PWMU.CO – Senam pagi dengan irama musik Gemu Famire dan Chicken Dance mengawali aktivitas hari kedua dalam acara Baitul Arqom yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Aisyiyah Driyorejo (PCA Driyorejo) hari ini, Sabtu (16/11/3024). Setelah berenang pagi dan bersih diri dilanjutkan sholat Dhuha kemudian memasuki acara inti yaitu materi ke-5 yang disampaikan oleh Syafi’i.
Materi yang diampu dalam event ini adalah Mattan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhamadiyah (MKCHM). Peserta Baitul Arqom yang sudah merasakan sensasi segar ini antusias menyimak materi yang sangat dibutuhkan oleh setiap warga Muhammadiyah ini.
Mattan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhamadiyah ini disahkan di Tanwir Muhammadiyah di Ponorogo tahun 1968. Jika warga Muhammadiyah sudah meyakini isi MKCHM ini muaranya akan tercipta Negeri atau Desa yang Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur, tutur laki-laki kelahiran Lamongan 64 tahun yang lalu ini.
Antusiasme peserta dalam mengikuti materi ini terbukti dengan banyaknya yang mengajukan pertanyaan sebelum acara ini disudahi.
Seorang penanya dari utusan Nasyiatul Aisyiyah yang bernama Izzah Rosyidah ini menanyakan tentang Istilah Kristen Muhammadiyah yang terpicu dari banyaknya umat beragama kristen yang kuliah di Universitas Muhammadiyah.
Dijelaskan bahwa Universitas Muhammadiyah mengijinkan mereka kuliah di Unmuh dengan tidak memaksa mereka untuk pindah agama masuk ke dalam agama Islam. Hal ini berkaitan dengan hak prerogatif Allah yang memberi hidayah dan tidak ada paksaan untuk masuk agama Islam, supaya mereka masuk Islam terpanggil karena melihat Akhlakul Karimah, perilaku orang-orang Islam yang benar-benar sesuai dengan ajaran agama Islam dan Sunnah Nabi Muhammad Saw, imbuhnya.
Peserta dari Pimpinan Ranting Aisyiyah Kotabaru Driyorejo menanyakan tentang bid’ah yang kemudian dijawab dengan penjelasan dan contoh-contoh amalan yang termasuk Bid’ah Hasanah dan Bid’ah Dholalah. Penanya yang bernama Nuriyati ini merasa puas dan lega dengan pencerahan yang disampaikan narasumber yang akrab dipanggil Pak Syafi’i ini. (*)
Penulis Endah Suryani Editor Amanat Solikah