Oleh: Hanifah Khoiriyyah Huda
PWMU.CO – Masa depan suatu bangsa tercermin dari kualitas generasi mudanya. Apalah arti sumber daya yang melimpah apabila generasi mudanya tidak terdidik, rusak moral dan tidak memiliki kapasitas untuk mengolahnya. Sebaliknya generasi muda yang cerdas dan berkualitas menjadi harapan untuk memajukan suatu bangsa. Maka, generasi muda Islam pun harus mempersiapkan diri agar mampu berkontribusi di tengah masyarakat untuk memajukan bangsa ini.
Sejarah berdirinya Muhammadiyah
Latar belakang sejarah berdirinya Muhamadiyah sebagai jawaban terhadap tantangan zaman kala itu. Belanda yang menjajah Indonesia selama ratusan tahun telah menindas rakyat Indonesia sehingga menimbulkan kesengsaraan umat. Penjajahan Belanda melahirkan kemiskinan, kebodohan, rusaknya moral dan aqidah serta korban jiwa yang tak terhitung banyaknya.
Tantangan zaman yang demikian dijawab oleh KH Ahmad Dahlan dengan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330, Senin Legi, 18 November 1912. Gerakan reformasi ini bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial dengan membangun sekolah, panti asuhan yatim piatu dan Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO). Tak ketinggalan sang istri yakni Nyai Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Aisyiyah pada tanggal 19 Mei 1917 dalam rangka memberikan pendidikan islam bagi perempuan.
Persyarikatan Muhammadiyah memandang perlunya menyelamatkan generasi muda Islam dari pengaruh budaya barat penjajah kolonial Belanda. Maka dibangunlah Hizbul Wathan, sebuah organisasi ekstrakulikuler kepramukaan untuk menempa ketangguhan generasi muda Islam. Selanjutnya dibentuk pula Pemoeda Muhammadiyah.
Usaha kolonial belanda dengan upaya kristenisasi juga mematikan syariah Islam untuk diganti dengan hukum adat selanjutnya digantikan dengan hukum barat. Tantangan tersebut dijawab oleh Muhammadiyah dengan mendirikan Majelis Tarjih untuk mensosialisasikan kembali sistem hukum Islam.
Motivasi dari surah al-Maun menginspirasi KH Ahmad Dahlan untuk membangkitkan solidaritas kaum muslimin terhadap saudaranya sesama muslim. Akibat tanam paksa dan sistem pajak dari kolonial Belanda menjadikan rakyat Indonesia sengsara. Terlanda derita menjadi fakir miskin dan yatim piatu.
Apabila kaum muslimin tidak memedulikan nasib saudaranya yang tertindas, mereka tidak ubahnya orang yang mendustakan agama Islam (QS. al-Maun ayat 1). Walaupun mereka masih melaksanakan shalat tetapi jika tidak memperhatikan nasib fakir miskin dan yatim piatu, shalat mereka dinilai riya (QS al-Maun ayat 4-7).
Bentuk implementasi dari surah al-Maun tersebut, Persyarikatan Muhammadiyah mempelopori pembangunan Panti Yatim Piatu. Selanjutnya, untuk menyantuni kalangan dhuafa dibentuk Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) pada 1336 H/1918 M.
Pemerintah kolonial Belanda telah menerapkan strategi menciptakan masyarakat terjajah dalam kondisi miskin dan bodoh. Sehingga tidak banyak rakyat Indonesia yang memperoleh kesempatan sekolah. Mayoritas pribumi buta huruf latin sehingga tidak bisa baca tulis.
Sekolah Belanda sangat diskriminatif dimana pendidikan hanya untuk putra bangsawan dan anak-anak dari etnis Cina serta Belanda sendiri. Oleh karena itu, K.H. Ahmad Dahlan mengimbanginya dengan mendirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah untuk kalangan pribumi.
Meneruskan Perjuangan Dakwah Para Pendiri Muhammadiyah
Ibarat peribahasa, mati satu tumbuh seribu maka begitulah selayaknya dakwah. Perjuangan para pendiri Muhammadiyah harus terus berlanjut. Semangat gerakan pencerahan untuk Indonesia berkemajuan harus terus dikobarkan. Estafet dakwah ini patut dilanjutkan oleh para generasi muda Muhammadiyah masa kini.
Konsep gerakan pencerahan menuju Indonesia berkemajuan menjadi bukti bahwa Muhammadiyah adalah gerakan yang visioner. Punya tujuan jelas dan visi misi yang ingin diraih di masa depan. Visi tersebut membuat gerakan ini lebih terarah dan profesional dalam mengemban amanah. Landasan istilah islam berkemajuan adalah surah Ali Imran ayat 14 dan 110 serta al-Baqarah ayat 143. Pesan dari ketiga ayat tersebut adalah supaya kaum muslim menjadi umat terbaik yang memiliki posisi dan peran moderat (pertengahan) serta mengambil peran dalam memajukan umat dan bangsa di segala bidang.
Sama seperti organisasi Islam lainnya di Indonesia. Sumber rujukan dakwah Muhammadiyah adalah al-Quran dan sunnah (Hadist). Uniknya, Muhammadiyah bergerak dinamis dengan paham Islam berkemajuan.
Di satu sisi, hal-hal pokok dalam Islam tetap menjadi landasan sementara dalam hal muamalah yang sifatnya mubah, Muhammadiyah tidak kaku dan menyesuaikan perkembangan zaman. Ilmu dan teknologi misalnya tetap dianggap penting dan karena itu perlu dikembangkan untuk membangun masyarakat berilmu.
Pada tahun 2024 ini, Muhammadiyah merayakan milad yang ke-112. Sebuah usia yang panjang diikuti dengan perjuangan dakwah yang besar. Sebuah refleksi perjuangan Muhammadiyah diungkapkan Dr Suko, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur pada acara kajian yang digelar di halaman SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk (10/11/2024) menyampaikan setidaknya ada tiga rahasia gerakan Muhammadiyah berumur panjang:
- Keikhlasan Para Pimpinan
Dr Suko menekankan bahwa keikhlasan para pimpinan Muhammadiyah adalah kunci utama. Pimpinan yang bekerja ikhlas, fokus pada dakwah dan tidak berkepentingan duniawi akan dilindungi oleh Allah Swt dan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya.
- Bersyukur
Dr Suko menjelaskan bahwa warga Muhammadiyah selalu bersyukur atas segala karunia dari Allah Swt. Bersyukur dengan tindakan tercermin dalam semangat untuk selalu memberi terlihat dari banyaknya kegiatan sosial yang dilakukan.
- Memberi Manfaat Bagi Sesama
Prinsip Muhammadiyah adalah selalu memberi manfaat dimanapun berada.
Solusi dari permasalahan umat akhir-akhir ini dapat diatasi jika masyarakat turut mengambil peran. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (H.R. Ath-Thabrani).
Muhammadiyah menjadi salah satu wadah untuk menjembatani hal tersebut. Mari bersama Muhammadiyah kita wujudkan gerakan pencerahan menuju Indonesia Berkemajuan! (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah