Oleh: Muhammad Iqbal
PWMU.CO – Muhammadiyah, didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Yogyakarta, merupakan organisasi Islam yang berideologi Islam berkemajuan dan memiliki landasan wasathiyah (moderat).
Dalam perjalanan sejarahnya, Muhammadiyah telah menjadi penggerak perubahan, terutama di bidang pendidikan, yang menjadi pilar utama dalam membentuk generasi penerus bangsa.
Sebagai organisasi yang memiliki jaringan pendidikan terbesar di Indonesia, Muhammadiyah mengelola ribuan sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi di seluruh Nusantara.
Dengan 71 SLB, 22.000 TPQ/RA, 2766 SD/MI, 1826 SMP/MTS, 1407 SMA/MA/SMK, 440 pesantren, dan 173 perguruan tinggi, Muhammadiyah berperan besar dalam memberikan akses pendidikan yang berkualitas.
Pendidikan Muhammadiyah tidak hanya bertujuan mencetak individu berilmu, tetapi juga membentuk generasi yang mampu berpikir progresif dan berperan sebagai agen perubahan.
Peran Muhammadiyah dalam pendidikan juga mencerminkan semangat “sedikit bicara, banyak bekerja.” Spirit ini diwariskan dari pendiri organisasi yang gigih memperjuangkan hak dan pendidikan rakyat.
Dengan mengedepankan nilai amar makruf nahi mungkar, Muhammadiyah berupaya mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin, yakni agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.
Salah satu contoh nyata kontribusi Muhammadiyah dalam menciptakan masyarakat inklusif dan berdaya adalah Universitas Muhammadiyah Papua, yang dikenal sebagai “kampus Kristen Muhammadiyah” karena mayoritas mahasiswanya beragama Kristen dan Katolik.
Ada pula Universitas Muhammadiyah Maumere yang memungkinkan mahasiswa membayar biaya kuliah dengan hasil bumi. Selain itu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menawarkan program double degree, memberikan kesempatan luas bagi mahasiswa untuk meraih prestasi global.
Di bawah visi Islam berkemajuan, Muhammadiyah mendorong aktualisasi nilai-nilai Al-Qur’an, khususnya melalui Teologi Al-Ma’un.
Ajaran ini mengajarkan kepedulian terhadap kaum dhuafa dan mendorong anggota Muhammadiyah untuk aktif dalam kegiatan sosial.
Melalui pendidikan, Muhammadiyah mengintegrasikan teologi Al-Ma’un sebagai metode yang membentuk karakter siswa agar cinta kasih dan memiliki kepedulian terhadap masyarakat.
Pendidikan Muhammadiyah berorientasi pada pembentukan kepribadian unggul, integritas moral, dan kepemimpinan. Prinsip ini sesuai dengan konsep Islam wasathiyah, atau moderat, yang toleran terhadap keberagaman.
Muhammadiyah juga menerapkan pendekatan holistik dalam pendidikan, yang mencakup pengetahuan umum dan ilmu agama, sehingga lulusan Muhammadiyah diharapkan dapat menjadi agen perubahan dengan pola pikir yang terbuka dan tangguh menghadapi tantangan global.
Dengan mengikuti pandangan Prof. Din Syamsuddin, dakwah Muhammadiyah tidak hanya berfokus pada aspek spiritual tetapi juga memiliki visi pembebasan (tahrir), pencerahan (tanwir), pemberdayaan (taqwiyah), dan pemajuan peradaban umat.
Sistem pendidikan Muhammadiyah berupaya mencetak lulusan yang mampu memimpin perubahan dan menjaga keberagaman dalam bingkai kebangsaan.
Sistem pendidikan Muhammadiyah yang unggul ini tidak hanya bertujuan mencetak kader ulama dan pemimpin umat yang intelektual dan berintegritas, tetapi juga berupaya merawat kebhinekaan dan menghargai kearifan lokal.
Para pelajar Muhammadiyah dididik untuk toleran, sehingga mampu menjadi pemimpin masa depan yang mewujudkan generasi emas 2045 yang berkarakter, berwawasan luas, dan berakhlak mulia.
Muhammadiyah terus berkomitmen dalam menciptakan generasi muda yang tangguh, yang tidak hanya berdaya saing global, tetapi juga mampu menjadi “Sang Surya” yang mencerahkan Indonesia menuju masa depan yang gemilang dan berkelanjutan.
Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan