Oleh: Isnaeni
PWMU.CO – Gerakan Muhammadiyah yang ingin mewujudkan Islam berkemajuan, dimanifestasikan sebagai Islam yang memancarkan pencerahan bagi kehidupan, termasuk dalam ranah emansipasi dan humanisasi.
Dalam beberapa ayat al-Quran disebutkan bahwa Islam adalah agama yang sempurna, satu-satunya agama yang diridhoi Allah Swt, sehingga ada ancaman: “barang siapa yang memeluk agama selain Islam, tidak akan diterima” (QS 5: 3, QS 3: 19, 85).
Perintah untuk masuk Islam secara kaffah (QS 2: 208), bukanlah perintah wajib yang ringan dan mudah dijalankan, diperlukan iman dan ilmu pengetahuan yang memadai dan niat kuat untuk mengimplementasikannya. Inilah bekal penting yang harus kita miliki saat hidup di dunia. Kita jadikan Islam sebagai hukum tertinggi untuk mengatur kehidupan di dunia ini, termasuk aturan dalam membangun dan menerapkan sistem pendidikan.
Muhammadiyah saat ini menghadapi tantangan yang sangat berat di bidang pendidikan mulai dasar, menengah sampai dengan perguruan tinggi. Arus kapitalisasi dan liberalisasi yang masif dan intensif serta begitu deras telah berhasil memorak-porandakan semangat generasi muda sebagai calon generasi penerus.
Carut marut pendidikan telah kita rasakan bersama, mulai dari biaya pendidikan yang mahal sampai harus ada pinjol, manajemen pendidikan yang birokratis, sehingga menghabiskan waktu pengajar dan kurikulum yang tidak jelas output dan outcome-nya. Data BPS menyebutkan bahwa jumlah pengangguran lulusan S1, S2, dan S3 per-Februari 2024 mencapai 5,63% atau sebanyak 452.713 orang.
Aset bangsa yang terlantar ini disebabkan oleh manajemen job-placement atau employbility yang tidak profesional atau lahannya yang tidak tersedia?
Problematika dan fenomena yang melatarbelakanginya perlu kajian mendalam untuk mewujudkan Islam berkemajuan yang mencerahkan kehidupan bangsa baik dari aspek emansipasi dan humanisasi. Tentu saja solusinya hanya hukum Islam. Di usianya yang ke-112 tahun, pergerakan Muhammadiyah sudah kenyang melewati berbagai era kepemimpinan dengan dinamika kultur pemerintahan baik dalam kondisi normal maupun di bawah cengkeraman penjajah.
Fokus pergerakan Muhammadiyah di bidang pengembangan pendidikan, sampai sekarang telah mengantarkannya menjadi Pusat pendidikan yang telah berhasil menembus level dunia. Sebanyak 163 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisiyah di Indonesia yang terdiri atas 89 Universitas, 41 Sekolah Tinggi, 1 Akademi, 2 Institut, dan Politeknik dengan program studi total 2315, terbesar di seluruh Indonesia. Perguruan Tinggi Muhammadiyah di luar negeri berlokasi di Malaysia dan Melbourne.
Beberapa universitas yang tergabung dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Muhammadiyah dan Aisiyah (APTFMA) sudah dan sedang mengembangkan internasionalisasi di bidang catur dharma perguruan tinggi. Capaian ini mengindikasikan bahwa Muhammadiyah sebenarnya mampu mengatasi problematika pendidikan yang sedang berkecamuk di negeri ini.
Dinamika perkembangan zaman telah menuntut Muhammadiyah membuka tabir yang menyelimuti pergerakannya untuk menguak problematika yang berkembang di masyarakat sebagai lahan perjuangannya. Aspek pendidikan berkorelasi dengan aspek lain, yaitu ekonomi, politik dan sosial, sehingga mengatasi masalah pendidikan tidak lepas dari kewajiban mengatasi problematika aspek lain yang relevan.
Kebijakan menerapkan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan mulai pendidikan pra-Sekolah sampai dengan pendidikan tinggi nampaknya masih belum memberikan hasil yang gemilang untuk parameter perjuangan. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan dan penanaman Al-Islam dan Kemuhammadiyahan sangat penting, sehingga satu paket utuh pemahaman keluarga tentang Al Islam dan kemuhammadiyahan.
Strategi jitu diperlukan untuk mengatasi kompleksitas problematika di bidang pendidikan. Kita wajib sadar sepenuhnya bahwa sumber daya alam karunia Ilahi Robbi dan sumber daya manusia yang kita miliki merupakan dua aset luar biasa, sebagai sumber ilmu pengetahuan yang harus kita gali dan kembangkan untuk kemaslahatan umat.
Secara managerial, apabila potensi alam Indonesia yang sangat berlebih-lebihan dikelola dengan bijak dan profesional, akan sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyat Indonesia, bahkan kita mampu sebagai eksportir bahan baku dan hasil olahannya. Ironinya, negeri ini kaya akan hasil bumi, hutan, marine, tambang dan vulkanik yang melimpah ruah, namun pemberdayaannya belum optimal, sementara pakar kita banyak. Ini semua hanya dapat diatasi dengan membangun pendidikan berbasis syariat Islam terintegrasi mulai pra-sekolah sampai pendidikan tinggi. Insya Allah Islam berkemajuan yang terefleksi dalam emansipasi dan humanisme akan terwujud.
Kenapa? Semua akan terlibat dalam pengembangan ideologi, politik, sosial dan budaya serta ilmu kesehatan. Karena merupakan kebutuhan umat, maka pendidikan dan semua elemen penunjangnya menjadi prioritas utama. Pendidikan berbasis syariat Islam, akan mengedepankan hak dan kewajiban pengajar dan pelajar. Proses belajar mengajar pada hakekatnya mengasah kemampuan peserta didik untuk merumuskan dan memecahkan masalah, mempertajam intuisi, meningkatkan keterampilan kreatif, memperkuat pendidikan karakter, dan memantapkan kepemimpinan transformatif.
Sebagai ulul albab, semua prosesi untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian dalam bidang apapun wajib didasarkan pada moralitas yang dibangun berlandaskan syariat Islam. Surat Luqman (QS 31: 12-19) menjadi rujukan yang ideal untuk menanamkan hubungan harmonis anak didik dengan Allah penciptanya (bersyukur) dan orang tua (adab kepada orang tua) yang melahirkan dan mengasuhnya serta hubungan dengan sesama (bersikap santun).
Kesempatan emas telah terbuka untuk mewujudkan Islam berkemajuan khususnya di bidang pendidikan dengan terpilihnya anggota persyarikatan Muhammadiyah yang diamanahi sebagai pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Insya Allah. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah