PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur (Jatim), Dr dr Sukadiono MM, menjadi pembicara utama dalam acara spesial “Dialog Milad Ke-112 Muhammadiyah” di Metro TV pada Selasa (12/11/2024).
Dialog berdurasi 24 menit ini dipandu oleh Belinda Firda dan menyoroti perjalanan dan kontribusi Muhammadiyah selama lebih dari satu abad.
Dalam dialog, Dr Sukadiono menegaskan bahwa berdirinya Muhammadiyah pada 18 November 1912 merupakan respons terhadap kondisi sosial yang memprihatinkan pada masa itu.
Menurutnya, Kiai Haji Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai bentuk keprihatinan atas ketimpangan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan masyarakat yang terjadi saat itu.
“Kiai Dahlan sangat prihatin melihat kesenjangan pendidikan. Anak-anak dari kalangan ningrat memiliki peluang besar untuk mengenyam pendidikan, sementara rakyat biasa sulit mendapatkan kesempatan yang sama,” ungkap Sukadiono.
Beliau juga menambahkan bahwa Kiai Ahmad Dahlan terinspirasi oleh berbagai organisasi pergerakan sosial seperti Budi Utomo. Dari pembelajaran ini, muncul kesadaran bahwa perjuangan individu tidak cukup untuk mengatasi masalah masyarakat.
“Oleh karena itu, organisasi Muhammadiyah dibentuk untuk menjadi wadah yang fokus pada pengembangan masyarakat melalui program-program sosial yang menyentuh langsung kebutuhan rakyat,” ujar Rektor UM Surabaya ini.
Sukadiono menekankan tiga pilar utama yang menjadi fokus Muhammadiyah sejak awal, yaitu pendidikan, kesehatan, dan sosial. Ketiga bidang ini dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
“Melalui pilar pendidikan, Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang kini dikenal sebagai Mu’allimin dan Mu’allimat di Yogyakarta,” jelasnya.
Selain pendidikan, Muhammadiyah juga memperhatikan kesehatan masyarakat melalui pendirian PKU (Penolong Kesengsaraan Umum) yang pada awalnya berupa poliklinik dan kini berkembang menjadi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah yang dikenal luas.
Di bidang sosial, Muhammadiyah mendirikan panti asuhan yang bertujuan memberikan kehidupan layak bagi anak-anak yatim dan terlantar.
“Muhammadiyah punya kewajiban untuk menyantuni anak yatim, fakir miskin, dan memberikan mereka kesempatan mendapatkan kebutuhan dasar,” kata Sukadiono.
Dengan dialog ini, Sukadiono berharap Muhammadiyah terus konsisten dalam berkontribusi bagi kemajuan bangsa, mengikuti jejak perjuangan Kiai Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera dan berpendidikan.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan