Oleh: Nur Afrida Ainur Rahmaniyah
PWMU.CO – Kesehatan mental ibu hamil dan ibu melahirkan adalah isu yang sering terabaikan, padahal dampaknya sangat luas, mulai dari risiko depresi, gangguan kecemasan, hingga kasus-kasus ekstrem seperti kekerasan terhadap anak.
Gerakan Muhammadiyah dan sayap perempuan, Nasyiatul Aisyiyah, memiliki peran besar dalam mendukung kesehatan mental ibu hamil dan ibu melahirkan melalui program-program yang berfokus pada dukungan psikososial dan kesehatan. Namun, pada praktiknya, dukungan di tingkat cabang dan ranting masih minim, membuat beberapa anggota merasa terbebani hingga tidak aktif atau mengundurkan diri dari organisasi.
Pentingnya Dukungan untuk Kesehatan Mental Ibu Hamil dan Ibu Melahirkan
Kesehatan mental selama kehamilan sangat penting karena memengaruhi kondisi ibu dan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi selama kehamilan dapat menyebabkan dampak jangka panjang bagi ibu dan anak. Sebagai contoh, penelitian oleh Aprillia dan Windayanti (2021) menunjukkan bahwa terapi relaksasi seperti murottal Al-Qur’an mampu menurunkan kecemasan pada ibu hamil di trimester ketiga hingga 77,8% dibandingkan sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa intervensi berbasis spiritual dapat membantu menurunkan tingkat stres pada ibu hamil yang membutuhkan dukungan dari lingkungan sekitar.
Selain itu, program edukasi yang melibatkan keluarga, terutama suami, terbukti meningkatkan keterlibatan ibu dalam kelas kehamilan. Penelitian oleh Rahmawati dan Kardi (2023) menemukan bahwa dukungan suami berhubungan signifikan dengan tingkat kehadiran ibu dalam kelas kehamilan, yang membantu mereka mendapatkan informasi kesehatan serta merasa lebih siap secara mental menghadapi proses persalinan.
Dampak Buruk Minimnya Dukungan: Kasus Nyata
Kurangnya dukungan bagi ibu yang mengalami tekanan psikologis selama kehamilan atau setelah melahirkan dapat berdampak buruk. Data dari berbagai laporan kasus menunjukkan tingginya angka depresi dan kecemasan pada ibu hamil, yang sering kali mengarah pada peristiwa tragis seperti kekerasan terhadap bayi atau bahkan pembunuhan. Ini menjadi sinyal penting bahwa lingkungan, baik keluarga maupun komunitas, harus memiliki peran dalam menjaga stabilitas mental ibu.
Program-program seperti kelas ibu hamil di Abdul Radjak Pondok Gede menunjukkan peningkatan signifikan dalam pengetahuan dan kesiapan ibu hamil setelah menerima edukasi. Namun, tak semua layanan kesehatan memiliki kelas-kelas semacam ini sehingga perlu perluasan layanan di berbagai daerah.
Nasyiatul Aisyiyah: Harapan dan Realita
Sebagai organisasi yang memiliki anggota dengan peran sebagai ibu, Nasyiatul Aisyiyah diharapkan bisa menyediakan wadah yang mendukung kesehatan mental dan fisik bagi anggotanya.
Sayangnya, di tingkat cabang dan ranting, dukungan tersebut belum optimal. Minimnya perhatian ini membuat ibu-ibu yang aktif di organisasi ini merasa tidak memiliki ruang untuk menyuarakan kebutuhan mereka, bahkan dalam beberapa kasus, mereka memutuskan untuk berhenti aktif di organisasi.
Studi oleh Tendean (2023) tentang intervensi digital antenatal care menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dapat membantu ibu hamil mengatasi masalah kesehatan mental dengan efektif. Mengadopsi pendekatan serupa, seperti melalui aplikasi atau sesi konseling daring, bisa menjadi solusi bagi Nasyiatul Aisyiyah dalam mendukung anggotanya secara lebih fleksibel.
Peran Muhammadiyah dalam Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan
Melalui upaya pencerahan yang digerakkan Muhammadiyah, penting untuk memperluas program yang mendukung kesehatan mental ibu. Kesehatan mental ibu hamil bukan hanya terkait dengan kondisi psikologis, namun juga berdampak pada kesehatan fisik dan kualitas tumbuh kembang anak. Melalui Nasyiatul Aisyiyah, Muhammadiyah bisa meningkatkan perannya dengan memberikan pelatihan bagi anggota terkait deteksi dini masalah kesehatan mental dan cara memberikan dukungan emosional, baik secara langsung maupun digital.
Penelitian oleh Kurniawan (2023) tentang pelatihan kader kesehatan mental menunjukkan bahwa kader yang mendapatkan pelatihan memiliki peningkatan pemahaman signifikan terkait penanganan awal kesehatan mental. Jika konsep ini diterapkan di Nasyiatul Aisyiyah, kader di tingkat ranting dapat berperan sebagai pemberi dukungan utama, menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi ibu hamil dan melahirkan.
Kesimpulan
Dalam menghadapi tantangan kesehatan mental ibu hamil dan melahirkan, gerakan Muhammadiyah melalui Nasyiatul Aisyiyah memiliki potensi besar untuk memberikan dukungan yang diperlukan.
Optimalisasi program, baik dalam bentuk edukasi kesehatan mental maupun melalui pendekatan berbasis teknologi, dapat menjadi jalan untuk menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi anggota organisasi yang menjalani peran sebagai ibu. Gerakan pencerahan ini bukan hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga menjadi investasi bagi generasi masa depan yang lebih berdaya dan sehat.
Daftar Pustaka
- Aprillia, R., & Windayanti, H. (2021). Perbedaan kecemasan ibu hamil trimester III sebelum dan sesudah pemberian murottal Al-Qur’an Surah Ar-Rahman di wilayah kerja Puskesmas Kaliabang Tengah Kota Bekasi. Journal of Holistics and Health Science.
- Munawaroh, M. (2021). Pemberdayaan bidan dalam pembentukan kelas ibu hamil di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) Abdul Radjak Pondok Gede. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 49-59.
- Rahmawati, Y., & Kardi, K. (2023). Hubungan dukungan suami dengan tingkat kehadiran ibu hamil dalam kelas ibu hamil. Empiricism Journal.
- Tendean, A. (2023). Intervensi digital antenatal care terhadap kesehatan mental ibu hamil. Klabat Journal of Nursing.
- Kurniawan, K., Yosep, I., Khoirunnisa’, K., Nur’aeni, Y., & Nugraha, P. (2023). Upaya peningkatan kesehatan mental masyarakat melalui pelatihan duta kader kesehatan jiwa. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri). (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah