PWMU.CO – Pimpinan Ranting Muhammadiyah Nglencong Sine Ngawi menggelar Kajian Ahad Pagi Edisi 138. Kajian dihadiri jamaah dari berbagai ranting se-cabang Sine, bertempat di halaman Masjid Al Manar Ahad, (1/12/2024).
Narasumber kajian kali ini sangat spesial karena menghadirkan putra daerah sekaligus Wakil Ketua Majelis Tabligh Divisi Mubaligh Muda dan Sumber Daya Manusia Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2023—2027, Ustadz Dr H Yoyon Mudjiono MSi.
Dalam kajian, Ustadz Yoyon menyoroti maraknya kasus kriminalisasi terhadap guru. Perlakuan terhadap guru yang tidak baik menyebabkan ilmu yang didapat tidak barakah. Kisah dugaan penganiayaan siswa oleh Supriyani, misalnya. Guru honorer SD Negeri 4 Baito, akhirnya divonis bebas oleh majelis hakim melalui persidangan di Pengadilan Negeri Andoolo, Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara.
Hakim menyatakan bahwa Supriyani dinyatakan tidak terbukti secara sah melakukan tindak pidana kekerasan fisik terhadap muridnya yang duduk di kelas 1 berinisial D. “Tindakan semacam ini yang menyebabkan ilmu seseorang tidak barakah,” ujar Yoyon.
Tidur di Masjid Beralas Kayu
Ustadz Yoyon banyak berkisah tentang suasana belajar di Pondok. Mulai berangkat ke Pondok naik bus membawa bekal (beras), tidur di Masjid beralas kayu, hingga takut lapor orang tua saat dimarahi ataupun dihukum guru. “Jangan pernah mengadu kepada orang tua saat mendapat hukuman dari guru, jika tidak ingin mendapat hukuman tambahan dari orang tua,” terangnya di hadapan lebih dari 400 jamaah.
Murid zaman dulu dijauhkan dari perilaku dan karakter negatif oleh Allah SWT. “Ada rasa malu untuk sekadar merayu atau menggoda wanita saat naik bus karena saat turun kelihatan memanggul beras. Mungkin itulah cara Allah menjauhkan kita dari sikap dan perilaku negatif.” katanya sembari tersenyum mengenang kisah masa lalu.
Anak sekarang yang setiap saat dilingkupi fasilitas seperti handphone dan televisi jika tidak dikontrol dan dikendalikan penggunaannya akan berdampak tidak baik. Oleh karenanya, berikan edukasi yang baik bagi anak-anak.
Amalkan 3 perkara Pesan Nabi
Selanjutnya Pak Yon, sapaan akrab beliau, mengingatkan bahwa ada 3 pesan nabi yang harus kita amalkan. Pak Yon berkata, “Tidak hanya didengar atau dihafal, 3 pesan ini harus diamalkan.”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan doa anak yang saleh yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim, no. 1631)
1. Sedekah jariyah, yang tanpa sadar telah kita lakukan saat kajian seperti ini. Dengan menyedekahkan uang melalui kotak yang dikelilingkan panitia, bermakna kita ikut menyedekahkan harta untuk keberlangsungan kajian. Tidak perlu melihat jumlah atau banyaknya, namun nilai keikhlasan kitalah yang menjadikan amalan tersebut diterima Allah SWT.
2. Ilmu yang bermanfaat. Mengikuti kajian diawali dengan niat tulus. Setelah mendengarkan kajian dilanjutkan dengan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya menyebarkan atau menyampaikan kepada orang lain. Mata rantai yang tidak terputus inilan yang menjadikan ilmu yang kita dapat akan bermanfaat.
3. Anak shalih/shalihah. Anak shalih/shalihah akan terwujud jika saat kajian keluarga yang ada kita ajak bersama-sama. Dengan mengikuti kajian proses pembentukan anak shalih/shalihah terjadi. Kelak, kita tidak perlu meminta doa kepada anak, secara otomatis anak akan mendoakan orang tua karena telah memiliki ilmu hasil dari kajian.
Di akhir kajian, Nasikhin, selaku ketua kajian menyampaikan ucapan terima kasih kepada jamaah atas kehadiran dan partisipasi yang diberikan. “Alhamdulillah, kita dapat melaksanakan kajian lapanan (35 hari sekali) setiap Ahad Pahing. Berkat sedekah jamaah, panitia dapat melaksanakan kajian secara istiqamah,” terang ketua kajian, yang sering disapa Pak Sikhin oleh jamaah, mengakhiri sambutan. (*)
Penulis Suwarno Editor Zahrah Khairani Karim