjuk) dan Nyai Hajah Novita Ruli (PDA Nganjuk) dalam kajian yang ia sebut “Ngaji Ilmu Allah”.
Dr Suko (panggilan akrab dr Sukadiono) memulai kajian yang digelar di halaman SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk tersebut dengan menyoroti usia panjang Muhammadiyah yang telah mencapai 112 tahun. Dia mencatat bahwa tidak ada organisasi Islam di dunia yang memiliki umur sepanjang itu.
Di sisi lain, usia harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini adalah 71,6 tahun, berada di peringkat 145 dari 201 negara, jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara seperti Singapura (80 tahun), Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Rahasia Muhammadiyah Berumur Panjang
Dr Suko kemudian membagikan beberapa prinsip yang menurutnya menjadi kunci keberlanjutan Muhammadiyah.
Keikhlasan Para Pimpinan
Dr Suko menekankan bahwa keikhlasan para pimpinan Muhammadiyah adalah kunci utama. Para pimpinan Muhammadiyah tidak menerima gaji, yang menurutnya akan menghindarkan organisasi ini dari potensi konflik atau persaingan kekuasaan.
Pimpinan yang bekerja dengan ikhlas, fokus pada dakwah, dan tidak berkepentingan duniawi, akan dilindungi oleh Allah dan mendapatkan keberkahan, baik untuk diri mereka maupun keluarga mereka.
Dalam pandangan Muhammadiyah, rezeki tidak hanya berupa uang atau harta, tetapi juga mencakup keluarga yang sakinah, anak-anak yang soleh, hingga kesempatan untuk melaksanakan ibadah umrah.
Oleh karena itu, bekerja bukan semata-mata untuk mencari rizki, tetapi juga untuk menegakkan kalimat Allah melalui amanah yang diberikan.
Bersyukur
Dr Suko menjelaskan bahwa warga Muhammadiyah selalu berusaha bersyukur atas segala nikmat Allah dengan perbuatan nyata.
Prinsip “syukur bil arkan” (bersyukur dengan tindakan) tercermin dalam semangat untuk selalu memberi dan berbagi, yang terlihat dari banyaknya kegiatan sosial yang dilakukan. Tema Milad Muhammadiyah ke-112 tahun ini adalah “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”, yang mencerminkan semangat berbagi bagi kemaslahatan umat.
Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang sangat toleran dan inklusif, mampu bekerja sama dengan berbagai elemen bangsa yang beragam dalam hal agama, budaya, dan ras. Sebagai contoh, Universitas Muhammadiyah di Kupang dan Papua memiliki 70% mahasiswa non-muslim.
Memberi Manfaat bagi Semua
Salah satu prinsip penting Muhammadiyah adalah selalu memberi manfaat di mana pun berada, seperti matahari yang tetap bersinar meski terkadang tertutup awan. Pada perayaan Milad ke-112 ini, PWM Jawa Timur menyajikan makan siang gratis sebanyak 112.000 porsi, sementara PDM Nganjuk menyediakan 1.400 porsi.
Menghadapi era digital (era 5.0), warga Muhammadiyah diingatkan untuk segera menyesuaikan diri. Banyak kegiatan persyarikatan, seperti laporan, koordinasi, dan sidang tanwir, kini dilakukan secara hybrid (daring dan luring). Rapat-rapat juga sering menggunakan platform seperti Zoom. Majelis Tabligh, misalnya, diminta lebih aktif menggunakan media sosial dan platform online lainnya, tanpa terlalu bergantung pada media konvensional.
Kesimpulan
Dr Suko menyimpulkan bahwa umur panjang Muhammadiyah bukan hanya karena ikhtiar dan kerja keras, tetapi juga karena sikap warga Muhammadiyah yang adaptif terhadap perkembangan zaman, serta semangat untuk selalu memberi manfaat bagi sesama.
Warga Muhammadiyah, ibarat lebah yang selektif dalam memilih makanan dan menghasilkannya untuk memberi manfaat besar, serta seperti pohon kurma, yang setiap bagiannya bermanfaat bagi kehidupan. (*)
Penulis Abdul Kholiq Editor Wildan Nanda Rahmatullah