Catatan Perjalanan Pahri, Kepala SMKM 7 Gondanglegi
PWMU.CO – Bayangan saya tentang Uni Emirat Arab (UEA) berbalik seratus derajat. File yang ada di otak saya jauh berbeda dengan kenyataan. Arab yang selama ini identik dengan Islam: pakaian serba tertutup, kepala bersorban, abaya hitam bagi wanita, bahasa Arab dalam berkomunikasi, sepertinya harus dikubur dalam-dalam.
Saat kaki menginjak bumi Dubai International Airport, petugas bandara menyambut saya dan rombongan kepala sekolah SMK Jawa Timur dengan Bahasa Inggris yang fasih. Sepertinya mereka lebih familier dengan bahasa Ratu Elisabet tersebut daripada bahasa leluhur-nya. Bahkan ketika saya mengajak berbahasa Arab, penduduk lokal sepertinya ogah-ogahan melayani. Mungkin mereka menganggap kurang branding untuk negara para syeikh ini.
BACA Masjid Syeikh Zayed UEA Gagal Jadi Terbesar Dunia karena Takut Saingi Masjid Alharam
Bangunan pencakar langit banyak kita jumpai di negeri berpenduduk 9 juta jiwa ini. Bahan dan material bangunan berkelas tinggi. Di Dubai berdiri gedung tertinggi dunia, Burj Khalifa (Khalifa Tower). Juga Burj Arab (Arab Tower). Sampai detik ini, Burj Khalifa belum tertandingi gedung pencakar langit lainnya.
Demikian pula di Abu Dhabi, ibu kota UEA, berdiri masjid yang spektakuler, Syeikh Zayed Grand Masque dengan karpet terluas—satu kali lapangan sepak bola–tanpa sambungan.
Abraj Itihad (Itihad Towers) berdiri kuat dan kokoh dengan latar pantai laut kebiruan. Di kawasan Itihad Towers, terdapat Emerates Hotel yang indah dan mempesona. Ini hotel termahal dunia, satu malam bertarif 15.000 Dirham atau setara dengan Rp 50 juta rupiah. Sebelum menjadi orang nomor satu di Amerika Serikat, Mr Donald Trum pernah merasakan kenyamanan hotel ini.
BACA JUGA WOW! Perlu 5 Helikopter untuk Pasang Karpet Seharga Rp 809 M di Masjid Terbesar Ketiga Dunia Ini
Di negeri kaya nomor empat dunia ini, hypermart dan mall berdiri megah di tempat-tempat strategis. Ditunjang dengan fasilitas wisata laut yang good loking, hiburan terstandar, kedai, dan restoran berkelas dunia. Kondisi dan suasana kota pun mendukung: bersih, rapi, tertata, aman, dan nyaman. Ini yang mengundang wisatawan Eropa datang ke UEA. Setiap tahun tidak kurang 17 juta orang mengunjungi negeri kaya minyak ini. Jika kita berada di area publik dapat dipastikan, 9 dari 10 orang yang dijumpai adalah wisatawan asing.
Wisatawan yang datang tersebut, tentu membawa tradisi dan budaya negara-nya, maka jangan heran dan terkejut bila di area tertentu kita dapati banyak wisatawan pria dan wanita yang berbaju serba tipis, transparan, dan tidak menutup aurat. Ah, UEA memang negeri padang pasir rasa Eropa. (*)
Tryp Hotel Dubai Uni Emerat Arab, 18 Oktober 2017.