PWMU.CO – Sualoka Hub merupakan placemaking yang mengaktivasi bangunan tua berusia lebih dari 120 tahun menjadi ruang kreatif publik dan komunitas.
Tempat ini juga dilengkapi dengan kafe bergaya vintage. Letaknya berada di Kampung Kemasan, Gresik, tepatnya di Jalan Nyai Ageng Arem-arem Gang III nomor 20, Pekelingan, Gresik.
Pada Sabtu malam (16/11/2024), suasana di Sualoka Hub terasa berbeda dari biasanya. Tempat ini tampak semarak dengan kehadiran pengunjung dari berbagai kalangan. Di sudut-sudut ruangan, obrolan hangat berpadu dengan antusiasme para pecinta literasi.
Mereka hadir dalam kegiatan bernama Nandur Mundur, sebuah program yang dimaknai sebagai proses menanam untuk dipanen di masa depan.
Sualoka Hub: Ruang Kreativitas dan Kolaborasi
Sualoka Hub, yang diinisiasi oleh Yayasan Gang Sebelah, dirancang sebagai ruang multifungsi.
“Menggabungkan kafe dan ruang untuk lintas komunitas,” kata Pembina Yayasan Gang Sebelah, Dewi Musdalifah.
Menurut Dewi, tempat ini memungkinkan pengunjung untuk berinteraksi, berkreativitas, memperluas jaringan, atau berpartisipasi dalam berbagai acara.
“Seperti diskusi, pameran seni, lokakarya, pertunjukan, atau bahkan program semacam residensi dan walking tour di Kota Tua Gresik,” jelasnya.
Malam itu terasa istimewa karena berbagai komunitas seperti Gresik Book Party, Gresik Movie, dan Ruang Sastra Gresik hadir berkolaborasi dengan Sualoka Hub. Mereka berpesta literasi dengan membaca buku, berbagi inspirasi, dan berdiskusi.
Beberapa karya yang dibahas adalah hasil residensi penulis dalam program Tinutur yang mengangkat kisah Kota Gresik.
Canda, tawa, dan sorakan sesekali terdengar. Acara malam itu juga meriah dengan deklamasi puisi hingga pembacaan cerpen.
Perpustakaan Lokalisier: Rumah Baru Literasi
Program Nandur Mundur menjadi momen peresmian Lokalisier, sebuah perpustakaan dan toko lokal. Perpustakaan ini memiliki lebih dari 1.200 koleksi buku dari berbagai genre yang tertata rapi di rak. Selain itu, produk-produk lokal Gresik juga dipamerkan.
“Perpustakaan ini bisa menjadi alternatif yang mampu menarik siapa pun untuk datang ke sini,” ujar Dewi.
Lokalisier dirancang sebagai ruang interaksi yang ramah dan nyaman untuk segala usia. Selain buku, pengunjung juga dapat menemukan produk UMKM lokal seperti karya rajut dari Buffo Stuf, aneka Damar Kurung, kaos identitas Gresik, dan produk lainnya.
Rangkaian acara mulai dengan tur Kota Lama Gresik pada sore hari. Lalu, berlanjut pembacaan cerpen dari buku Tinutur dan diskusi publik bersama Achmad Zainuri. Pria yang juga seniman teater ini berbagi kisah melalui bukunya, Panggung Senyap Bengkel Muda Surabaya.
“Semua ini bertujuan menghidupkan kembali semangat literasi yang sering terlupakan di tengah era digital,” ungkap Dewi.
Apresiasi Budayawan Gresik
Program ini mendapat apresiasi dari Budayawan Gresik, Kris Adji AW. Ia bersyukur karena perpustakaan hadir di kawasan warisan budaya Gresik.
“Di sini kita menemukan tempat, selain kafe, juga ada perpustakaan,” katanya.
Kris juga menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Gang Sebelah atas upaya meningkatkan minat baca dan literasi, sekaligus melestarikan cagar budaya.
“Ini adalah langkah kreatif untuk memperkuat literasi dan menjaga warisan budaya,” pungkasnya. (*)
Penulis Febrian Kisworo Editor Zahra Putri Pratiwig