Aeshnina Azzahra Aqilani saat menyampaikan kisah inspiratifnya sebagai aktivis lingkungan dalam Inspiring Day Spemdalas, Jumat (15/11/24). (Fitri Wulandari/PWMU.CO).
PWMU.CO – Siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik belajar kecintaan terhadap lingkungan dalam Inspiration Day, Jumat (15/11/2024).
Kegiatan bertema ‘Be an Agent of Change’ ini menghadirkan Aeshnina Azzahra Aqilani, siswa kelas XII SMA Muhammadiyah 10 GKB (SMAMIO) dan aktivis dunia untuk keadilan lingkungan hidup.
Berkirim Surat ke Pemimpin Dunia
Bertempat di lantai II masjid Taqwa Spemdalas, Aeshnina menceritakan awal aksinya. “Sejak dulu saya memang sudah dekat dengan alam. Saya sering bermain-main di sungai. Saat itu saya sering melihat beberapa sampah yang berasal dari luar negeri” terangnya.
“Dari situ saya mulai mencari info, hingga saya ketahui bahwa sampah plastik banyak dilselipkan” ujar Aeshnina.
“Yang diimpor Indonesia adalah kertas. Tetapi sampah plastik banyak terselip di dalamnya. Saya sedih melihat sampah plastik yang penguraiannya butuh berpuluh-puluh tahun itu dibuang ke Indonesia. Apakah pemerintah tidak mengetahuinya?” urainya.
Lebih lanjut, Aeshnina menuturkan idenya untuk menulis surat dan mengirimnya ke beberapa negara di Eropa seperti Duta Besar Jerman Peter Schof dan Kanselir Angela Markel. Selain itu, ia juga menulis surat kepada Perdana Menteri Australia Scott Morison, dan Perdana Menteri Canada.
“Inti dari isi surat saya adalah menghimbau negara-negara tersebut untuk berhenti mengekspor sampah plastik ke Indonesia” jelasnya.
Ternyata sepak terjang Aeshnina tak berhenti sampai di situ. Ia kemudian mendapat undangan dalam sejumlah konferensi internasional yang membahas masalah internasional seperti di Canada, Malaysia, Filipina, dan Inggris.
“Untuk adik-adik, yuk mulai sekarang kita mulai langkah serius ya. Jika memang belum bisa meninggalkan, paling tidak kita mulai mengurangi penggunaan plastik sekali pakai” jelas Nina.
Perubahan Melalui Hal Kecil
Ada beberapa hal kecil yang dapat kita lakukan, lanjutnya, seperti membawa tumbler atau botol air minum saat beraktivitas, menggunakan box makan, serta membawa kantong belanja.
“Selain itu, adik-adik bisa membiasakan memilih sampah di rumah. Minimal sampah organik dan anorganik” tambahnya.
Tidak ketinggalan, sebelum mengakhiri pemaparannya, Aeshnina menyampaikan pentingnya literasi.
“Adik-adik jangan hanya memandang literasi sebagai gerakan membaca saja. Literasi itu berarti mampu mengamati lingkungan sekitar, memahami masalah yang terjadi di sekitar kita” ungkapnya.
“Setelah itu kita kembangkan dalam inisiatif, yaitu peran aktif kita dalam mengatasi masalah. Sudah selayaknya jika kita ini tahu dan aware dengan lingkungan, karena kita hidup dan tumbuh di lingkungan tersebut. Jangan pasif lah intinya” jelasnya.
Langkah terakhir, tegasnya, yang bisa dilakukan adalah kolaborasi. “Untuk menemukan solusi, kita bisa menjalin komunikasi dengan berbagai pihak. Dengan demikian, suara kita lebih dapat didengar” pungkasnya. (*)
Penulis Fitri Wulandari, Editor Danar Trivasya Fikri