PWMU.CO – Dalam dunia pendidikan tinggi, hubungan antara dosen dan mahasiswa adalah hal yang dinamis dan terus berkembang.
Terlebih dengan adanya pergeseran paradigma pembelajaran dari tatap muka (luring) ke daring, dinamika ini menjadi semakin kompleks.
Pertanyaan mengenai siapa yang seharusnya lebih patuh—dosen terhadap mahasiswa atau sebaliknya—sering kali muncul dan memicu perdebatan.
Pemahaman yang Salah tentang Kepatuhan
Sebelum membahas lebih lanjut, penting untuk mendefinisikan ulang konsep kepatuhan. Dalam konteks pendidikan, kepatuhan tidak berarti ketaatan buta atau subordinasi.
Kepatuhan yang sehat melibatkan sikap saling menghormati, saling menghargai, dan saling mendukung antara dosen dan mahasiswa.
Dosen sebagai pengajar dituntut untuk patuh pada kurikulum, menerapkan metode pembelajaran yang efektif, serta menjaga etika profesi. Mereka juga harus menaati peraturan yang berlaku di perguruan tinggi.
Sebaliknya, mahasiswa sebagai peserta didik diharapkan patuh terhadap peraturan akademik, tata tertib kampus, dan etika belajar. Mereka juga wajib mengikuti jadwal perkuliahan serta menyelesaikan tugas sesuai tenggat waktu.
Dinamika Hubungan dalam Pembelajaran Daring dan Luring
Dalam pembelajaran luring, interaksi antara dosen dan mahasiswa cenderung lebih intens sehingga memungkinkan terbentuknya hubungan yang lebih personal.
Namun, hierarki yang kaku masih sering terlihat, di mana mahasiswa lebih pasif dan dosen lebih otoriter. Lingkungan kampus yang formal juga kerap menciptakan suasana kaku, membuat mahasiswa enggan untuk berpendapat atau bertanya.
Pembelajaran daring memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi mahasiswa untuk mengatur waktu belajar. Namun, fleksibilitas ini sering kali memunculkan tantangan, terutama dalam hal disiplin dan motivasi belajar.
Selain itu, interaksi dalam pembelajaran daring cenderung terbatas dan sering bersifat asynchronous (tidak berlangsung secara langsung). Hal ini dapat menghambat terjalinnya hubungan yang personal antara dosen dan mahasiswa.
2Meskipun begitu, mahasiswa dalam pembelajaran daring cenderung merasa lebih setara dengan dosen sehingga lebih berani menyampaikan pendapat dan bertanya.
Menciptakan Hubungan yang Saling Menguntungkan
Oleh karena itu, untuk menciptakan hubungan yang saling menguntungkan, dosen dan mahasiswa harus memainkan peran aktif. Dosen harus beralih dari peran sebagai pengajar tradisional menjadi fasilitator pembelajaran.
Dosen perlu membangun komunikasi yang terbuka dan dua arah dengan mahasiswa. Umpan balik yang konstruktif juga sangat penting untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Lalu, Mahasiswa harus aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Mahasiswa perlu menghormati waktu dosen dengan datang tepat waktu dan mempersiapkan diri sebelum perkuliahan. Mahasiswa harus menghargai pendapat orang lain, termasuk dosen.
22.Di Universitas Muhammadiyah Gresik., misalnya, terdapat dinamika antara dosen dan mahasiswa dalam memilih metode pembelajaran. Ada kalanya dosen meminta pembelajaran daring karena jadwal yang padat, sementara mahasiswa lebih memilih daring karena merasa malas ke kampus atau memiliki kegiatan lain.
Pertanyaan mengenai siapa yang lebih patuh, dosen atau mahasiswa, sebenarnya kurang relevan. Yang lebih penting adalah bagaimana kedua pihak dapat membangun hubungan yang saling menghormati dan mendukung. Dalam era digital, pembelajaran daring memberikan peluang untuk menciptakan model pembelajaran yang lebih fleksibel, interaktif, dan berpusat pada mahasiswa. Namun, hal ini juga menuntut adaptasi dan kerja sama dari kedua belah pihak.
Penulis Wilujeng Alhayat Editor Zahra Putri Pratiwig