PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir MSi menyampaikan pidato pada Milad ke-112 Muhammadiyah, Senin (18/11/2024).
Pidato yang mengusung tema “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua” ini disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Muhammadiyah Channel.
Dalam pidatonya, Haedar menekankan bahwa keberhasilan Muhammadiyah dalam mewujudkan kemakmuran dan berbagai usaha pergerakan lainnya sangat bergantung pada kualitas kepemimpinan para pimpinannya.
“Pemimpin Muhammadiyah adalah aktor utama gerakan yang dituntut untuk memajukan seluruh aspek kehidupan berdasarkan nilai-nilai Islam,” ujarnya.
Kepemimpinan Profetik dan Tajdid Muhammadiyah
Haedar mengutip pandangan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan yang menekankan bahwa pemimpin harus mampu menghidupkan akal pikiran, membedakan yang berakal dan bodoh, serta menjadikan agama sebagai sumber cahaya.
“Agama pada mulanya bercahaya, namun menjadi suram bukan karena agamanya, melainkan karena manusia yang memakainya,” kata Haedar, mengutip Kiai Dahlan.
Ia menegaskan, Muhammadiyah telah menjalankan Gerakan Tajdid atau pembaruan untuk mengoreksi keberagamaan yang jumud dan konservatif, dengan menjadikan agama sebagai sumber nilai pencerahan yang membangun akhlak mulia dan menebar rahmat bagi semesta alam.
Kepemimpinan Muhammadiyah disebutnya berbasis Risalah Islam Berkemajuan dengan karakter profetik-transformatif. Kepemimpinan ini meneladani Nabi Muhammad Saw yang berhasil membangun peradaban “al-Madinah al-Munawwarah,” tonggak kejayaan Islam dalam sejarah dunia.
Model kepemimpinan ini diterapkan oleh Kiai Dahlan dalam membangun Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modernis dan reformis yang mampu menjawab tantangan zaman.
Kepemimpinan untuk Kemajuan
Haedar menjelaskan bahwa kepemimpinan Muhammadiyah harus menjadi motor perubahan menuju kemajuan. Para pemimpin dituntut untuk, pertama Memobilisasi potensi umat dan bangsa. Kedua, Mengagendakan perubahan yang strategis. Ketiga, Memproyeksikan masa depan yang berkemajuan. Keempat, Gigih berjuang dalam membangun kehidupan yang unggul di segala bidang.**
“Kepemimpinan yang jumud, berjalan apa adanya, dan anti-kemajuan hanya akan membuat Muhammadiyah tertinggal dan mengalami kemunduran,” tegas Haedar.
Haedar berharap para pemimpin Muhammadiyah, pemimpin umat, dan pemimpin bangsa menjadi teladan yang jujur, amanah, berintegritas, dan berwawasan luas.
Ia juga menyerukan agar kepemimpinan tersebut mengedepankan kemakmuran rakyat di atas kepentingan pribadi, kroni, atau golongan.
“Pemimpin Muhammadiyah harus menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila, agama, dan kebudayaan bangsa dalam mewujudkan Indonesia Berkemajuan dan Berkemakmuran,” katanya.
Di akhir pidatonya, Haedar memanjatkan doa agar Allah Swt memberikan perlindungan, petunjuk, dan rida-Nya kepada para pemimpin dan bangsa Indonesia.
“Semoga kita semua dapat mencapai kehidupan yang maju, adil, makmur, dan bermartabat, menuju cita-cita Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur,” pungkasnya.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan