Penulis Ida Ayu Wahyuni Windari
PWMU.CO – Sejak berdiri pada 18 November 1912, Persyarikatan Muhammadiyah telah memainkan peran sentral dalam membangun masyarakat Indonesia yang cerdas, berakhlak, dan progresif. Utamanya melalui bidang pendidikan, Muhammadiyah secara terbuka mengusung konsep pencerahan. Konsep ini tidak hanya memiliki orientasi pada penguasaan pengetahuan akademis semata, tetapi juga secara konsisten menanamkan nilai-nilai spiritual, kemanusiaan, dan pemikiran kritis.
Konsep pendidikan Muhammadiyah yang berbasis pencerahan ini, menurut saya, sangat relevan dan bahkan merupakan kebutuhan mutlak. Tentunya konsep ini bertujuan untuk mencetak generasi muda yang siap membangun, merawat dan mengembangkan Indonesia menuju peradaban berkemajuan. Generasi yang terlahir juga tidak sekedar generasi yang cerdas secara intelektua , tetapi juga memiliki kecerdasan karakter dan moral yang baik pula.
Sebagai pribadi yang mengenyam pendidikan di institusi pendidikan milik Muhammadiyah, penulis sangat bisa merasakan langsung bagaimana pendidikan berbasis nilai-nilai agama memberikan dampak atau pengaruh signifikan dalam membentuk karakter peserta didik. Di sekolah Muhammadiyah ini , nilai-nilai keislaman diajarkan dengan metode yang menyentuh dan kontekstual. Hasilnya, siswa tidak sekedar pintar dalam pelajaran, tetapi juga memiliki empati yang tinggi terhadap orang lain.
Menurut saya, inilah esensi dari pencerahan dalam pendidikan Muhammadiyah. Pendidikannya tidak hanya mementingkan transmisi ilmu, tetapi juga sangat mengutamakan dilakukannya penguatan karakter.
Tantangan kedepan
Meski demikian, tentu saja tantangan tetap saja ada dan menghadang laju visi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan ini. Dan menurut saya ada cukup krusial tantangan yang dihadapi Muhammadiyah. Salah satunya adalah kemampuan institusi pendidikan Muhammadiyah dalam menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, terutama terkait teknologi dan globalisasi.
Di era digital, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) menjadi semakin penting. Karena itu, lembaga pendidikan Muhammadiyah harus memastikan bahwa kurikulum dan metode pengajarannya mampu menjawab tantangan ini. Pendidikan yang hanya fokus pada pengajaran berbasis nilai agama tanpa diimbangi dengan keterampilan (skill) yang memadai, maka institusi pendidikan Muhammadiyah akan ditinggalkan.
Muhammadiyah harus peka (sense of belonging) terhadap perubahan yang terjadi di dunia pendidikan global serta tantangan persaingan yang harus dihadapi. Kualitas alumni (baca : lulusan) lembaga pendidikan Muhammadiyah tidak cukup hanya berstandar nasional, namun juga perlu berstandar internasional.
Salah satu kelebihan pendidikan Muhammadiyah adalah dorongannya terhadap pemikiran kritis. Peserta didik Muhammadiyah terbiasakan untuk berpikir terbuka dan berani mengemukakan pendapatnya. Meskipun di sebagian sekolah masih membutuhkan pembaharuan, terutama dalam hal metode pembelajaran yang masih cenderung konvensional di beberapa sekolah.