PWMU.CO – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof Dr Abdul Mu’ti MEd menyatakan ada rencana besar dari Kementerian Dikdasmen untuk masa depan pendidikan di Indonesia setidaknya untuk lima tahun ke depan. Hal itu disampaikan dalam forum silatnas LDK PP Muhammadiyah di Aula BPMP Jakarta, Selasa (12/11/2024).
“Saya tadi rapat, tentang laporan e-kinerja, sehingga banyak guru yang lebih sibuk ngurusin upload dari pada (ngajar). Sehingga bapak ibu guru mungkin uploadnya bisa kurangi. Jadi e-kinerja bisa kita ganti e-kd. Jadi upload-uploadnya bisa dikurangi,” ucapnya di sela-sela menyampaikan pembekalan da’I komunitas.
Mu’ti juga menceritakan terkait langkah strategis yang masih terkait dengan masa depan pendidikan di Indonesia, utamanya untuk guru. Menteri Dikdasmen hari itu telah mendatangi Kapolri untuk memperjuangkan hak siswa dan guru. Ia menyatakan hal itu mengingat banyaknya fenomena kekerasan di sekolah dan banyaknya guru yang dikriminalisasi.
“Istilah hukumnya restorative justice, sehingga misalnya hanya soal nyubit saja masa harus berurusan dengan polisi. Sama kemungkinan ada kerja sama dengan polisi terkait penanganan dengan judi online,” terangnya.
Abdul Mu’ti juga menyatakan di hari yang sama itu ia telah melakukan rapat di kantornya untuk membahas guru p3k.
“Untuk ada kemungkinan peraturan guru P3K supaya bisa ditempatkan kembali di swasta,” ucapnya diikuti riuh tepuk tangan hadirin.
Abdul Mu’ti menyatakan agendanya yang keempat yaitu wawancara dengan Metro TV.
“Nah ini acara kelima, makanya tinggal sisanya saja energinya ini. Tadi saya ditanya Metro TV, apa rencana besar bapak? Saya jawab Pendidikan bermutu untuk semua warga negara Indonesia, kemudian, bagaimana kami di kementerian agar bisa melayani mereka agar mendapatkan pendidikan yang bermutu,” terangnya
Ia menyatakan banyak anak Indonesia yang tidak bisa sekolah karena lokasi rumahnya, juga karena kondisi fisiknya.
“Muhammadiyah pakai istilah Difabel bukan disable. Difable itu differently able, disable bertentangan dengan Al-Qur’an. Laqad khalaqnal insaana fii ahsani taqwiim (sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya). Dan Allah memuliakan hambanya walaqad karramnaa banii adam (dan sungguh kami telah memuliakan anak keturunan Adam),” tegasnya.
Abdul Mu’ti mencontohkan sempurnanya difabel yaitu misalnya orang tunanetra, tapi ngajinya lebih bagus dari pada yang melek.
“Putri Ariyani itu kan bagus, tuna netra, ngajinya luar biasa, sementara kita yang bisa melihat ini justru ngajinya enggak sebagus dia. Jadi dia itu diffelently able (mampu secara berbeda),” jelasnya.
Selain itu, Abdul Mu’ti menjelaskan banyak anak bangsa yang tidak bisa Sekolah karena kondisi ekonomi nya dan juga lokasi tempat tinggal yang jauh dari akses fasilitas pendidikan.
“Karena itu terkait dakwah komunitas ini bisa bekerja sama dengan Kemendikdasmen, untuk melayani pendidikan di daerah terpencil,” tandasnya. (*)
Penulis Ain Nurwindasari Editor Wildan Nanda Rahmatullah